WHAT CAN I DO? [ONESHOT]

image

Poster by KRYZELNUT  AT INDO FANFICTIONS ARTS thanks!

Tittle : What Can I Do?
Main Cast : RED VELVET’s Kim Yeri — BTS’s Jeon Jungkook — BTS’s Kim Taehyung
slight! LV’s Ryu Sujeong with Jeong Yein
Genre : Sad—Romance—fluff—hurt—drama—family, friendship
Oneshoot



Aku masih disini.

Ditempat ini sejak satu jam yang lalu. Mataku sedari tadi menelusuri sekeliling. Kemana dia? Apa ia takkan menjemputku?

Aku membuka akun SNS-ku lalu memberi pesan pada Jungkook—sahabatku—agar segera datang kesini. Uh, jika aku masih hafal jalanan dikota Seoul, sudah pasti aku pulang kerumah sendiri.

Mataku menangkap siluet seorang pria yang sudah tidak asing lagi. Pria itu berlari. Lalu berhenti tepat didepanku. Ia semakin tinggi, ia semakin tampan, ia cinta pertamaku—

—Jeon Jungkook.

“Maaf membuatmu menunggu sangat lama, Yeri. Tapi aku benar-benar terjebak macet tadi. Maafkan aku, ya?” ia menatapku seperti dulu. Seperti tiga tahun lalu.

Aku mendengus. “Aku menunggumu selama satu jam, Kook. Tapi—tak apa, ini lebih baik daripada kau sama sekali mengabaikanku.” aku tersenyum tipis. Ia mengangguk lalu menarik koperku yang tidak bisa dibilang besar ini.

Apa ia masih seperti dulu? Apa ia masih tidak peka terhadap perasaan orang lain? Atau ia sudah memiliki kekasih? Ah mungkin tunangan?

Jujur, aku masih mencintainya. Walaupun aku sudah berkuliah di Jepang pun tetap saja, aku mencintainya. Sungguh, ia memiliki pesona yang kuat bagi seorang pria untuk memikat seorang gadis.

“Yeri? Ayo, ibuku sudah menunggumu.” Jungkook membuyarkan lamunanku lalu menggenggam tangan kananku dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menarik koperku.

What can I do to make you love me?
What can I do to make you care?
What can I say to make you feel this?

Aku memandang sisi wajahnya, apa yang harus aku lakukan agar kau mencintaiku, Jungkook? Apa aku harus melakukan hal aneh?

Ia memandangiku sekilas. Lalu kurva tipis terhias diwajahnya. “Aku merindukanmu, Kim Yerim. Sangat merindukanmu.” ia lalu memberhentikan mobilnya disisi jalanan sepi.

Aku menatapnya bingung. “Tumben kau merindukanku. Biasanya kau hanya merindukan Jeong Yein-mu itu.” aku agak ragu mengatakan kata terakhir. Aku benci mengungkit masa lalu. Tapi—aku harus menutupi rasa tertarikku pada Jungkook.

Jungkook menatapku malas. “Sudah beberapa kali kukatakan bahwa aku sama sekali tidak menyukai Yein. Itu hanya gosip yang Taehyung buat. Aku benar-benar tidak menyukainya. Dan jangan menyebut namanya lagi.” ujarnya masih menatapku malas.

Aku memutar kedua bola mataku. Huh, kenapa diberi penjelasan sepanjang itu? Aku mengerti jika ia hanya mengatakan; jangan sebut namanya lagi, Yeri. Aku sudah cukup mengerti.

“Kenapa diberi penjelasan? Aku hanya menyebutkan namanya saja, bukan? Kau bertingkah seperti kau pernah menyukai Yein. Apa yang terjadi selama aku berada di Jepang?” aku masih menatapnya. Ah, mungkin tatapanku kali ini seperti tatapan mengintimidasi.

“Jangan mulai, Yeri.”

“Baiklah, aku diam sekarang.” aku mengalihkan pandanganku pada kaca mobil. Dan melihat jalanan Seoul yang sepi. “Mau sampai kapan kita akan diam disini, tuan?” tanyaku menatapnya sinis.

Ia menoleh kearahku, lalu mendengus. “Sifatmu berubah.” cetusnya yang membuat aku langsung menatapnya.

Aku berusaha setenang mungkin. “Setiap orang pasti berubah, Jeon. Tidak selamanya pendirian orang akan seperti itu terus.” jawabku lalu kembali menatap jalanan lurus.

Ponselku bergetar. Uh, kenapa Taehyung menghubungiku semalam ini? Aku langsung mengangkat panggilannya. Dan mungkin aku mengabaikan Jungkook.

Yeoboseyo?”

Kim Yerim, kenapa kau tidak bilang bahwa kau pulang ke Korea? Aku dan Yein sempat syok saat Sujeong kata bahwa kau akan pulang.

“Kau tidak perlu sehisteris itu, Tae. Aku memang baru pulang. Aku akan tinggal bersama nenekku, dan kau jangan khawatir, aku bersama Jungkook sekarang.”

Kau bersama Jungkook? Bagaimana perasaanmu? Apa ia masih tidak peka padamu? Jika kau tinggal disini, aku akan memberitahu sesuatu padamu. Besok aku akan mengajakmu jalan. Hanya kita berdua.”

Baiklah, kau kerumah nenekku saja. Pukul delapan.” aku tersenyum tipis diakhir kalimat. “Aku tutup dulu sambungannya. Bye.”

Panggilan terputus. Lalu kulirik Jungkook yang sedang menatapku. Aku mengerutkan keningku bingung.

Wae?” tanyaku dingin. Ia hanya menghela nafasnya berat. Masih dengan menatapku, ia mengangkat tangannya dan mengelus pipiku. Mataku membelalak, kenapa ia melakukan ini? Apa ia tahu bahwa aku menyukainya? Tidak mungkin. Taehyung takkan mungkin memberitahu rahasia terbesarku ini.

“Kau benar-benar berubah, Kim. Berbeda dengan Yeri yang ceria, selalu tersenyum kapan saja. Sekarang kau wanita yang cukup dingin dan tersenyum seperlunya.” Jungkook masih menempelkan tangannya dipipiku.

Tenang Yeri, kau pasti bisa lebih dingin dari ini. “Itu sudah kukatakan beberapa menit yang lalu, Jeon. Aku sama seperti orang-orang lain yang berubah. Bahkan, orang-orang Jepang lainnya tidak pernah terganggu dengan sikapku ini.” aku berusaha mati-matian agar tidak menangis. Aku tak boleh terlihat cengeng didepannya.

Jungkook menarik tangannya yang berada dipipiku. Ia menarik pinggangku tanpa aba-aba. Ia memelukku, dan aku merasakan bahwa ia memelukku sangat erat. Seperti kami berpelukan untuk yang terakhir kalinya.

“Aku benar-benar merindukanmu, Yeri. Sangat merindukanmu. Aku benar-benar merindukan sifatmu yang dulu. Yang selalu tersenyum padaku. Maafkan aku Yeri, apa aku punya salah padamu? Kumohon, aku merindukanmu, Kim Yerim.”

Bodoh, kenapa ia bertanya apa ia punya salah padaku? Ia tak salah apa-apa. Hanya saja aku yang salah. Aku salah mencintainya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Membuat Jungkook merasakan perasaanku?

Kurasakan mataku menghangat, aku menangis. Sekarang runtuh sudah pertahananku. Kau yang membuatku seperti ini, Jungkook. Aku membasahi kemejanya dengan air mataku.

Ia mengelus punggungku lembut. Ia semakin memelukku erat. Air mataku semakin membasahi pipiku saat ia memelukku semakin erat. Mengelus punggungku lembut.

“Bersikaplah seperti dulu, Yeri. Jika kau mempunyai masalah, ceritakan padaku. Aku sahabatmu, bukan?”

Yeah, sahabat.” lirihku tapi masih bisa didengar oleh Jungkook. Ia melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata yang mengalir dipipiku lalu ia mengecup pipiku.

“Jangan menangis lagi, hm?” ia tersenyum tipis. Aku mengangguk kecil lalu mengusap bekas air mataku yang kembali mengalir.

“Aku tidak berjanji tidak akan menangis lagi.”

Malam ini aku habiskan didalam kamarku. Nenek sedari tadi memanggilku dan mengajakku makan malam. Aku hanya bisa manjawab bahwa aku sudah makan. Aku tidak ingin nenek khawatir karena mataku yang sembab ini.

Aku harus bercerita pada Taehyung. Aku memulai mengaktifkan SNS-ku lalu mengetik nama Taehyung disana. Ia menjawab panggilanku, dan kata yang pertama kali kudengar adalah suara pekikan khawatir Taehyung.

Yak, Yeri kenapa matamu bisa seperti itu?!” ia menempelkan jarinya dilayar telepon. Aku yakin ia sedang menunjuk kantung mataku.

“Tadi—ia memelukku lalu mengecup pipiku.” aku merasakan air mata lolos kembali mengaliri pipiku. Ia menunggu lanjutan dari ceritaku. “Aku semakin merindukannya, Tae. Aku rindu saat kita semua masih sekolah. Apa aku bisa melupakannya, Tae? What can I do to make him love me? Aku lelah, Tae.”

Apa besok kita tetap akan jalan, Ye? Aku khawatir denganmu.

Aku mengangguk. “Jadi. Kau kerumah nenekku saja.”

Ugh, baiklah. Aku akan kesana, kita bicarakan ini besok, ya? Aku masih banyak tugas. Lihat, aku masih dikantor sekarang.

“Jika kau sibuk, tak jadi pun tak apa. Aku memakluminya.”

Tidak. Aku akan mnjemputmu besok. Ini sangat penting. Jadi—besok tak boleh gagal.” ia mamandangku serius lalu tersenyum tipis.

Aku mengangguk, lalu memaksakan senyum. “Selamat malam, Tae. Jangan tidur terlalu malam.”

Jangan menangis lagi, Ye. Kau tidak cantik lagi jika matamu terdapat lingkaran hitam. Good Night” Taehyung buru-buru menutup sambungan. Ia menghindari ocehanku.

Aku mencoba memejamkan mata lalu tertidur.

Wake up! Wake up! Wake up!

Terdengar bunyi alarm memenuhi kamar. Yeri—si pemilik alarm itu meraba-raba nakasnya lalu segera mengambil ponselnya. Gadis itu mengerjapkan matanya dan mematikan alarm tersebut.

Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku ini. Lalu ia meraba pipinya yang mengeras. Uh? Aku menangis? Batinnya lalu segera memasukki kamar mandi.

Setelah beberapa menit kemudian, ia sudah keluar kamar mandi dengan pakaian kasual yang akan dipakai untuk jam delapan nanti.

Yeri duduk didepan meja riasnya dan menatap dirinya dicermin. Pantulan dirinya terlihat menyedihkan. Mata yang dikelilingi dengan lingkaran hitam, bibir pucat, dan pandangan kosong.

“Yeri, ayo sarapan!” teriakan nenek Kim membuat Yeri terkesiap. Gadis itu segera bangkit dari meja riasnya lalu segera turun kebawah menuju meja makan.

“Taehyung! Sejak kapan kau disini?” Yeri mengerutkan keningnya saat sosok Taehyung berada di meja makannya. Taehyung tersenyum kecil.

“Kau lupa bahwa aku tetanggamu? Ah, sudah kukatakan semalam bahwa—”

“Ini refleks, Tae.” potong Yeri lalu duduk disamping Taehyung. Sedangkan kakaknya—Taeyeon—duduk didepannya.

“Ada apa dengan wajahmu, Ye?” tanya Taeyeon menatap Yeri dengan tatapan yang Yeri hindari selama ini. Yeri berusaha memasang muka polosnya. “Apa kau menangis semalaman?”

A-ani. Sudah kukatakan ini refleks, unnie.” Yeri mengelus bawah matanya yang menghitam itu.

“Kau tidak pandai berbohong, Ye. Bagaimana bisa kau akan pergi bersama Taehyung dengan wajah yang seperti ini? Kau seperti kehilangan semangat hidup, Ye.” Taeyeon bangkit lalu membantu neneknya membawa beberapa makanan.

“Sudah kukatakan, kau jangan menangis lagi.” bisik Taehyung saat Taeyeon sudah pergi menuju dapur. Yeri berbalik.

“Ini bekas waktu aku menangis di mobil Jungkook semalam. Tadi malam aku langsung tidur. Aku tidak menangis.” Yeri memukul bahu Taehyung kecil.

“Aku tidak percaya itu, Yeri.” Taehyung langsung diam saat Taeyeon dan nenek Kim berjalan kearah mereka. Yeri menunduk. Apa aku menangis semalam? Yeri menghela nafasnya kasar.

Sarapan telah selesai. Dan Taeyeon sudah berangkat bekerja, ia bekerja dihari minggu. Uh, Yeri tak ingin menjadi designer seperti Taeyeon.

Taehyung sudah kembali ke kediaman Yeri dengan wajah yang tak dapat diartikan. Yeri mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Taehyung memasang ekspresi seperti ini. Apa yang ingin ia bicarakan denganku?

“Bagaimana? Siap?” tanyanya lalu memyerahkan kacamata cokelatnya padaku. “Pakai ini. Kau sangat jelek dengan mata seperti itu.” Yeri mengambil kacamata yang disodorkan Taehyung lalu memakainya.

“Ayo berangkat.”

Mereka berdua sudah sampai ditaman bermain. Yeri tersenyum saat mengenang kenangannya ditaman ini. Bersama Taehyung, Sujeong, Yein dan—Jungkook.

Taehyung memandang air muka Yeri yang berubah-ubah. Dari berseri-seri, menjadi murung. Kemudian kembali menjadi berseri-seri. Dan Taehyung tahu, Yeri pasti memakai senyum palsunya.

“Tae! Aku benar-benar merindukan tempat ini!” Yeri menggenggam tangan Taehyung. Pria itu memandang Yeri sekilas. Lalu kembali memandang depan yang menurutnya biasa saja.

Maafkan aku, Ye. Aku harus mengatakannya sekarang. Aku juga menyayangimu. Aku tak mungkin membiarkan kau terus menangis. Taehyung langsung menarik Yeri keluar taman bermain. Ia langsung membawa Yeri ke sebuah kafe yang tak jauh dari situ.

“Kenapa kau mengajakku kesini? Aku belum bermain disana!” sebuah protes lolos dari bibir Yeri. Ia menatap kakak sepupunya itu kesal.

“Ada yang aku ingin bicarakan denganmu. Ini masalah hati. Ini bukan perasaanku!” Taehyung menatap Yeri serius. Lalu pria itu mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto.

Yeri menelan salivanya susah payah. Gadis itu tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. “Tae, Jungkook—” ujarnya lirih. Ia menatap Taehyung seakan meminta penjelasan lebih.

“Kau jangan menangis.” Taehyung menggenggam tangan Yeri lalu meremasnya kecil. “Dia sudah bertunangan dengan sahabat kita, Yein. Dia—dipaksa oleh kedua orang tuanya. Dan aku juga belum tahu kisah sebenarnya. Sujeong hanya memberitahu info tentang mereka sedikit. Dan—ya. Aku harus memberitahumu. Aku menyayangimu.” ia menghela nafasnya pelan

“Dan aku tidak mungkin tidak memberitahumu. Kebahagiaanmu adalah segalanya untukku. Seperti kebahagiaan Yein, Sujeong dan Jungkook. Kita berlima. Dan aku tak tahu bagaimana caranya mereka bisa bertunangan.” Taehyung memandang Yeri. “Jangan menangis—” Taehyung mengusap lembut pipi Yeri yang sudah dilintasi beberapa liquid bening.

“—Aku tidak menangis. Ah, itu lebih bagus jika Jungkook sudah bersama Yein. Cinta pertama Jungkook. Kapan mereka akan menikah?” Yeri menghapus kristal yang berada dipipinya tersebut. “Sial. Kenapa ini tak dapat berhenti?”

“Aku tahu kau tak pandai berbohong, Ye. Kau bersedih. Aku dapat menjadi sandaranmu. Sujeong juga bersama kita. Ayo, semangat!” Taehyung mencubit pipi Yeri lembut. Seperti pada adik sendiri.

Sekarang aku harus melakukan apa? Membuat Jungkook merasakan apa yang aku rasakan? Mengatakan semuanya agar Jungkook memahami perasaanku? Apa aku harus menangis sekarang?

fin.

Hi! Ketemu lagi ama aku, Yeri lagi! Ada yang suka Yeri Jungkook? Huaaa mereka itu lucu yaa:’3 (abaikan!)

Last, mind to review?

6 thoughts on “WHAT CAN I DO? [ONESHOT]

Write your great opinion ^^