[Chapter] School 2017 – 3

school 2017

ParkSeungRiHae x kyri99 storyline

Title: School 2017

Cast: Kim Yerim, Mark Lee, Jung Jaehyun, Kang Seulgi, Na Jaemin

Support cast: Kim Jongin as Yeri’s brother

Genre: School life, AU, angst (?), friendship, comedy (?)

Rating: G – PG 15

Poster by: @ChocoYeppeo INDO FANFICTIONS ARTS (IFA) or @ChocoYeppeo (for her blog)

Note: Aloha! So this is my first FF about school life. Cast yang aku gunakan itu idol-idol rookie yang lagi nge hits belakangan ini yaitu member NCT dan Red Velvet. Ini juga pertama kalinya Euri nulis FF dengan cast selain Super Generation couple. Plot dari cerita ini sebagian besar merupakan hasil karya unnieku, @kyri99 yang bisa kalian temukan di dunia wattpad ^^. Jadi, ini termasuk FF collab ya reader-deul!! Semoga kalian suka! >< Dan ini bukan FF remake yaa hehe..

A/N: DON’T BE SIDERS AND PLAGIATOR! LEAVE SOME COMMENT AS YOUR RESPECT!

HAPPY READING ^^

“Lakukan apa yang menurutmu benar, dan jangan pernah biarkan orang lain meremehkanmu” – Kim Yerim

Joheun achim imnida!!”

Yeri yang sedari tadi menelungkupkan kepala di atas meja sontak terbangun karena terkejut mendengar seruan yang sangat kencang itu. Gadis itu lebih terkejut lagi ketika si pemilik suara sudah ada di depan wajahnya, memasang aegyeo dengan menopang dagu.

Yeri menjerit kecil. Pemuda di hadapannya tertawa puas.

Aigoo.. uri Yeri. Kau memang cantik dan menggemaskan seperti apa yang orang-orang katakan..”

Yeri mengeryitkan dahinya. Ia tahu pemuda ini merupakan pemuda yang sama yang membantunya kemarin masuk ke dalam sekolah bersama Mark. Tapi, Yeri bahkan belum tahu namanya.

“Apa maksudmu?”

“Ah..” Pemuda itu nampak bersemangat. Ia mengulurkan tangannya disertai dengan senyuman lebar yang menampilkan deretan gigi berwarna putihnya. “Na Jaemin. Aku adalah salah satu tempat yang tepat jika kau membutuhkan informasi seseorang.”

“Aku Jaemin? (Na dalam bahasa Korea bisa berarti aku)” ulang Yeri heran. Jaemin merengut. “Anii.. Na adalah margaku.”

Yeri membulatkan mulutnya lalu melengos. Tidak memperhatikan Jaemin lagi yang menatapnya antusias. “Ya! Ya! Aku belum selesai berbicara.”

“Aku mengantuk.” balas Yeri cepat. Gadis itu rupanya sudah membenamkan kepalanya lagi di antara kedua lengannya. Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal. “Aku kira kau benar-benar semenyenangkan yang orang-orang bilang.”

“Orang-orang?” Yeri mulai tidak nyaman dengan seluruh perkataan Jaemin. Apa yang dibicarakan orang-orang tentangku? Kenapa mereka harus membicarakanku?

Arra. Beritahu aku satu hal.” Yeri kini sudah duduk tegap dalam posisi siap mendengarkan Jaemin.

Pemuda itu langsung tersenyum cerah, kembali antusias. “Apa yang mau kau tanyakan?”

Mark melangkah masuk ke dalam kelas terengah. Ia berlari-lari mencari kelas kesana kemari dengan panik karena ia baru sampai gerbang sekolah 5 menit sebelum bel berbunyi. Kini, matanya membulat sempurna menemukan Yeri sudah duduk manis disana, tertawa-tawa ceria bersama pemuda yang kemarin menolong mereka.

Tak ayal, Mark mengepalkan tangannya geram. Jelas sekali, Jaemin berusaha menarik seluruh perhatian Yeri kepadanya. Dan Mark harus mengakui, ia cemburu. Ia sama sekali tidak menyukai pemandangan di hadapannya itu.

Tapi, apa dayaku untuk cemburu?

Dengan langkah berderap, Mark berjalan menuju meja Yeri. Ia langsung menempatkan bokongnya di kursi. Menimbulkan suara berdecit keras karena tekanan langsung kursi ke atas lantai terlalu besar. Yeri terlonjak. Pembicaraannya dengan Jaemin segera terputus.

“Mark!” serunya senang.

Mark tak mempedulikannya. Pemuda itu malah hanya tidur dengan bantalan tas di kepalanya.

Yeri mendecak kesal. “Cih.. pemuda tak punya hati.” kesalnya. Jaemin tertawa terbahak. Yeri ikut tersenyum. “Aku kesal sekali dengannya. Dia memang menyebalkan. Tak heran, tak ada satupun gadis yang menyukainya.”

Mark lantas langsung bangun, wajahnya menampakkan raut tidak setuju. “Hei! Aku tidak sepayah itu!”

“Kau memang payah!”

“Tidak!”

“Payah!” Yeri masih tak mau kalah. Jaemin tersenyum misterius. Sepertinya, pemuda itu bahkan sudah dapat mencium gelagat aneh di antara Yeri dan Mark walaupun mereka baru dua kali bertemu.

“Ya! Tidakkah kalian lupa masih ada aku di depan kalian? Kalian benar-benar payah.” ucap Jaemin enteng. Yeri dan Mark langsung melotot ke arah Jaemin.

“Ya!!!” teriak mereka bersamaan. Jaemin terkekeh. “Kalian memang pasangan serasi.”

Mwo??” Kini, hanya Mark yang histeris. “APA MAK-“

“Mark Lee! Berhenti membuat keributan!”

Mark terkejut. Jongin di depan sana, sedang mati-matian berusaha memasang death glarenya. Tapi, Mark tahu, kakak dari Yeri itu tidak akan pernah sanggup marah kepadanya tanpa alasan yang jelas. Ini hanyalah masalah kecil. Jongin tidak akan pernah dapat menjadi kakak kelas yang killer, semacam Seulgi.

Ne.. Jongin sunbae..” Yeri tertawa pelan. Biasanya, Mark akan langsung melawan. Namun, di sekolah karena tingkatan membedakan mereka, pemuda itu terlihat seperti anjing pudel penurut.

“Hei.. kau jinak sekali..” bisik Yeri menggoda Mark. Pemuda itu mendelik. Yeri kembali tertawa puas. “Rasakan itu! Kau tidak akan bisa menjahiliku di sekolah!”

“Aku bisa saja melakukannya. Karena itu awasi pandanganmu, Kim Yerim..” Kalimat itu lebih terdengar seperti tantangan. Yeri mengendikkan bahunya. “Tentu saja. Ayo, kita lihat apa yang akan terjadi.” Mark memperingatkan Yeri dengan menunjuk kedua matanya dengan jarinya dan mengarahkannya ke Yeri disertai tatapan sengit. Gadis itu melayangkan pandangan serupa, tak kalah sengitnya.

“Mark Lee! Kim Yerim!”

Yeri serta Mark langsung mengerut mendengar suara galak yang tidak asing tersebut. Siapa lagi kalau bukan Kang Seulgi.

“Kenapa kalian terus saja membuat keributan?!”

Yeri memejamkan matanya, meredam amarah. “Apa yang kalian bicarakan?!”

“Apakah kau berhak menganggu privasi kami, Seulgi?” kecam Yeri dingin. Jongin melotot ke arah Yeri. Seperti biasa, gertakan orang yang tidak disukai Yeri hanyalah angin lalu. Apalagi, Jongin. Peringatan pemuda itu selalu saja mental, tidak pernah berefek.

Seulgi muntab. Yeri memanggilnya dengan cara sangat-tidak-hormat. “Beraninya, kau!”

Gadis berumur 17 tahun itu hampir saja akan mendatangi Yeri dan mungkin melayangkan sebuah tamparan ke atas pipi mulus chubby itu jika Jaehyun tidak cepat-cepat menahan lengan gadis itu.

Jaehyun bak air yang dengan segera menyiram tuntas api emosi Seulgi. Dengan mudah, gadis itu kembali tenang. Yeri mengeryitkan dahinya, lagi. Memang benar, ada yang tidak beres dengan Seulgi juga Jaehyun.

“Baiklah. Huru-hara selesai sampai disini. Saya, Jaehyun, akan berlaku sebagai pembimbing kalian selama satu bulan ini. Adapun, saya dibantu oleh dua rekan saya, Kim Jongin dan juga Kang Seulgi.” Jaehyun menunjuk Seulgi dan juga Jongin.

Jongin hanya melambaikan tangannya disertai ringisan aneh dan Seulgi hanya tersenyum sedapatnya.

“Hari ini, kalian harus memecahkan sebuah misteri dari kami. Kalian akan saya bagi tim dengan anggota 3 orang. Dengarkan baik-baik!”

Yeri membuang pandangannya ketika irisnya bertemu dengan iris hazel milik Jaehyun. Entah kenapa, ia sekarang sedikit membenci pemuda itu. Atau malah sudah sangat membencinya?

“Doyoung, Jungkook, Mina!”

“Taehyung, Irene, Bogum!”

“Saeron, Joo Hyuk, Sung Kyung!”

“Suzy, Minho, Taecyeon!”

Yeri menguap malas. Mendengar namanya tak juga kunjung disebut. Ia dapat merasakan pandangan Seulgi yang menusuk terus menerus diarahkan kepadanya. Tapi, sekali lagi, gadis itu tidak akan pernah mempedulikannya.

“Yeri, Mark, Jaemin!”

Mwo?!” teriak Yeri kaget. Kenapa juga harus Mark?! Dan Jaemin? I’m so done with my life, Yeri menghela napasnya pasrah. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan Seulgi. Melihat Seulgi nampaknya sedang baik-baik saja jika ada Jaehyun, Yeri merasa pertengkaran mereka tidak akan seru.

“Baiklah. Itu tadi kelompok terakhir. Permainan kita mulai!” Jongin berusaha bersikap hangat dan terlihat menyenangkan. Yeri mendecih kesal. Dia menjual tampangnya lagi, gadis itu dengan tidak berminat bangkit dari tempat duduknya seperti apa yang dilakukan anak-anak lain.

“Masing-masing dari kalian harus menemukan beberapa sobekan peta untuk tahu dimana letak kegiatan kita selanjutnya. Kelompok yang dapat mencapai tempat tujuan terlebih dahulu akan mendapatkan keuntungan khusus!” Jongin lagi-lagi berusaha terlihat bersemangat dan ceria. Yeri lama-lama mengerti. Apalagi tatapan kakaknya terus berbinar kepada satu orang di kelas itu.

Krystal Jung. Wanita super cantik dengan wajah alaminya itu memang menarik perhatian. Sikap dinginnya malah semakin mengundang rasa penasaran para pemuda untuk mengetahuinya lebih dalam.

Jongin terdengar sibuk berbusa-busa dengan perkataannya, “Apakah kalian mengerti?”

Ne, sunbae!”

Geureom, race start!” Jaehyun membuka pintu kelas dan para murid berhamburan keluar seperti aliran air yang mengalir kencang ketika kran terbuka. (Kalau begitu, lomba dimulai!)

Kajja!” (Ayo!)

Mark menelusuri telapak tangan Yeri dan menempatkan jemarinya di sela tangan gadis itu. Kemudian mengeratkannya perlahan. Yeri menyumpahi dirinya sendiri, karena detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Tidak berkompromi dengan pernyataannya yang sedang ia tanamkan ke dalam hatinya.

Kalau ia harus menyudahi segalanya.

Tidak. Ia tidak boleh menyayangi Mark lebih dari sekedar sahabat. Semua akan kacau jika masalah hati dicampur adukkan ke dalam semua ini. Sebuah hubungan tanpa canggung yang terlalu sayang untuk dirusak.

Aku menyayangi Mark hanya sebatas sahabat. Tidak akan lebih. Kuatkan hatimu sendiri, Yeri..

Yeri tersentak menyadari pergelangan tangan kirinya juga dicengkram seseorang. Gadis itu menoleh dengan refleks dan membulatkan matanya.

“Ya! Lepaskan tanganku!” protesnya kesal. Na Jaemin, pemuda itu tentu saja hanya menunjukkan cengiran menyebalkannya kepada Yeri, cengiran tidak berdosa semacam itu. Jaemin mengerutkan dahinya, tidak setuju.

“Mark boleh mengenggam tanganmu, lalu aku hanya menarik tanganmu, apakah itu salah?”

Jaemin terlihat begitu polos sekarang, mau tak mau amarah Yeri meredup. Padahal sebenarnya, otak-otak modus itu ada dalam diri Jaemin. Ia sekali lagi, berpura-pura untuk menjadi polos. Dan nyatanya itu selalu berhasil.

Mark mendengus pelan. Tadinya, ia ingin sekali menjauhkan Jaemin dari Yeri bagaimana pun juga, ternyata pemuda satu itu nampaknya cukup cepat. Tidak seperti yang ia kira.


“Jaehyun! Mau kemana?”

Suara derap langkah mendekat menandakan pemilik suara familiar itu semakin mengikis jarak. Jaehyun menghela napasnya pelan, pikirannya terus mengambang sedari tadi. Dipenuhi satu siluet yang sudah beberapa lama tidak ia temui.

“Ya! Kau mendengarkan apa kataku barusan?” Kang Seulgi berdiri di hadapan Jaehyun, menjetikkan jarinya. Membantu pemuda itu mendapatkan akalnya kembali.

“Ah, mwo? Mian.” jawabnya singkat. Kembali dingin, seperti biasanya. Seulgi mendesah pelan, “Bisakah sehari saja, kau menghapus nada dingin itu, Jae?” lirihnya pelan, mulai lelah akan semua ini.

“Tidak bisa.” jawabnya lugas. Seulgi kehilangan kata-katanya. Sampai kapan, perasaan satu arah ini akan berlanjut? Sampai kapan penantiannya akan berakhir?

“Aku pergi dulu.” Jaehyun berlari kecil menuju satu kelompok kecil di hadapan sana. Meninggalkan Seulgi dalam keporak porandaannya yang tak terlihat maupun terucap. Gadis itu terlalu pintar menyembunyikan segalanya. Gadis itu terlalu terbiasa memendam segalanya sendirian. Di balik topeng wajah galaknya itu, perasaannya sebenarnya tidak sekeras itu. Ia lemah soal masalah seperti ini.

Geurae.. Aku tahu, aku tidak akan dapat masuk ke dalam hatimu walaupun sekian lama, aku berusaha menunjukkannya kepadamu. Setulus apa aku menyayangimu..

“Yeri!”

Yeri terkejut, gadis itu menoleh ke belakang refleks. Kedua matanya membulat mendapati ternyata tebakannya terhadap pemilik suara itu benar.

“Jaehyun sunbae?”

“Eii.. kenapa memanggilku sunbae? Panggil aku oppa seperti biasanya.” Jaehyun menunjukkan senyuman lebar khasnya padahal ia masih cukup terengah mengejar Yeri.

“Kemana Mark dan Jaemin?” Jaehyun menoleh ke arah kiri dan kanan mencari dua pemuda yang seharusnya bersama-sama dengan Yeri sekarang.

“Ah, mereka menyusuri lorong lantai tiga untuk mencarinya. Mereka bilang aku tetap di lantai bawah saja agar tidak terlalu lelah.”

Jaehyun lagi-lagi mengulum senyumnya seolah ia benar-benar bahagia juga senang bertemu dengan Yeri seperti ini. Gadis ini masih sama seperti dulu. Masih sama dengan rona merah di pipinya, senyuman manisnya, dan juga nada suaranya yang begitu imut. Segala hal kecil tentang Yeri yang digilai oleh Jaehyun.

“Hei..”

Yeri menaikkan sebelah alisnya melihat Jaehyun terlihat takut-takut melirik ke arah kanan juga kirinya. Pemuda itu kemudian menyeringai misterius, “Apakah kau mau tahu dimana peta itu tersembunyi?” bisiknya keras.

Yeri tentu saja mengangguk. Ia ingin segala acara ospek semacam ini cepat selesai. Jaehyun tersenyum penuh kemenangan.

“Ja!”

Jaehyung menggoyangkan sebuah kertas di depan wajah Yeri dengan senyum jahil. Yeri membulatkan matanya, “Ya! Bagaimana kau bisa begitu curang seperti ini? Tidakkah kau berpikir semua murid baru akan kesulitan mencarinya??”

Jaehyun mengendikkan bahunya, tak peduli, “Jadi, kau mau atau tidak?” Pemuda itu masih menggoda Yeri, mengipasi Yeri dengan petunjuk di tangannya. Yeri hendak merampasnya namun Jaehyun dengan sengaja mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Yeri tak dapat menggapainya.

Gadis itu memanyunkan bibirnya , kesal. Ia berusaha berjinjit, melompat, dan merebut kertas itu dari Jaehyun. Pemuda yang berusia satu tahun lebih tua dari Yeri itu tertawa penuh kemenangan, “Coba ambil, Kim Yerim! Setidaknya ada usahamu untuk mengambil.”

Yeri melompat-lompat lagi hingga akhirnya tak sengaja ia mendorong Jaehyun terlalu keras. Sesaat kemudian, bunyi berdebam memenuhi lorong. Yeri memejamkan matanya erat menunggu tubuhnya mencium tanah, namun yang ia rasakan selanjutnya malahan ia menindih sesuatu yang hangat dan empuk.

Oppa!” teriak Yeri panik dan bergegas ingin bangkit. Tapi, Jaehyun menarik lengannya. Pipi Yeri merona. Jaehyun menunjukkan senyuman mematikannya, “Ck.. tak kusangka adikku sudah bertumbuh sebesar ini.. Bagaimana bisa kau tidak main ke rumahku selama 3 tahun terakhir, huh?”

Yeri hanya tersenyum kikuk. Sebuah deheman kencang sontak membuatnya terkejut. Mata Yeri membulat mendapati Kang Seulgi juga Mark Lee ada beberapa meter di depan mereka berdua yang ada dalam posisi yah… kurang mengenakkan.

Yeri dan Jaehyun buru-buru bangkit. Yeri dengan gugup menepuk-nepuk roknya, seolah membersihkan debu yang menempel disana. Jaehyun membereskan dasi dan juga rambutnya kemudian berdehem pelan.

“Apa yang kau lakukan disana, Kim Yerim?” Nada dingin Mark terdengar kentara. Yeri menutup matanya, mengaduh sendiri dengan keadaan yang ada. Sungguh, ia sama sekali tidak bermaksud apapun. Jaehyun yang membuat segalanya semakin mengerikan.

Seulgi menatap tajam mereka berdua seolah baru melakukan kejahatan berat. Jaehyun mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha berpikir apa yang sebaiknya ia lakukan sekarang.

“Ah.. tadi aku hanya membantu Yeri menggapai sudut lorong itu. Dan kami terjatuh, apakah itu salah?”

“Kau pikir aku tidak melihat apa yang sebenarnya kalian lakukan?” Kini, giliran nada tajam Seulgi menyerang. Yeri menelan ludahnya. Habis sudah masa ospeknya. Ia akan menjadi bulan-bulanan Seulgi jika terus seperti ini.

“Jaehyun oppa yang melakukannya!” kesal Yeri pada akhirnya. Jaehyun mendelik, “Ya! Kau juga mau mendapatkan sesuatu dariku kan?”

“Tapi, aku tidak memaksamu!”

“Jelas kau memaksaku!”

Mark mengeraskan rahangnya melihat sesuatu yang menggelikan seperti ini di depannya. Ia benci sekali harus menyaksikan semua ini sekarang. Tapi, sekali lagi, ia tidak bisa melakukan apapun. Cemburu? Jelas. Namun, bukankah semakin jelas jika Yeri memang menyukai Jaehyun.

Lihat, Mark.. rona merah di pipi Yeri. Senyumnya. Segalanya berbeda bukan jika dia sedang bersamamu?

“Cih, pasangan serasi.” desis Mark kesal. Yeri mendengarnya, “Mwo? Pasangan serasi apanya?”

Pemuda itu mengendikkan bahunya seakan tidak peduli. Cepat-cepat ia menyambangi Yeri dan menarik gadis itu pergi. “Ya!! Siapa yang mengizinkanmu menyeretku sekarang!!” protes Yeri tidak terima.

Mark memilih untuk tuli sejenak agar dapat menjauhkan Yeri dari Jaehyun sekarang. Yeri terdiam melihat perubahan emosi dalam wajah Mark. Apakah Mark marah sekarang? Apa alasan dia untuk marah? Kenapa juga dia harus marah melihatku bersama dengan Jaehyun? Dia tahu bukan Jaehyun sudah seperti kakakku sendiri?, banyak sekali pertanyaan yang bertebaran dalam benak Yeri.

“Mark..” Gadis itu setengah berbisik, takut-takut Mark sungguh marah padanya.

Mark tidak menghiraukannya sama sekali, beberapa kali ia menoleh ke belakang, memastikan Jaehyun tidak mengikuti langkah mereka. Yeri menggembungkan pipinya kesal. “Mark!” panggilnya tak sabar.

“Eoh?”

“Kau marah sekarang?”

Mark sontak menghentikan langkahnya, terkejut. Sekuat tenaga, ia berusaha mengontrol ekspresi wajahnya. Menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Yeri terlalu jeli dalam masalah ini, ia dapat dengan mudah menyatakan kalau memang itu yang sebenarnya sedang Mark rasakan.

“Apa yang membuatmu marah?” tanya Yeri pelan. Mark membuang pandangannya, tidak sanggup melihat ke arah Yeri yang memandangnya intens dengan kedua bola matanya yang besar itu.

“Aku tidak marah.” jawab Mark pendek, malah semakin menunjukkan jika dia marah.

“Kau marah Jaehyun oppa melakukan sesuatu padaku?”

Mark akhirnya mengarahkan pandangannya pada Yeri, “Aku khawatir! Apakah aku tidak pantas khawatir melihat posisimu dengan Jaehyun seperti itu?! Apakah kau tidak pernah berpikir jika orang-orang akan berpikir yang tidak-tidak terhadapmu?”

Yeri mengulum senyum. Benarkan. Mark marah karena masalah itu. Gadis itu malah tersenyum lebar ke arah Mark. Pemuda itu mengeryitkan dahinya. Apakah Yeri masih waras sekarang?

Gadis itu memeluk lengan Mark erat dan menyandarkan kepalanya disana, “Arrayo.. Jangan marah, oke? Itu juga tidak sengaja. Aku tadi berusaha mendapatkan petanya. Jaehyun oppa begitu licik sehingga ia menyimpan peta itu sendiri.”

Mark mengendikkan lengannya agar Yeri menyingkir dari situ. Yeri memanyunkan bibirnya beberapa senti ke depan, “Yaish.. kau kekanakan sekali masih marah padaku!” omelnya.

Pemuda itu berteriak dalam hatinya. Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah jika Yeri melakukan itu lebih lama, Mark yakin hatinya tidak akan bertahan lagi. Jantungnya juga mungkin akan copot dari tempatnya kalau gadis itu masih saja melakukannya.

“Aku bilang aku tidak marah! Aku hanya khawatir! Baiklah, aku akan pergi ke Jaehyun dan meminta benda itu agar cepat selesai.”

Yeri mengangguk.


*@Gymnasium

“Eii, kau bercanda? Kita kembali lagi ke tempat semula?!” marah Jaemin ke Mark yang membawa mereka kesini sesuai peta yang sudah ia dapatkan dari Seulgi. Ya, Jaehyun mengoper benda itu ke Seulgi. Dan dengan sangat terpaksa, Mark melakukan keahlian rap nya untuk mengambil hati Seulgi tadi dan memberikan benda itu padanya.

“Mana aku tahu! Ini hanya sesuai dengan yang tertera di dalam sini!”

Yeri mendecak tak sabar, “Sudahlah, buka pintunya Mark!”

Mark memandang Yeri takut-takut, “Kau saja!”

Yeri memandang ke arah Jaemin, “Buka, Jaem..”

Aniya! Kau saja!” (Tidak mau!)

Gadis itu menghela napasnya kasar. “Kenapa aku ditempatkan dengan dua pemuda pengecut seperti kalian? Menyebalkan sekali.” rutuk Yeri. Kedua pemuda itu hanya dapat menunjukkan cengiran menyebalkan mereka. Tanpa rasa berdosa.

Yeri perlahan membuka pintu gymnasium dan melongok ke dalam. Ada Jongin! Berarti mereka tidak salah. Yeri menunjukkan senyuman terlebarnya seraya membuka pintu gymnasium lebar-lebar. Sontak, orang-orang yang ada di dalamnya terdiam dan menoleh ke arah mereka bertiga semua. Mereka adalah anak kelas satu yang pertama kali datang kesini setelah beberapa lama race dimulai. Bukankah itu mengesankan?

Yeri mengerjapkan matanya mendapati ada sesuatu yang tidak beres dengan seluruh tatapan mereka. Ada yang memandang heran, marah, kesal. Terutama Jongin. Pemuda itu seakan sedang memarahinya lewat tatapan sekarang.

“Kau tidak seharusnya disini sekarang!” bisik Jongin keras. Yeri menaikkan sebelah alisnya.

“Aku mendapatkan petanya dari Seulgi. Apa yang salah??”

Jongin menepuk jidatnya sendiri. Kenapa adikku begitu bodoh dalam hal ini?

“Kau harus pergi ke kantin dulu sayang.. Baru kau kesini!” ucap Jongin gemas. Yeri semakin mengerutkan dahinya, “Mwo? Menurut petanya aku harus langsung kesini!” Yeri yang keras kepala muncul.

“Ada keterangan di bawahnya bodoh!” Jongin sekarang sudah tidak dapat menahan dirinya. Yeri buru-buru melihat di bawah peta. Memang ada keterang di bawahnya! Kecil sekali. Yeri mulai memaki pembuat peta bodoh itu sekarang.

“Siapa yang membuatnya hingga terlihat menggelikan seperti ini?!” teriak Yeri tanpa sadar.

“Aku. Kenapa?”

Kang Seulgi muncul dari pintu bersama Jaehyun. Pemuda itu nampak tidak dalam kondisi yang baik. Moodnya memburuk mungkin.

Gadis itu membalikkan badannya serta melemparkan tatapan sengit ke arah Seulgi. Dari awal dia memang sangat tidak menyukai Seulgi. Entah kenapa, aura permusuhan selalu ditunjukkan gadis yang lebih tua darinya itu setiap kali mereka bertemu.

“Ah, pantas saja ini terlihat menggelikan. Yang membuatnya sama sekali tidak punya otak! Tidak heran hasilnya seperti ini.” komentar Yeri pedas. Wajah Seulgi merah padam. Beraninya anak ini!

Jaehyun buru-buru menarik lengan Seulgi, “Sudahlah, Seul..”

Dengan tatapan berkobar penuh amarah, Seulgi mendelik ke arah Jaehyun, “Kau membelanya sekarang?!” teriak Seulgi tidak terima. Jaehyun mengaduh sendiri karena teman-teman panitianya mulai melempar tatapan heran.

“Aku tidak membelanya!” bisik Jaehyun keras. Seulgi melepaskan tangan Jaehyun yang masih melekat di lengannya, “Biarkan aku memberinya pelajaran kali ini!” Seulgi geram sekali. Ia ingin menampar pipi Yeri sekarang juga.

Kini, Jongin yang menghalangi. Wajar saja, kakak manapun tidak ingin adiknya disakiti.

“Jangan menampar adik kelas, Seul! Kau akan kena hukuman! Kau bisa dikeluarkan dari kepanitiaan.” Jongin memperingatkan. Lagipula, itu sudah menjadi peraturan yang ditetapkan kepala sekolah. Bisa-bisa, Seulgi diskors beberapa minggu jika melakukan ini semua.

“Aku tidak peduli! Minggir!”

Seulgi mendorong Jongin kencang-kencang ke samping hingga pemuda itu tersungkur di buatnya. Seulgi memang tak diragukan lagi kekuatannya. Ia salah satu atlet taekwondo terbaik kebanggaan Hanlim.

Yeri menatap Seulgi masih dengan sengit. Ia terlihat sama sekali tidak takut. Gen pembangkang keluarga Kim memang benar adanya. Mereka takkan takut akan sesuatu yang mereka anggap benar. Dan Yeri merasa dirinya benar kalau senior sebaiknya tidak menindas junior seenaknya.

Gadis itu menatap Seulgi tak kalah berkobar dengan amarah. Ia tidak gentar sama sekali. Baginya, Seulgi hanyalah masalah kecil. Tangan itu sudah mulai melayang. Yeri menghindar dengan cepat. Seulgi mendelik melihat Yeri dapat menghindar dari tamparannya.

“Beraninya kau!” teriak Seulgi tertahan. Yeri hanya mengendikkan bahu dan memasang wajah tengilnya yang super menyebalkan. “Kau mau melawanku?” tanya Seulgi lagi.

“Silahkan jika itu maumu..” Yeri melemparkan gestur acuh tak acuh. Jongin yang panik sekarang.

“Yeri! Jangan gila!” teriak Jongin kesal sekaligus panik. Yeri membuat kupingnya tuli beberapa saat dari peringatan orang-orang di sekitarnya. Manusia seperti Seulgi harus dibereskan terlebih dahulu agar masa SMA nya tenang.

“Maju..” ucap Yeri pelan namun yakin. Seulgi membulatkan matanya sempurna. Mana ada adik kelas yang berani menantang kakak kelas seperti ini?!

“Ah.. keluarga Kim, seperti yang aku kira, manner kalian sangatlah buruk.” sinis Seulgi. Yeri tidak peduli, “Kau mau melawanku atau tidak? Tadi kau yang menantangku, Seulgi-ya..”

Seluruh panitia yang berada dalam ruangan terkejut mendengar Yeri memanggil Seulgi sangat kurang ajar. Sudah pakai banmal, dan ia sama sekali tidak menunjukkan rasa hormatnya barang sedikit pun! (Bahasa non formal)

Yeri mulai memasang kuda-kudanya. Ia sudah dalam keadaan siap bertempur. “Ah.. kau belum pernah mendengar soal aku ya?” Seulgi mulai melemaskan otot tangannya, otot lehernya dan juga bahunya. Ia memasang tampang yang amat mengerikan hingga Jaehyun pun tak berani menghentikannya.

Tamat kau, Kim Yeri.., batin Seulgi puas. Jongin bergidig ngeri. Ia sudah merasakan bogem mentah Seulgi ketika masa ospek dulu. Ia satu kelompok dengan Seulgi lalu melakukan suatu kesalahan. Sehingga gadis itu muntab dan menonjok wajahnya hingga hidungnya berdarah.

Seulgi tak akan dapat dilawan siapapun, bodoh, Jongin memaki dirinya sendiri karena merasa tidak dapat menyelamatkan adiknya. Ia merasa menjadi seorang pengecut sejati.

Set..

Satu tinju melayang, dapat dihindari Yeri. Refleks gadis itu ternyata sangat bagus. Jongin ternganga. Sejak kapan adiknya menjadi jago beladiri?

Buk.

Tak disangka, serangan mendadak Yeri telak mengenai perut Seulgi. Tidak terlalu kencang namun cukup mengejutkan Seulgi. Gadis itu menyeringai seram. Jika Seulgi sudah berkelahi, jangan harap bisa menormalkannya dengan mudah.

“Oh.. kau jago beladiri juga ternyata.. Baiklah, aku tidak akan mudah padamu. Kita lihat saja sekarang.”

Dug.

Tinju Seulgi melayang mengenai rahang Yeri. Gadis itu tersungkur. Ia mengaduh pelan. Seulgi tersenyum penuh kemenangan, langkah kakinya mulai membawanya mendekat pada gadis itu untuk melakukan serangan yang lebih agresif.

“Yeri!” Mark berteriak terkejut melihat gadis itu tersungkur. Masa bodoh, ia akan menjadi tameng Yeri sekarang. Ia tahu Yeri hanya berbekal nekad dan kemampuan karatenya sungguh masih di bawah rata-rata. Gadis itu hanya pernah mengikuti ekskul beladiri itu selama setengah tahun di SMP.

Mark bergegas berlari melindungi Yeri yang akan segera diinjak Seulgi.

Buk.

Injakan itu terlalu kencang. Mark bahkan meringis sendiri merasakan pinggangnya seperti mau patah, “Aduh.. aduh.. Bagaimana ini? Pacarnya melindungi dengan segenap hati..” cibir Seulgi. Ia menyeret Mark untuk berdiri, menarik kerah pemuda itu. Menatapnya tajam dan dingin.

“Ini urusanku dengan Yeri. Jangan. Ganggu. Kami.” Seulgi menekankan setiap katanya. Mark mulai sedikit gemetar ketakutan. Namun, melihat Yeri yang tak dapat kunjung berdiri, menggugahnya untuk melakukan lebih.

“Jika itu berurusan dengan Yeri, kau harus melangkahiku dulu, sunbaenim..” ucap Mark mantap. Seulgi terkesiap. Apa yang dikatakan bocah ingusan ini? Melindungi seorang gadis?

Seulgi mendadak melepaskan cengkramannya pada kerah Mark. Pemuda itu terjatuh karena gadis yang lebih tua setahun darinya itu tadi agak mengangkatnya hingga kakinya tak dapat menapak. Postur tinggi besar Seulgi memang tak dapat diragukan.

“Yeri!”

Mark melotot melihat Jaehyun menghampiri Yeri. Pemuda itu bahkan terlihat sangat khawatir. Apa-apaan dia?! Menghentikan Seulgi saja tidak bisa!

“Kau tidak apa-apa?” tanya Jaehyun. Yeri mengangguk pelan. Rahangnya terasa ngilu sekali. Yeri berpikir apakah giginya masih utuh di dalam sana. Ia tidak berani berkata-kata, takutnya giginya ada yang copot dan jatuh.

“Minggir!” bentak Mark. Ia mendorong Jaehyun ke samping. Yeri mendelik, “Mark!”

“Ayo, kita ke UKS. Se-ka-rang!”

“Tapi..”

“Jangan membantahku, Yer. Cepat!” Mark mengulurkan tangannya. Yeri menerimanya dan mencoba berdiri. Ambruk lagi. Gadis itu merintih kesakitan. Seulgi tadi sempat menendang mata kakinya. Itu sangat menyakitkan.

“Kau benar-benar terluka? Ckck..” Mark berjongkok di depan Yeri. Gadis itu mematung kebingungan. Ia mengerti gestur ini. Tapi, mereka sudah tidak melakukannya sejak kelas 6 SD. Terakhir ketika Yeri terjatuh dari sepeda.

Jaehyun mulai mengangkat Yeri tanpa aba-aba. Gadis itu memekik kesakitan karena tak sengaja, Jaehyun memegang bagian lukanya dengan keras. Mark melotot lagi. Kenapa sih dengan pemuda satu ini?!

“Lepaskan Yeri!”

Mark merebut gadis itu dari gendongan Jaehyun. Ia cukup kepayahan karena posturnya yang tidak setinggi Jaehyun. Namun, gengsinya berjalan lebih cepat. Susah payah, Mark keluar dari gymnasium untuk membawa Yeri ke UKS.

Jaehyun tercenung sejenak.Memandang sosok Mark yang menjauh dengan Yeri di dalam dekapannya. Jadi, apakah itu Mark yang pernah Yeri ceritakan penuh sukacita padaku dulu?, bisiknya pahit.

Annyeong hasimnikka!!

Ga kerasa yaa udah taun baru lagi, reader-deul:” Selamat tahun baru semuanya!! Semoga hal-hal baik akan terjadi sepanjang tahun ini dan juga kita semua dijauhkan dari segala masalah dan rintangan yang ada. Aamiin..

Duh, aku jadi malu sendiri ngeliat judul FF aku :” Sebenernya pengen ngelarin FF ini pas Desember kemarin tapi terlalu banyak halangan. Dan sekarang udah tahun 2018 aja :” Jadi, mohon dimaklumi aja yaa judulnya hehe ^^

Tinggalkan jejak yaa dear! Setiap komen kalian sama vote dari kalian bener-bener berarti buat Euri ❤

Follow me on wattpad: @ParkSeungRiHae

With love, Euri ❤ ❤

Write your great opinion ^^