XII.2 (Oneshoot)

 

xxi-2_request-by-kim-nara

amazing poster by HyeKim Art (www.hyekim16world.wordpress.com)

Author : Kim Nara

Genre : horror, Schoolife, Mystery, Friendship

Leght : oneshoot

Rating : PG 13

Cast : Seulgi, Yeri, Joohyun, Sooyoung

****

Aku hanya mempercayai apa yang ku lihat.

Kang Seulgi menggeliat manja di balik selimut hangat miliknya, matanya memicing berusaha melihat dengan jelas angka yang tertera di jam dinding kamar beraroma anggrek yang ia tempati itu. 05.45, lantas gadis belasan tahun itu menghembuskan napas kesal. Ia harus bergegas bangun untuk pergi menuntut ilmu sekarang.

Tidak butuh waktu lama bagi seorang Seulgi untuk mempersiapkan diri, ia tidak memerlukan polesan make up dan lip bloss untuk memperindah wajah cantiknya seperti hal-nya para murid wanita di sekolah menengah lainnya. Gadis bermarga kang itu lebih  menyukai kesederhanaan, ia selalu lebih memilih tampil apa adanya dengan rambut sebahu yang ia biarkan terurai dengan rapi.

Setelah usai gadis itu lantas melangkah keluar dari rumahnya, bersiap untuk memulai harinya yang selalu di awali dengan berjalan kaki seorang diri menuju sekolah. Kira-kira hanya memakan waktu 10-15 menit jika ia berjalan dengan santai dan 5-10 menit jika ia memacu langkah dengan terburu-buru.

Begitu tiba di kelas XII.2 yang telah menjadi tempatnya bersemayam selama hampir satu tahun sepasang senyum hangat langsung menanggapi. Siapa lagi jika bukan Yeri dan Sooyoung yang memang selalu datang lebih awal dari dirinya. Seulgi berjalan perlahan menuju bangkunya-yang  terletak di depan bangku Yeri dan Sooyoung- dan alisnya secara otomatis terangkat begitu mendapati bangku di sampingnya yang masih kosong tanpa penghuni.

“Joohyun belum datang?”

Sooyoung mengangguk semangat, sementara Yeri yang di samping-nya hanya tersenyum mengiyakan dengan tangan yang sibuk menyalin pekerjaan rumah milik Sooyoung membuat Seulgi hanya bisa menggeleng pelan, bagaimana bisa gadis pemalas seperti Yeri bisa terpilih menjadi ketua kelas dan menduduki ranking pertama mengalahkan dirinya yang hanya mampu meraih posisi ke dua.

“Teman-teman aku datang,”

Joohyun berujar dengan begitu semangat seraya melambaikan tangan layaknya tokoh rakyat yang tengah melakukan parade. Bibirnya mengukir sebuah kurva tak simetris yang membuatnya semakin tampak menyedihkan karna lingkaran hitam yang mengelilingi mata gadis cantik itu.

“Kau tidak tidur semalam Joohyun-ah?” Tanya Sooyoung sedikit khawatir, berbeda dengan Seulgi yang lebih memilih duduk tenang di bangkunya sambil menggeluti buku fisika yang akan menjadi mata pelajarannya hari ini di banding menggubris Joohyun karna ia sudah tahu pasti kalimat apa yang akan lolos dari mulut teman sebangkunya.

“Aku pergi ke konser Bangtan boys semalam, dan kau tahu Jungkook benar-benar terlihat tampan aslinya.”

“Benarkah, lalu bagaimana dengan Jin oppa, tampan juga,kan?”

“Tampan sih, tapi jungkook jauh lebih tampan.”

“Yang benar saja, semua orang tahu kalau Jin oppa itu visual!”

“Tapi Jungkook lebih tampan.”

Dan pertengkaran kecil terus saja berlangsung antara dua gadis berfandom sama namun dengan bias-berbeda itu. Seulgi dan Yeri hanya bersikap acuh dan tetap fokus pada kesibukan masing-masing.

 

****

Kami memang selalu ke kantin bertiga, karna Yeri lebih memilih untuk berada tetap di kelas seorang diri.

“Ku dengar kelas kita merupakan salah satu dari 4 bangunan awal yang di bangun di sekolah ini 12 tahun silam,” Sooyoung berujar dengan nada yang di buat seseram mungkin membuat Joohyun lantas menghentikan aktivitasnya meminum orange juice dan menatap Sooyoung penasaran “Benarkah?”

Sooyoung mengangguk semangat, bibirnya membentuk sebuah senyum mengerikan yang justru membuat gadis yang baru beberapa hari ini memotong pendek rambutnya itu terlihat konyol. Seulgi mengulum senyum, sama sekali tak tertarik pada topik pembicaraan ke dua sahabatnya.

“Dan kudengar, beberapa tahun lalu seorang murid yang menempati kelas XII.2 kerasukan mahkluk halus selama beberapa hari berturut-turut.”

“La-lalu apa yang terjadi?”

Sooyoung mengedikkan bahu pelan “Entahlah, tapi sepertinya setelah di bawa ke orang pintar Sunbae itu sembuh.”

Joohyun menghela napas kecewa, merasa kurang puas dengan cerita Sooyoung yang tak berakhir dengan baik “Bagaimana caranya di sembuhkan?”

“Tidak tahu, mungkin mereka melakukan pengusiran roh.”

“Berhentilah menonton drama picisan.” Seulgi berujar dengan nada tidak bersemangat, jenuh akan materi pembicaraan aneh yang entah mengapa malah terihat menarik di mata ke dua sahabat cantiknya.

“Kau tidak percaya pada hal seperti itu?”

“Aku hanya mempercayai apa yang bisa ku lihat!”

Usai mengatakan hal itu, Seulgi berdiri mengambil ancang-ancang untuk pergi “Aku akan kembali ke kelas.”

Sooyoung dan Joohyun menatap kosong ke arah kepergian Seulgi, “Dia mengerikan!”

 

****

Ada yang aneh disini

Seulgi Pov

Tungkaiku mulai berlomba untuk mencapai kelas, sepertinya meninggalkan Sooyoug dan Joohyun bersama topik aneh mereka adalah pilihan yang baik. Jarak antara kantin sekolah dan kelasku memang cukup jauh dan mungkin saja hal inilah yang menjadi salah satu alasan Yeri tak pernah mau untuk ikut kami ke kantin, semua orang-kan tahu kalau gadis itu pemalas. Bahkan terkadang aku bingung sendiri, kenapa Yeri tak pernah jatuh pingsan pasalnya Yeri juga tak pernah membawa bekal ke sekolah dan tak pernah makan di kantin sekolah.

Saraf berpikir di otakku mulai merangkai kata, mulutkupun telah siap berucap sebelum semuanya hanya menjadi angan begitu kujumpai tak ada siapapun di kelas. Lantas alisku terjungkit sebelah menandakan kebingungan “Dimana Yeri?”

Mata elangku mulai bekerja, berlarian ke seluruh pelosok kelas yang kosong. Beberapa kali ku sahutkan nama Yeri walau tetap tak ada jawaban hingga manikku menangkap sosok dengan surai panjang kecoklatan mengenakan seragam yang sama denganku tengah berdiri membelakangi di halaman belakang kelas.

“Yeri?”

Tetap tak ada jawaban, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke belakang menyusul Yeri. Memakan waktu yang cukup lama karna aku harus memutar dua bangunan terlebih dahulu. Tapi, yang lebih menyebalkan adalah fakta yang kudapati bahwa tak ada siapapun di halaman belakang.

Nalarku sama sekali tak bekerja, apa aku salah melihat orang? Mungkin saja begitu. Aku kembali berjalan ke kelas dengan langkah gontai akibat kekelahan. Lagipula kenapa juga aku menjadi begitu penasaran tentang ke mana perginya Yeri, bisa saja kan gadis itu pergi ke kelas lain atau perpustakaan mungkin.

“Yeri?”

Merasa namanya di sebut, Yeri menoleh dan tersenyum begitu mendapatiku. Dia sedang duduk manis di kelas, di dalam posisi yang nyaman tentunya “Kau darimana saja?”

Yeri menggeleng perlahan “Tidak kemana-mana, aku berada di sini sejak tadi. Ada apa memangnya?”

Napasku seolah tercekat, rasanya susah untuk menghirup oksigen saat ini. Rasa terkejut dan takut-yang sungguh jarang kurasakan-sepertinya telah berhasil menyebar di seluruh tubuhku “T-Tidak apa-apa.”

****

Lalu, di sinilah semuanya berawal.

Pelajaran bahasa inggris tengah berlangsung, Mary Ssaem menjelaskan dengan begitu serius. Aku memperhatikan semua materi pelajaran dengan tekun dan ekor mataku dapat melihat jelas Joohyun yang juga serius memperhatikan pelajaran.  Tak mengherankan gadis ini menjadi pesaing terberatku dalam pelajaran negeri paman Sam itu.

Semuanya berjalan lancar dengan keheningan yang menyelimuti hingga membuatku dapat mengerti dengan mudah sebelum kurasakan kursiku di tarik dari belakang, pelakunya siapa lagi jika bukan Sooyoung? Jika bukan meminta jawaban mungkin untuk mem-perbincangkan hal yang tidak penting.

Alhasil dengan malas aku menoleh ke belakang dan mendapati Sooyoung tengah menatap khawatir ke arah lututnya, tempat Yeri terbaring lemas seolah tengah pingsan. Mengerjaiku rupanya.

Aku megembalikan posisiku seperti semula, tanpa memperdulikan sandiwara mereka. Sooyoung kembali menarik kursiku dan aku lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. Merasa lelah Sooyoung akhirnya memutuskan untuk beralih pada Joohyun yang langsung memberikan respon.

“Ada apa dengan Yeri?”

Dapat kudengar suara bisikkan Joohyun yang terdengar hati-hati, takut di dengar oleh Mary Ssaem.

“Entahlah, ia tiba-tiba saja pingsan. Joohyun-ah, bantu aku, aku takut.”

Ada yang aneh, nada Sooyoung terdengar serius berbanding terbalik dengan gurauannya yang biasa terdengar. Aku-pun dengan cepat menoleh ke arah Sooyoung “Apa Yeri benar-benar pingsan?”

“Tentu saja, u-untuk apa aku berbohong!”

Aku berpikir cepat dan langsung memanggil Mary Ssaem, membuat kegiatannya lantas terhenti dan menatapku kebingungan.

“Yeri pingsan,”

Dengan cepat Mary Ssaem berjalan ke arah Yeri dan mencoba membangunkan gadis itu, namun nihil kelopak mata Yeri tak kunjung terbuka membuat Mary Ssaem mengambil keputusan untuk membawa Yeri ke UKS, sebelum semuanya hanya menjadi sebuah rencana akibat Yeri yang tiba-tiba menjadi histeris.

“ARGHHHH!”

Sebuah teriakan berhasil lolos dari mulut Yeri, air mata juga mulai berlomba untuk keluar dengan mata yang masih tertutup dengan rapat membuat hawa mistis seketika menyelimuti kelas kami. Soyoung yang berada di sampingnya berusaha memeluk Yeri membuat gadis itu semakin berteriak histeris.

Merasa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Mary Ssaem mendekatkan diri dan mencoba memeluk Yeri. Walau agak sulit awalnya karna Yeri yang terus saja memberontak. Begitu mendapatkan titik lemah Yeri, Mary Ssaem lantas meraih kepala Yeri dan mulai membacakan beberapa kalimat yang terdengar seperti sebuah doa.

Yeri terlihat begitu menderita, membuatku ikut merasa demikian. Bukan hal yang aneh kan, jika kita ikut merasa tersiksa saat melihat keadaan sahabat kita yang sangat kesakitan.

Selang beberapa lama, Mary Ssaem mulai melepaskan pelukannya seiringan dengan terbukanya kelopak indah milik Yeri. Manik gadis itu terlihat merah, membuat beberapa di antara kami bergidik ngeri. Bibirnya terlihat sedikit bergetar sebelum mengucapkan sebuah kalimat.

“Apa yang terjadi?”

****

Semuanya saling berhubungan, aku yakin akan hal itu.

Aku berjalan dengan gontai menuju ruang guru, ini memang tugas sebagai sekertaris kelas untuk selalu mengambil dan mengembalikan jurnal serta absen kelas. Tidak ada senyuman, semua guru nampak serius. Beberapa di antara mereka berkumpul guna memperbincangkan sesuatu.

“jadi, salah seorang murid kelas XII.2 kerasukan?”

Tunggu, sepertinya mereka sedang membicarakan insiden kemarin. Aku mulai memasang kupingku lebar-lebar agar dapat lebih jelas mendengar percakapan yang terjadi.

“Apa insiden 3 tahun lalu kembali terulang?”

Insiden 3 tahun lalu? Memang-nya apa yang pernah terjadi. Dengan sengaja  kuperlambat langkah kakiku agar dapat mendengar percakapan ini lebih jauh.

“Hingga saat ini, belum ada kepastian. Tapi, semoga saja kejadian itu tidak terulang.”

Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Apa  memiliki hubungan dengan kejadian yang menimpa Yeri kemarin.

****

Keyakinanku mulai roboh, apa mungkin mereka itu nyata?

 

Kini kelasku tak se-riuh dulu, suasana kelas berubah 180o. justru kini keheninganlah yang menyelimuti, keheningan yang sunyi akan rasa kelam. Sooyoung dan Joohyun berusaha menghibur Yeri yang kini entah mengapa menjadi lebih sedikit berbicara dan selalu memasang tampang kusut.

Sementara aku, aku hanya bisa memandangi mereka bertiga dengan tatapan kosong, pikiranku masih melayang pada percakapan yang ku dengar di kantor pagi tadi. Entah mengapa, ku rasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh para guru dari kami.

Para murid lelaki yang sedari tadi berkeliaran di luar secara spontan berlari masuk dan duduk di tempat masing-masing dengan rapi menandakan bahwa Ssaem yang akan mengajar hari ini tengah berjalan kemari.

Lee Songsaengnim memasuki kelas kami dengan sebuah senyum yang di kulum dalam diam. Manik kecoklatannya menatap kami secara menyeluruh dan berhenti tepat pada posisi Yeri, tatapan tegasnya lantas terganti dengan raut kekhawatiran.

“Kau baik-baik saja Yeri?”

Yeri hanya mengangguk kecil sebagai jawaban membuat Lee Ssaem tersenyum kecil, ia kemudian mengambil posisi di tengah kelas dan memulai pelajaran. Seperti biasa, suasana kelas kembali menjadi tenang begitu coretan tangan Lee Ssaem melucuti papan tulis. Ya, masih begitu tenang sebelum sebuah teriakan kembali menginterupsi.

“ARGHH!!!”

Kali ini sang pelaku bukanlah Yeri-layaknya kemarin-tapi Sooyoung yang spontan saja berteriak terkejut karna Yeri yang tiba-tiba saja pingsan dan menimpa dirinya. Lee Ssaem dengan cepat beralih ke bangku Yeri.

Dan Yeri mulai berteriak histeris taat kala Lee Ssaem memeluk dirinya dan berusaha menenangkannya. Aku, Joohyun, maupun Sooyoung tak ada satupun dari kami yang berani mengucap satu kata. Pun murid lainnya, semua entah mengapa seolah terhipnotis untuk diam.

Lee Ssaem kemudian memberi perintah untuk membawa Yeri ke UKS. Di sepanjang perjalan Yeri tak henti-hentinya mengerang kesakitan membuat kami lantas menjadi perhatian seluruh jenis murid yang menyaksikan.

Begitu tiba di UKS, guru-guru lain mulai berdatangan. Kami para murid diarahkan untuk keluar. Selang beberapa menit menunggu dengan gusar para guru-pun mulai keluar dengan tampang sedih yang di tutupi oleh sebuah senyum segaris.

Lee Ssaem datang menghadap kami dan memerintahkan kami untuk kembali ke kelas, kecuali aku “Kau di sini saja, temani Yeri.”

Dengan hati-hati ku langkahkan kakiku memasuki ruang UKS, hanya ada Yeri dan seorang perawat sekolah di dalam sana. Menuruti perintah, aku-pun memasuki tempat Yeri tengah terbaring. Ia pingsan rupanya.

Selang beberapa menit di selubungi dengan rasa khawatir, aku baru bisa bernapas lega saat Yeri tersadar dari tidur, ah ralat maksudku pingsan yang ia alami. Maniknya menatap sekitar dengan kebingungan.

“Tadi kau pingsan,” ujarku cepat. Ia mengangguk pelan kemudian mengusap kepalanya yang mungkin terasa sakit.

“Mau kubelikan sesuatu?”

Yeri nampak berpikir sejenak sebelum menjawab dengan pelan “Aku ingin Milk-shake,”

Lantas aku menjungkitkan alisku sebelah, apa aku tidak salah dengar? Apa barusan Yeri meminta sebuah  Milk-shake? Bukannya ia tahu sendiri bahwa ia alergi pada jenis minuman yang satu itu.

“ada apa?”

“Ti-tidak, aku hanya sedikit melamun. Tunggu disini, aku akan segera kembali.”

Aku kemudian dengan terburu-buru berlari keluar, untunglah saat ini jam pelajaran tengah berlangsung hingga membuat kantin tidak menjadi ramai seperti biasa. Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan-atau yang Yeri inginkan-aku dengan cepat berlari kembali ke UKS.

Begitu tiba aku langsung di kejutkan dengan Yeri yang tengah tersungkur di lantai. Tidak ada siapapun selain dia-dan aku tentunya-di UKS itu, sepertinya perawat tadi telah pergi. Dengan sisa tenaga yang ku miliki aku memutuskan untuk membantu Yeri naik ke tempat tidur.

Lima sekon setelah ia terbaring di tempat tidur dengan rapi, kelopak matanya kembali terbuka. Aku tersenyum hangat “Ini Milk-shake yang kau minta,”

“Kenapa kau membawa Milk-shake? Kau tahu aku alergi,kan? Lagipula aku tidak pernah meminta”

Ada apa lagi ini, jika bukan Yeri lalu siapa yang tadi berbicara padaku. Sial! Kenapa aku merinding.

****

Kami pada akhirnya memutuskan untuk membantu

Semenjak hari itu, kejadian serupa terus saja terjadi. Bukan hanya sekali tapi berulang kali bahkan hampir tiap harinya Yeri mengalami hal yang sama. Gadis itu kerap kali jatuh pingsan, berteriak kesakitan dan terkadang berubah kepribadian.

Awalnya hanya aku yang menyadarinya namun lambat laun Sooyoung juga ikut mengeluhkan hal yang sama dan disusul oleh Joohyun pada hari berikutnya dan hal itulah yang selanjutnya menjadi latar belakang berkumpulnya kami di sini. Aku, Sooyoung dan Joohyun. Kami memutuskan untuk mencari cara agar bisa membuat Yeri keluar dari penderitaannya saat ini.

“Jadi bagaimana?” Joohyun akhirnya membuka observasi antara kami. “Gadis yang berbincang denganku kemarin, kurasa di bukan benar-benar Yeri, kalian mengerti maksudku kan?”

Aku dan Sooyoung mengangguk semangat mengiyakan, toh pada kenyataannya kami lebih dulu menyadari hal itu ketimbang Joohyun.

“Kita harus bisa menyelesaikan masalah ini, melihat sikap guru yang seolah sedang menyembunyikan sesuatu membuatku semakin yakin ada sesuatu penting yang mungkin berhubungan dengan keadaan Yeri saat ini.” Aku berbicara dengan nada yang cukup rendah, takut jika saja para lalu lalang murid mendengar perbincangan kami.

“Bagaimana jika membagi tugas,” Sooyoung mengeluarkan usulnya yang langsung di sambut dengan tatapan penasaran dariku dan Joohyun.

“Jika kita ingin cepat menyelesaikan masalah ini maka kita harus berkerja sama dengan baik,”

“Sooyoung, just to-the-point, okay?”

Sooyoung mendesah kesal akibat kalimatnya yang di terobos begitu saja oleh Joohyun, “Begini bagi kita tugas, Joohyun kau cari tahu semua hal tentang sekolah ini yang tidak kita ketahui, dan..”

“Dimana aku bisa mendapatkannya?”

Sooyoung kembali mendengus sembari menatap super sebal ke arah Joohyun yang tengah menatapnya lurus-lurus.

“Kau kan bisa mencarinya di internet, surat kabar lama,perpustakaan atau lewat alumni-alumni sekolah ini, bukankah kau memiliki koneksi yang luas?”

Joohyun hanya mengangguk polos tak menghiraukan nada penekanan yang di gunakan Sooyoung pada tiap kalimat yang dilontarkannya. Aku kemudian mengancungkan tangan dan menatap Sooyoung bingung “Aku, apa tugasku?”

“Berhubung kau sangat sering keluar-masuk ruang guru dan merupakan salah satu murid kesayangan guru-guru jadi cobalah memanfaatkan hal itu untuk menggali informasi dari mereka,”

Sial, apa dia ingin membuatku menjadi murid penjilat? Huuh, ikhlas-kan saja Kang Seulgi, ini demi kepentingan Yeri. Berusaha mengabaikan keluh kesalku, aku kembali mengangkat tangan dan menatap Sooyoung “Lalu apa yang kau lakukan?”

“Aku? Aku akan mengawasi Yeri, mempelajari perubahan sifatnya dan akan berusaha untuk mencari cara agar membuat Yeri tidak mengalami gangguan lagi.”

Cih, sejak kapan gadis ini menjadi begitu pintar?

 

****

Sudah dua minggu, kami menjadi begitu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yeri-pun kerap kali bertanya ‘ada apa dengan kami?’ dan entah sudah berapa kali pula kami berbohong padanya.

Siang ini kami sudah sepakat untuk berkumpul di perpustakaan guna memperbincangkan hasil dari penyelidikan kami masing-masing. Aku datang yang paling akhir, terbukti dengan kehadiran Joohyun dan Sooyoung. Tepat setelah kududukkan diriku di atas kursi kayu perpustakaann Joohyun dengan cepat mengeluarkan sebuah kertas lusuh yang terlihat sangat usang.

“Aku mendapatkan kertas ini di selipkan di salah satu buku biologi lama,”

Aku dan Sooyoung lantas menatap tulisan dengan tinta merah darah yang terpatri di dalam kertas yang sudah berubah meenjadi sedikit kuning.

Tolong aku,

Pemuda itu mengikutiku,

Aku tidak ingin mati seperti ini,

Aku dan Sooyoung lantas mengalihkan tatapan pada Joohyun, menatap gadis itu dengan tatapan penuh kebingungan.

“Ini tulisan milik siapa?” Sooyoung bertanya sembari menimang-nimang kertas lusuh itu.

“Kau sudah periksa siapa murid terakhir yang meminjam buku ini?” tanyaku penasaran yang di sambut dengan sebuah anggukan kecil dari Joohyun.

“Sudah kuperiksa, buku ini terakhir di pinjam 3 tahun lalu oleh alumni sekolah kita, Wendy Son.”

“Tunggu, Wendy son bukannya siswa yang juga mengalami kerasukan di sekolah ini,kan?”

Joohyun menganggukan kepala mengiyakan ungkapan Sooyoung, mungkin saat ini hanya aku satu-satunya yang tidak mengenal siapa sosok ‘Wendy Son’-itu.

“Jadi tulisan itu milik Wendy?”

Tidak seperti sebelumnya, kali ini Joohyun justru menggelengkan kepalanya perlahan “Setelah kuperiksa, itu bukan tulisan milik Wendy.”

“lalu milik siapa? Joohyun jangan bertele-tele menceritakannya.” Tuntut Sooyoung kesal.

“Baiklah, tulisan ini milik seorang murid yang bersekolah di sini 5 tahun lalu, Namanya park Min gi.”

“Park Min gi, kau tidak salah?”

Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku begitu mendengar nama ‘Park Min gi’ di sebutkan. Joohyun dan Sooyoung lantas menatapku kebingungan.

“Kau mengenalnya?”

Aku mengangguk penuh kepastian, “Park Min gi adalah murid berprestasi di sekolah ini sebelumnya, aku mendengarnya di kantor guru. Tapi, saat aku meminta untuk menjelaskan lebih lanjut para guru malah terdiam seraya memasang tampang sedih, mereka bilang murid itu sudah meninggal tepat sebelum hari kelulusannya.”

Kini aku dan Joohyun serentak menatap Sooyoung penuh harap, mengingat gadis inilah yang bisa dikatakan ‘ketua’ kami sekarang.

“Sebaiknya kita cari tahu perihal Wendy dulu, karna dialah yang pernah mengalami kejadian serupa.”

“Tapi, yang kudengar Wendy kuliah di Amerika.”

Sooyoung menggeleng pelan “Tidak, gadis itu masih di korea, dia bersembunyi. Itulah yang lainnya katakan.”

****

Siang ini, mentari bersinar dengan begitu terik. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 13.22 pm. Lihatlah, aku bahkan rela membolos jadwal les-ku demi memenuhi janji pada dua sahabatku. Rencananya hari ini kami akan mendatanngi rumah yang menurut Joohyun di tempati Wendy selama ini.

Begitu tiba di depan rumah tua itu-tempat kami berjanji akan bertemu-aku langsung di sambut dengan tatapan riang dari Sooyoung.

“Dimana Joohyun?” tanyaku bingung.

“Dia tidak bisa ikut, ada acara keluarga yang harus dia hadiri.”

Aku mengangguk kaku, “Apa ini benar rumahnya?”

Sooyoung hanya tersenyum kecil, lalu menuntunku untuk mengikutinya berjalan ke rumah tua itu. Sooyoung mulai mengetuk pintunya, baru beberapa ketukan pintu itu terbuka-padahal kupikir kami harus menunggu sekitar 5 menit lalu pintu akan terbuka sendiri layaknya drama horror bioskop.

Samar-samar dapat kulihat seorang gadis mengintip dari balik pintu, “Siapa kalian?”

Nada bicaranya terdengar sangat dingin membuat aku dan Sooyoung sama-sama bergidik ngeri “Kami mau menanyakan beberapa pertanyaan.”

“Aku tidak punya waktu,”

“Ini tentang Hyewon Highschool,”

Satu kalimat yang terakhir kulayangkan itu berhasil membuat wanita itu terhenti dari kegiatannya-yang berniat menutup pintu-dan menatap kami secara seksama sebelum mempersilahkan kami memasuki kediamannya.

“Masuklah,”

Begitu memasuki rumah itu, aku dan Sooyoung langsung duduk di sebuah sofa hangat dan tak lama gadis yang kami klaim Wendy itu menyusul.

“Apa yang ingin kalian tanyakan?”

“Begini, sebelumnya kami minta maaf jika pertanyaan kami mungkin terdengar tidak sopan.”

“Tidak apa, bukan masalah.”

Syukurlah gadis ini memiliki watak yang baik “Tiga tahun lalu, saat kau masih menjadi murid di sekolah kami. Kau pernah mengalami ‘kerasukan’-kan?”

Wendy mengangguk perlahan “Ada apa memangnya?”

“Teman kami mengalami hal serupa, kami ingin meminta bantuan, siapa tahu saja anda tahu cara menyelesaikannya karna kudengar anda berhasil lolos dari kejadian itu.”

“Teman kalian? Apa dia seorang yang suka menyendiri.”

“I-iya, dia selalu memilih untuk sendiri di kelas ketimbang keluar bersama kami.”

“Kalian serius?”

Aku dan Sooyoung serentak menganggukan kepala membuat Wendy dengan seketika menutup mulut dengan telapak tangan menunjukkan rasa keterjutannya.

“Sudah berapa lama dia mengalaminya?”

“Sudah hampir satu bulan.” Ucap Sooyoung segera setelah terlihat tengah menimang-nimang hari.”

“Kalian harus cepat, jika ia mengalaminya tepat selama satu bulan maka arwah itu tak akan pernah lepas darinya.”

“ba-bagaimana caranya?”

“Sebenarnya arwah itu masih mengintaiku, hal itu terjadi karna tiga tahun yang lalu aku tidak memenuhi permintaannya dan malah memanggil pengusir arwah. Jadi, jangan pernah sekali-kali mencoba untuk memanggil pengusir arwah jika kalian tak ingin nasib teman kalian itu menjadi sepertiku.”

“Lalu apa yang harus kami lakukan?”

“Penuhi permintaanya, kembalikan mayat itu pada keluarganya.”

“Mayat? Apa maksudnya?” tanyaku yang semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan ini.

“Mayat milik Park Min gi,”

“Park Min gi? Maksudmu gadis yang menulis pesan misterius di dalam buku biologi.”

“Kalian juga membacanya?”

Aku mengacak rambutku frustasi “Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Sunbae tolong jelaskan, apa hubungan Min gi dengan kejadian yang melibatkan teman kami.”

“Sebenarnya, arwah yang merasuki teman kalian itu adalah Min gi,” mengambil napas sejenak, Wendy kemudian melanjutkan kisahnya “Min gi adalah siswi yang sangat cantik dan pintar di masa-nya, tapi tepat sebelum kelulusannya sesuatu yang buruk menimpa dirinya.”

“Sesuatu buruk seperti apa yang sunbae maksud?” tanya Sooyoung sembari menatap penuh penasaran pada Wendy.

“Malam di mana ia menghabiskan waktu untuk belajar di perpustakaan, tiga orang pemuda memerkosa gadis malang itu hingga ia meninggal dan mengubur jasadnya di lantai kelas XII.2.”

Aku dan Sooyoung sudah tidak mampu berucap apapun lagi, rasa terkejut sudah terlanjur menguasai kami. Lalu pada siang itu kami menjadi pendengar setia dari pengalaman-pengalaman yang cukup membuat bulu kami merinding dari gadis blasteran yang akrab di sapa Wendy Son itu.

 

****

Dua hari berikutnya, di saat malam gelap nan sunyi kembali menyapa. aku, Joohyun dan Sooyoung memberanikan diri untuk menyusup ke dalam sekolah dengan tangan masing-masing memegang sekop usang-yang kami dapatkan dari gudang sekolah.

Langkah kami serentak terhenti di depan kelas dengan angka “XII.2” sebagai destinasi, kami saling menatap satu sama lain.

“Kau sudah menghubungi polisi,kan?” tanyaku sedikit ragu pada Joohyun.

“Iya, mereka akan tiba kira-kira 30 menit lagi.”

“Sebaiknya kita masuk sekarang,” ujar Sooyoung dengan nada yang sedikit ragu namun segera ia tutupi dengan tindakan-membuka pintu kelas deng sok berani, dan kami bertiga berhasil di kejutkan dengan sosok Yeri yang tengah membelakangi kami.

“Ye-Yeri?”

Yeri menoleh begitu namanya ku ucapkan, kami akan bersikap santai jika Yeri terlihat seperti biasa tapi dengan penampilannya yang seperti sungguh membuat kami serentak meloloskan teriakan ketakutan dalam waktu yang sama.

Mata gadis itu terlihat putih polos, rambutnya terlihat acak-acakan dan bajunya penuh akan kotoran.

“Apa yang kalian lakukan?”

Suaranya terdengar lebih berat, membuat kami terlebih dahulu berpikir sebelum menjawab.

“Kubilang apa yang kalian lakukan!!”

Kami terhenyak seketika, dengan ragu-ragu Sooyoung maju mendekati Yeri seraya berucap lirih “Kami di sini untuk membebaskanmu Yeri-ah, kami akan mengembalikan mayat, ARGH!”

Semuanya terjadi begitu cepat, tangan Yeri yang seketika mencekkik leher Sooyoung secara tiba-tiba sungguh membuat aku dan Joohyun tertegun di tempat. Aku dengan segera berlari menghampiri dan mencoba membantu Sooyoung, walau pada akhirnya aku harus ikut terlempar di tembok kelas akibat tenaga Yeri yang begitu kuat.

“J-jangan perdulikan aku, cepat cari jasadnya di lantai lantai pojok sana!” ucap Sooyoung dengan suara serak akibat pernapasannya yang terganggu dengan tangan milik Yeri yang mencengkram kuat lehernya.

Aku dan Joohyun awalnya sama-sama menolak dan tetap berusaha membantu Sooyoung kendatipun kami kembali tersungkur dengan parahnya di lantai.

“Sebaiknya kita gali saja dan temukan jasad itu, tidak ada gunanya kita melawan.” Titahku akhirnya.

Joohyun mengangguk mengiyakan dan kamipun mulai menggali, bebarapa kali kami menatap khawatir pada Sooyoung yang nampak sangat kesakitan dan kembali mengalihkan atensi pada lantai kelas. Tidak terlalu susah karna lantai itu sangat mudah terbuka.

“Seulgi, aku menemukannya!”

Ujar Joohyun begitu sekop miliknya terganjal sesuatu. Kami semakin mempercepat laju galian kami hingga ‘sosok’ itu muncul sepenuhnya. Aku dan Joohyun saling bertatapan ragu sebelum sepakat memutuskan untuk mengangkat jasad itu ke permukaan, dan seketika itu pula Yeri yang sejak tadi menyiksa Sooyoung jatuh tersungkur di lantai.

Dengan sisa tenaga yang Sooyoung miliki, gadis itu berusaha untuk membantu Yeri. Pun, aku dan Joohyun yang lantas berdiri menghampiri mereka. Selang beberapa menit, bersamaan dengan sadarnya Yeri, polisi mulai berdatangan di sertai ambulance yang segera membawa Yeri dan Sooyoung ke rumah sakit terdekat.

Polisi juga mengevaluasi mayat milik Min gi, lalu aku dan Joohyun hanya bisa mendoakan yang terbaik dan untuk semuanya.

****

      Author Pov

Pagi yang tentram kembali menyapa, Seulgi dengan riang menjejakkan menuju tempatnya senantiasa menuntut ilmu. Tak ada lagi perasaan gundah layaknya hari lalu, Yeri sudah baik-baik saja sekarang.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti tepat pada kerumunan di depan kelasnya. Dengan cepat ia merajut langkah ke arah kerumunan itu. Tangannya menarik lengan salah seorang murid untuk bertanya.

“Apa yang terjadi?”

“Sooyoung kerasukan!”

Dan kini keringat dingin kembali menemani.

END

A/N :

HUAAA >.<

Demi apa ini ancur banget -_-

Maaf atas ketidak nyamanannya

Maaf juga atas typo-nya.

Aku lagi writer block tingkat tinggi habisnya.

PPAI, PPAI

Write your great opinion ^^