The Death Bell [Part 2]

req-phiyun-death-bell

|| Title: The Death Bell || Author: Phiyun || Genre: Romance | Thriller | Misteri | Supranatural | Fantasi || Cast: Jiyeon | Lay || Support Cast : Member Exo ||

Poster Credit:  Laykim Design Poster  (Thank’s ^^)

Privew: Part 1 

Cerita ini hanya fiksi belakang namun apabila ada kesamaan di dunia nyata berarti hanya kebetulan semata. Kebetulan ff ini terinspirasi dari sebuah buku  yang pernah aku baca. Penulis hanya memakai nama castnya saja sebagai bahan cerita, jadi keseluruhan cast yang ada disini milik penulis. Maaf kalau karakternya Castnya aku buat beda dari karakter  aslinya. Ini semata – mata hanya untuk isi cerita saja. Tapi kalau di dunia kenyataan Castnya milik Tuhan, keluarganya dan agencynya. Heheee… XD

Cerita kali ini aku fokuskan di Pov Lay  ya ^^

*** Happy  Reading ***

~Summary~

Aku tahu kau takkan mungkin melakukan hal semacam itu. Aku akan melindungimu meskipun suatu saat nanti dirikulah yang akan terluka nantinya, aku tak peduli dengan itu semua.

~~~ooo~~~

~Privew~

Setelah merasa sudah lebih tenang aku lalu naik keatas ranjang untuk tidur. Entah mengapa saat tubuhku aku rebahkan di atas ranjang aku merasa tubuhku mati rasa. Bahkan aku tak bisa menggerakkan tubuhku dan tak beberapa lama kemudian terdengarlah suara gemerincing lonceng yang mengalun dengan lembut di samping telingaku dan di saat itu pula diriku pun mulai tak sadarkan diri.

 ~Privew-end~

~~~ooo~~~

~Pov Author~

Hari kian malam dan sekarang waktu sudah menunjuk pukul 02:00 dini hari. Tak lama keluarlah sesosok wanita cantik yang memakai pakaian tidur dari dalam kamarnya. Kedua mata gadis itu menerawang jauh dengan tatapan matanya yang tajam.

Tak jauh dari sana terlihat ada seorang laki-laki sedang tidur terlelap di atas sofa panjang yang ada di depan televisi. Dengan perlahan-lahan gadis itu pun berjalan ke arah pemuda itu. Setibanya di hadapan lelaki itu, yeoja tersebut mulai menarik sudut bibirnya yang tipis dengan ekpresi wajah yang datar.

Kemudian perlahan-lahan jari jemari wanita itu mulai mengelus lembut rambut pria tersebut dan tak beberapa lama kemudian sebelah tangan gadis itu pun sudah mencengkram leher jenjang milik lelaki itu. Gadis itu seperti mempunyai niat untuk mencekik leher milik namja itu. Tapi niatnya diurungkan dengan wajah innocentnya yeoja itu pun berkata.

“Aku harus lebih bersabar lagi untuk membuat kau mati seperti korban-korbanku selanjutnya. Mungkin ini bukanlah hari kematianmu tapi mungkin saja di malam selanjutnya nasipmu akan sama  seperti laki-laki yang sudah kubunuh sebelumnya. Aku jadi tak sabar untuk menunggu hari esoknya.” gumam gadis itu sambil menyeringai sinis ke arah namja tersebut.

~Pov Author-End~

~~~ooo~~~

~Di pagi harinya~

 “Bruukk!!!” terdengar suara pintu tertutup dengan kencang. Sontak aku terbangun dari tidurku. Aku langsung bangun dan berlari ke arah asal suara tersebut. Aku terkejut dengan apa yang saat ini aku lihat. Tanpa aku sadari kedua mataku sama sekali tak terpejam untuk beberapa detik saat melihat Jiyeon terbaring tak sadarkan diri di depan pintu masuk asramanya dengan pakaian berlumuran darah yang sudah agak mengering.

“Jiyeon-ah… Park Jiyeon-ah… Bangunlah!” teriakku sambil kedua tanganku mengoyang-goyangkan tubuh milik gadis tersebut.

Tak berapa lama kemudian, Jiyeon pun tersadar. Dengan wajah polosnya ia bertanya padaku. “Kenapa aku ada disini, Lay-ah?”

“Adanya pertanyaan itu yang aku tanya kan padamu? Megapa kau tidur di sini dan bagaimana bisa pakaianmu berlumuran darah semacam ini?” tanyaku sambil mencengkaram kencang kedua pundak milik Jiyeon.

Apha…” rintihnya kepadaku. Melihat dia kesakitan dengan sekejap kedua tanganku, aku lepaskan dari kedua pundak milik gadis itu.

Mianhae, Jiyeon-ah. A-aku hanya penasaran saja, kenapa pakaian yang kau kenakan sekarang ada bercak darahnya.” ungkapku dan dibalas oleh Jiyeon dengan wajah bingungnya. “Apa maksudmu dengan pakaianku? Darah…?” betapa terkejutnya gadis yang ada di hadapanku ini saat dirinya melihat pakaian yang sedang ia kenakan. “Darah!!!” teriaknya dengan histeris.

“A-apakah a-aku membunuh seseorang lagi?! A-ani…A-niya!!!” teriaknya lagi, kali ini Jiyeon berteriak sambil menangis terisak-isak. Aku berusaha menenangkannya. “Jiyeon-ah… tenangkanlah dirimu.” pintaku tapi Jiyeon malah memberontak.

“Jangan sentuh aku!! Aku ini pembunuh!!!” bentaknya.

“Jiyeon-ah, dengarkan aku…”

“Aku tak mau dengar!!!” seraya menutupi kedua daun telinganya dengan kedua tangannya dengan erat. Gadis itu terlihat sangat frustasi. Aku tahu itu dia amat terpukul bahkan terkejut tak terkecuali aku. Tubuh gadis mungil itu pun mulai menggigil ketakutan. Melihat itu hatiku menjadi sedih dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin gadis lemah seperti dirinya bisa membunuh, aku tak percaya dengan itu.

Kemudian aku menyentuh kedua pipi Jiyeon dengan lembut, lalu berkata. “Jiyeon-ah… dengarkan aku. Kau itu bukan pembunuh, itu semua hanya bunga tidur, percayalah padaku, nde?” sambil menyeka airmata yang membasahi kedua pipinya. Setelah itu tubuh mungil gadis itu pun aku peluk ke dalam  dekapanku. “Itu semuanya hanya mimpi, percayalah. Aku akan selalu di sampingmu.” tambahku seraya menepuk pelan belakang punggungnya.

Gadis itu pun hanya dapat menangis tersendu-sendu di dalam dekapanku. Aku sungguh tak mengerti apa yang sudah terjadi kepada gadis yang sangat aku cintai ini. Meskipun kami baru menjalin cinta selama beberapa bulan belakangan ini, aku merasa yakin kalau dia tak mungkin melakukannya. Meskipun terkadang kami sering bertengkar dan tabiat Jiyeon sangat keras kepala tapi aku tahu dia mempunyai hati yang baik dan itulah yang membuatku jatuh hati padanya.

~~~ooo~~~

Setelah melihat keadaan Jiyeon yang sudah tenang, kemudian aku  mengantar Jiyeon kembali ke dalam kamarnya. “Jiyeon-ah, aku tunggu kau di luar ya. Lebih baik kau bersihkan dirimu terlebih dahulu, aku akan menyiapkan sarapan untuk kita berdua.” ucapku dan saat aku hendak pergi, kerah lenganku ditariknya dengan kencang.

“Lay-ah… aku takut! A-apakah aku sudah membunuh seseorang pagi ini? Ta-tapi mengapa a-aku tak ingat sama sekali, Lay-ah…” katanya dengan suaranya yang parau sambil tetap menggengam erat kerah lengan bajuku dengan kedua tangannya yang bergetar.

Aku lalu membalikkan tubuhku ke arahnya dan berkata. “Kau tidak membunuh siapapun, Jiyeon-ah. Kau tadi malam hanya tidur berjalan dan mungkin saja yang menempel di pakaianmu bukanlah darah. Lebih baik kau bergegaslah mandi. Aku tunggu di luar, ya.” balasku. Setelah itu aku keluar dari dalam gadis itu.

~~~ooo~~~

~1 jam kemudian~

Satu jam pun berlalu, sarapan pagi sudah aku hidangkan di atas meja makan. Tapi Jiyeon tak kunjung keluar dari dalam  kamarnya. Awalnya aku ingin menyusulnya kembali tapi niat itu aku urungkan. Mungkin Jiyeon membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk dirinya.

Sambil menunggu Jiyeon  aku pun menghidupkan televisi untuk melepaskann rasa bosan dan keheningan saat menunggu Jiyeon  keluar dari dalam kamarnya. Saat aku sedang asik mengganti chanel televisi tak sengaja dari salah satu stasiun tv mengabarkan suatu berita pembunuhan.

“Ditemukan lagi satu mayat laki-laki tewas dengan keadaan yang mengenaskan. Korban tersebut adalah Byun Baekhyun, mahasiswa tingkat akhir di Universitas Seoul. Mayat laki-laki tersebut tak jauh beda dengan mayat laki-laki sebelumnya yang telah ditemukan oleh polisi dengan kondisi leher yang patah dan cakaran yang cukup dalam di tubuh korban. Para polisi pun beransumsi tentang mayat yang ditemukan kali ini kemungkinan  besar pembunuhnya sama dengan tersangka yang pertama.”

Tiba-tiba dari arah  belakangku terdengar suara sesuatu benda pecah belah yang jatuh. “Praang!!!” sontak aku menoleh kebelakang dan di sana aku sudah menemukan Jiyeon memecahkan sebuah gelas yang saat tadi ia pengang. Pecahan beling itu bertebaran di mana-mana dan tak sengaja pecahan beling itu terinjak oleh Jiyeon, namun gadis itu sama sekali tak menyadarinya. Dia tetap berjalan ke arah depan televisi, dengan cepat televisi tersebut aku matikan menggunakan remote dan setelah itu remote tersebut aku sembunyikan dibalik pakaianku.

“Berikan remote tv itu padaku, Lay-ah.”

Sirheo! Aku tak ingin membiarkanmu melihat acara tv yang murahan seperti itu!”

“Berikan padaku remote tv itu sekarang, Lay-ah.”pintanya tapi kali ini dengan nada yang sedikit memaksa.

“Tak akan pernah aku berikan. Untuk apa kau menonton acara yang membosankan seperti itu?”

Tapi Jiyeon tak menggubris perkataan ku ia malah menghampiriku dan dia berniat untuk mengambil remote tv itu secara paksa dariku. Aku terkejut saat gadis itu mulai menyerangku secara tiba-tiba. Jiyeon mendorong tubuhku dan aku tak bisa mengelak, alhasil aku jatuh tersungkur cukup kencang ke bawah lantai. Saat Jiyeon hendak mengambil remote secara paksa dariku. Remote tersebut langsung aku buang dengan kencang menjauh dari diriku dan Jiyeon. melihat remote itu terlempar Jiyeon langsung bergegas mengambilnya namun belum sempat ia mengambilnya remote tersebut aku sudah tiba terlebih dahulu dan remote tv itupun aku banting dengan kencang ke bawah lantai dan alhasil benda itu pun rusak dan hancur.

“Lay-ah… kenapa kau tega melakukan itu semua pada diriku?” ucapnya sambil memunguti remote yang sudah rusak itu dengan menangis. “Aku benci kamu, Lay-ah!! Pergi kau dari sini!!!”  teriaknya sambil menangis terisak-isak.

Tapi aku tak memperdulikannya. Aku malah menghampirinya dan kemudian tubuh gadis itu pun aku peluk. Jiyeon  mulai meronta-ronta tapi itu percuma karena aku mendekapnya dengan erat. Dia juga berusaha memukul belakang punggungku dengan kencang tapi itu bukanlah kendala bagiku karena pukulan Jiyeon tak sekeras yang aku duga. Aku semakin yakin kalau bukanlah dia yang membunuh karena bagaimana mungkin dia melakukan semua itu. Melawan diriku saja ia tak mampu bagaimana mungkin ia bisa membunuh dua orang pria.

“Aku akan tetap disini bersama dirimu. Meskipun kau akan membenciku untuk selamanya, aku tak peduli sama sekali.  Aku akan tetap menjagamu. Aku akan membenci diriku sendiri bila aku tak mampu melindugi orang yang sangat aku sayangi.” ujarku seraya mempererat pelukanku kepada Jiyeon. Mendengar perkataanku Jiyeon pun berhenti memukul belakang punggungku dan berkata dengan suaranya yang parau kepadaku. “Paboya…” Setelah itu Jiyeon pun menyandarkan kepala di dalam dekapanku dan tak berapa lama kemudian gadis itu membalas pelukanku.

~~~ooo~~~

~Di malam hari ke-3~

“Lay-ah… bagaimana kalau aku tidur berjalan lagi dan saat aku terbangun nanti pakaianku akan ada bercak darah lagi seperti pagi hari tadi?” tanya Jiyeon padaku dengan ekspresi wajah yang ketakutan.

“Hal itu tak akan terjadi lagi selama kau mau mengikuti saranku?”

“Saran? Memangnya apa idemu itu, Lay-ah?”

“Nanti kau juga akan tahu, apa yang akan aku lakukan terhadap dirimu.” sembari tersenyum tipis.

Lalu aku mengantar Jiyeon ke dalam kamarnya di sana baru aku beritahu apa yang akan aku lakukan pada dirinya. Sesaat Jiyeon tak setuju dengan ideku. Tapi akhirnya gadis itu mengiyakann apa yang aku katakan padanya.

“Apakah kau yakin itu bisa membantuku?” tanya Jiyeon.

“Entahlah? Kita belum mencobanya jadi bagaimana kita bisa tahu rencana ini berhasil atau tidak?” balasku.

“Baiklah, kita coba saja metode ini. Siapa tahu ini berhasil.” tambahnya.

“Kalau begitu aku mulai sekarang ya. Selamat malam dan tidurlah yang nyeyak, Jiyeon-ah…”

Nde, Selamat malam juga Lay-ah.”

Aku pun keluar dari dalam kamar Jiyeon dan setalah berada diluar aku langsung mengunci pintu kamar Jiyeon dari luar. Ya… rencana ku adalah mengurung Jiyeon semalam penuh, karena dia sering tidur berjalan jadi aku mempunyai ide untuk mengurungnya dari luar. Sebenarnya aku kurang tahu juga apakah metode ini akan berhasil atau tidak yang  jelas  aku hanya ingin membantu mengurangi rasa ketakutan yang dirasakan Jiyeon saat dirinya terbangun dari tidurnya. Kalau aku menguncinya dari luar kemungkinan besar ia tak akan pergi kemana-mana dan Jiyeon pun akan aman saat terbangun nanti. Semoga rencana yang aku rancang ini berjalan dengan lancar.

~~~ooo~~~

~ 02:00 AM ~

Mataku mulai terasa berat. Aku berusaha terjaga agar tak tertidur. Maka dari itu aku menyalakan televisi untuk mengusir rasa kantukku. Tapi itu tak cukup membantu, aku bahkan sudah meminum 4 cangkir kopi untuk malam ini tapi tetap saja rasa kantuk itu menyelimuti kedua mataku dan pada akhirnya untuk beberapa saat kedua mataku terpejam. Aku berusaha untuk membuka mataku tapi entah mengapa aku sulit melakukannya.

“Mungkin, tak apa kalau aku tidur untuk beberapa menit.” gumamku sambil merebahkan tubuhku di sofa panjang tersebut. Tiba-tiba terdengar suara bising diarah dalam kamar Jiyeon. Sontak kedua mataku langsung terbuka lebar dan aku langsung berlari ke asal suara tersebut.

“Jiyeon-ah, apa yang terjadi disana?” tanyaku dari balik pintu. Tapi tidak ada balas dan tak berapa lama terdengar suara benda pecah belah yang pecah. Tanpa basa-basi aku langsung membuka pintu kamar Jiyeon.

“Jiyeon-ah, Gwenchana…?” panggilku sambil berlari masuk ke dalam kamarnya. Namun saat aku sudah ada di dalam kamarnya aku tak menemukan sosok gadis itu. “Jiyeon-ah… kau di mana?” panggilku lagi dan tak sengaja pandanganku tertarik dengan sebuah hordeng yang melambai-lambai tertiup angin.

“Jendela…? Apakah mungkin…?! A-ani… A-aniya…!!!” seru dan aku langsung berlari ke arah jendela itu. Akhirnya hal yang aku takuti ternyata terjadi. “Jiyeon-ah!!!” Teriakku histeris. Karena aku melihat tubuh Jiyeon terkapar tak sadarkan diri. Lalu aku langsung berlari kelantai bawah dari lantai 3.

Setibanya di sana aku langsung menghampiri Jiyeon. aku juga tak lupa memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya karena gadis ini jatuh cukup tinggi dari lantai 3 dan yang anehnya Jiyeon tak mengalami patah tulang sama sekali, hanya luka goresan kaca saja di sebelah tangannya. “Untunglah kau tak apa-apa Jiyeon-ah.” ucapku dan kemudian aku langsung menggendongnya menuju rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.

Di sana Jiyeon diperiksa dari ujung kaki sampai ujung kepala di dalam lab. Aku tak mau ada sesuatu yang terjadi terhadapnya. Cukup lama Jiyeon tak sadarkan diri. Dan sepanjang malam hingga pagi aku terjaga untuk menjaganya. Aku ingin saat ia terbangun ada aku di sampingnya.

“Pasti ia akan sangat terkejut saat melihat dirinya sudah ada di rumah sakit.” gumamku sambil menggengam erat jari jemari Jiyeon.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 06:00 pagi saat aku melihat jam arlojiku. Sesekali aku menguap saat menunggu Jiyeon terbangun dari siumannya tapi rasa kantukku tak bisa aku tahan dan tanpa aku sadari aku pun tidur terduduk di samping ranjang Jiyeon sambil mengegam lembut jari jemarinya.

~~~ooo~~~

~Pov Author~

Tak berapa lama kemudian setelah pria itu tertidur, tiba-tiba gadis yang sedang berbaring di atas ranjang itu pun terbangun. Kedua mata gadis itu menerawang jauh memandangi langit-langit dinding ruangan tersebut.

Setelah itu gadis tersebut melihat namja yang sedang tertidur lelap disampingnya sambil menggengam sebelah tangannya. Dengan perlahan-lahan tangan yeoja tersebut ia tarik dari gengaman pemuda tersebut.

Setelah terlepas, kemudian jari jemari gadis itu membelai lembut puncak kepala pria tersebut dan berkata. “Betapa cintanya kau pada gadis ini sampai-sampai kau terjaga di tiap malamnya untuk dirinya. Tapi sayangnya tubuh gadis yang kau cintai ini akan aku gunakan untuk membalaskan dendamku kepada semua namja yang telah membuatku menjadi seperti ini dan pria itu termasuk dirimu juga, Lay-ah…” ungkap gadis itu dan tak beberapa lama gadis itu pun menyeringai menatap wajah Lay yang sedang tertidur pulas.

~Pov Author-End~

-TBC-

~~~ooo~~~

Annyeonghaseo Yeorobun, ketemu lagi dengan Phiyun disini, hehehe 😀

Mudah  – mudahan kalian gak bosen ya ketemu dengan aku terus. Hehehe 😀

Maap ya kalau ada kata yang typo’s bertebaran dimana – mana saat membacanya, maklum mimin juga manusia biasa, hehehe 😀

Bagaimana ceritanya menurut kalian? Aku harap kalian semua menyukainya ya 🙂

Jangan lupa RCL-nya ya, karena komentar dari readers semua adalah sebagai penyemangat author untuk lebih baik lagi dalam membut fanfic selanjutnya.

See you next chapter berikutnya…

Gomawo ^^

30 thoughts on “The Death Bell [Part 2]

  1. omona jiyi kasian banget badanya dijadiin tameng buat bakes dendam begitu udah gitu lay jg salah satu korban si gwinshin iu aduuuh jangan sampe lay mati nanti jiyi sama siapaa penasaran jg ada kejadian apa kenapa gwinshinnya mau bunuh lay, apa lay ngelakuin sesuatu yg salah?
    aah penasaran, aku lanjut baca ya :))

    Liked by 1 person

    • betu banget tuh jadi tubuh jiyi dimanfaatin sama roh itu. kenapa arwah itu mau bunuh Lay nanti aku kasih tahu di next chapter yang akan datang
      makasih yah dah nyempetin mampir kesini ^^

      Like

  2. balas dendam? kenapa? dan lay juga? kenapa? apasalahnya cowok cowok itu dan lay? sebenernya siapa yg ngerasukin jiyeon?
    aaaaaaaa makin bikin penasaraaaaannn
    anyway aku suka banget sama lay nya disini 😀 kekeke
    ditunggu banget kelanjutannya 😉

    Liked by 1 person

    • Penasaran ya? sama aku juga, hehehe :D, (eh…?)
      sama aku juga suka sama sikap Lay yang gejagain jiyi sebegitunya, jadi pingin digituin juga, hiihi 😀
      di tunggu aja ya dear kelanjutannya coming soon, makasih dah nyempetin mampir kesinin n komennya ^^

      Like

  3. Semua korban”a member EXO semoga aja abang Kamjjong ngak termasuk

    Sebenar’a si roh cwe itu siapa dan kenapa dia mau balas dendam sama cwo” termasuk si abang LAYs dan kenapa bisa roh’a ada di lonceng dan kenapa juga yg nemuin lonceng’a malah Jiyeon pasti semua ini ada kaitan’a dan semoga ada FLASHBACK ttg roh cwe itu dan cerita kenapa dia bisa meninggal

    Liked by 1 person

    • Hehehe semoga ya, tapi miminnya gak janji, keke… 😀
      Sebenernya siapa ya jati diri hantu perempuan itu? tar aku kasih tau di next partnya ya. makasih dah nyempetin mampir kesini n komennya ^^

      Like

    • Ditunggu ya next partnya, coming soon… nanti disana baru aku kasih tahu siapa jati diri dari hantu wanita tersebut.
      btw Makasih udah nyempetin mampir kesini n komennya ^^

      Like

Write your great opinion ^^