[Ficlet Series] 문열어봐 (Here I Am) – FIVE {Piece by piece pt.2}

artwork-70

ParkSeungRiHae storyline present

Title: 문열어봐  [Here I Am]

Subtitle: FIVE – Piece by piece pt.2

Main cast: Oh Sehun and Kim Yerim (Yeri)

Length: Ficlet-Series

Rating: General – PG 13

Summary:

I’m still here, waiting for you

Poster by @Chaerim INDO FANFICTION ARTS (IFA)

Disclaimer: Ide awal cerita ini terinspirasi dari lagu ‘Here I Am’ yang dinyanyikan oleh Kim Jong Woon atau Yesung Super Junior yang jadi main song di album mini pertamanya. Selain dari garis besar lagu itu, cerita dikembangkan dari imajinasi author sendiri, jadi apabila ada kesamaan dengan cerita lain, jangan bilang aku plagiator karena aku juga jarang baca FF dan sekadar senang membuat FF doang.

A/N: DON’T BE SIDERS AND PLAGIATOR!! SHOW US SOME RESPECT! Tolong tuliskan komentar atau apapun itu di kotak komentar untuk membangun author menjadi lebih baik lagi karyanya. Gamsahamnidaa..

Love, Euri

HAPPY READING ^^

Hyorin menghela napasnya gusar kala menatap jalanan di depan flat Sehun yang semakin lengang. Rasanya, semua kenangan masa lalu yang sudah siap ia kubur, kembali mengambang ke permukaan lagi dengan mudahnya.

Cinta masa lalunya. Terhadap seorang Oh Sehun. Yang tumbuh begitu saja karena akal-akalan ibunya dulu. Ya, ibunya, Seo In Young, Nyonya Kim yang dulu, sebelum ibu tirinya yang sekarang ini.

Dan juga, kenangan masa lalu yang pahit, yang secara tidak sengaja, Sehun ungkit dalam kalimatnya yang sederhana.

Lalu, siapa yang dulu bersamamu jika kau memang anak Tuan Kim? Bukankah seharusnya ibumu sama seperti ibunya Yeri?, percakapan mereka terakhir yang menutup hari itu, membuat Hyorin mau tak mau kembali mengulang masa lalu paling menyakitkan yang pernah dilaluinya.

“Eomma.. eomma.. bangun.. Kumohon..”

Hyorin meratap seraya memeluk tubuh yang masih cukup hangat itu karena baru beberapa saat lalu menghembuskan napas terakhirnya. Darah berceceran keluar dari dada wanita paruh baya itu dengan derasnya. Hyorin tidak peduli. Ia masih memeluk ibunya erat-erat. Dengan darah merah segar yang membuat seluruh bajunya kotor.

“Brengsek! Kau apakan ibuku?!” jerit Hyorin histeris menatap kalap seorang pria muda yang berjarak beberapa meter dari tempatnya sekarang, memegang puas sebuah revolver kecil yang sudah sukses menyarangkan 3 peluru sekaligus dengan jitu ke dalam dada Nyonya Kim.

“Aku menembaknya, Nona Manis..” jawabnya santai seraya menggoda kejam. Pria muda itu menyeringai bahagia. “Kini, kau bisa seutuhnya menjadi milikku bukan?”

“Bermimpilah orang gila! Kau takkan bisa memiliki diriku bahkan sampai kau menjadi bangkai di dalam tanah sana!” bentaknya penuh emosi. Air mata masih mengucur deras seolah-olah kerannya terbuka lebar.

“Oh, jadi begitu maumu? Baiklah.. Hem.. apa yang harus kulakukan agar kau memang menjadi milikku seutuhnya? Apakah aku juga haus membunuh ayahmu??”

Mata Hyorin melebar. Bagaimana pun juga, Ayahnya memang bawahan Tuan Muda. “Jangan! Jangan bunuh dia!”

“Lalu apakah kau mau mendampingiku, Nona?”

Hyorin menyeka air matanya dengan kasar. Menatap tanpa takut ke dalam manik kelam dan suram milik pemuda tak punya hati itu. “Bagaimana bisa kau masih memintaku seperti itu hanya untuk memenuhi nafsumu saja, hah? Apakah kau manusia?!” jerit Hyorin tanpa terkontrol lagi.

Plak.

Satu tamparan melayang telak di pipi pemuda itu. Membuat jejak merah disana. Pemuda itu mengelus pipinya dengan wajah geram. Namun, sedetik kemudian, smirk bercampur senyumnya yang mengandung ancaman besar mengembang. Sinis matanya benar-benar terasa mencekam Hyorin.

“Apakah ini balasanmu kepadaku, Nona? Setelah aku telah menggajimu selama ini?”

“Menggaji apa?! Menggajiku sebagai pelacur?” sinis Hyorin balik. Tuan Muda mengeraskan rahangnya. “Kau tidak ingat kau berhadapan dengan siapa, Nona Kim? Bukankah itu memang pekerjaanmu, huh?”

Hyorin mencengkram kerah baju Tuan Muda. Kilat matanya berkobar tajam.

“Aku hanya berhadapan dengan seorang pemuda penuh ego, tak punya hati, tak ada etika, dan mempunyai gangguan jiwa yaitu terlalu ingin memiliki seseorang yang artinya posesif. Sialnya, dia adalah penerus tahta keluarga Jeon yang merupakan saingan keluarga Oh. Jeon Jungkook. Itu nama sialanmu.” ucap Hyorin dingin menusuk.

Hyorin mendorong Jungkook sekuat tenaga yang ia punya, menghempaskannya ke atas lantai dan berlari sekencang mungkin, menyusuri mansion yang luasnya hampir separuh Stadion Wembley yang sangat luas. Dengan teriakan, derap kaki yang memburunya, menerornya, Hyorin hanya bisa memejamkan matanya sejenak sembari terus berlari dan berdoa agar ia bisa lari dari semua ini.

#1 weeks later

“Pergilah ke Heathrow.” ujar Tuan Kim menemui Hyorin diam-diam setelah tahu istrinya dibunuh oleh Tuannya sendiri. Tuan Muda, atau Jeon Jungkook memang merupakan atasan dari Tuan Kim.

“Ini, temui alamat ini dan kau harus segera pergi dari sini. Kau tidak akan aman lagi disini.”

Hyorin menatap ayahnya dengan sedih. Apa semua ini? Aku yang melakukan semua kesalahan fatal ini dan malah Ayah yang harus menanggung semuanya?

“Aku akan tetap menemani Ayah disini sampai kapanpun.”

Tuan Kim dengan cepat menolak. “Ani! Kau harus pergi. Nyawamu lebih penting dari nyawaku sendiri.”

Hyorin sudah siap menitikkan air matanya ketika suara gedoran keras membuatnya kaget. Tuan Kim membelalakkan matanya. “Cepat! Turuti saja. Di dalam amplop itu juga ada tiket pesawat untuk pagi buta besok serta beberapa uang dalam bentuk won. Cepat pergi ke alamat itu dan aku akan dengan mudah menghubungimu.”

Air mata Hyorin meleleh di sela suasana yang tegang mencekam itu karena sekarang suara derap kaki yang kencang sudah memenuhi koridor. Hanya tinggal beberapa detik lagi dan semuanya akan menjadi kacau.

“LARI!” bentak Tuan Kim. Hyorin bergegas mengambil koper dan juga ransel besarnya, sesaat sebelum keluar, manik matanya tidak bisa melepas pandangan dari mata jernih Ayahnya. Bagaimana pun juga, sekarang, Ayahnya hanyalah satu-satunya harta berharga miliknya yang ada di dunia ini.

Blam.

“Wah.. wah.. apakah kau baru saja melakukan pertemuan rahasia dengan anakmu, Tuan Kim?”

Jungkook sudah berdiri di ambang pintu dengan seringaiannya yang membuat bergidig ngeri. Tuan Kim berusaha mengontrol raut wajah terkejutnya. “Animnida. Aku hanya sedang berlatih monolog untuk kegiatan drama sosial.” kilah Tuan Kim. Tak ada yang salah dengan argumennya karena memang, Tuan Kim masih suka melakukan kegiatan amal salah satunya dalam bentuk drama sosial yang diselenggarakan oleh beberapa komunitas amal.

Jungkook mengangguk-angguk seolah percaya. Tapi, matanya yang tajam masih belum lepas memperhatikan raut wajah Tuan Kim. Jungkook bisa langsung tahu apakah bapak tua di hadapannya itu berbohong jika raut wajahnya berubah sedikit saja.

“Geureom.. kau bisa ikut denganku? Ada beberapa orang yang harus dibersihkan untuk hari ini. Kau bisa?”

Tuan Kim mengangguk. Algojo adalah salah satu pekerjaan utamanya dalam jaringan mafia ini. Keterlibatannya dalam jaringan ini sebenarnya sungguh tidak disengaja, berawal dari hutangnya kepada rentenir, kini dia harus membayarnya dengan bekerja sebagai algojo.

#2 days later

Hyorin menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian, menatap jalanan di sekitarnya dengan bingung. Kartu nama kecil yang ada di tangannya membuatnya benar-benar kesal hari ini. Dengan penampilan lusuhnya setelah berhasil kabur dari Inggris, Hyorin harus menjadi gelandangan selama 2 hari satu malam di tempat asalnya.

Mengenaskan.

Gadis itu berhenti di sebuah halte bus kala kakinya sudah terasa tidak kuat. Entah sudah berapa lama dia berjalan kaki untuk mencari alamat ini. Kenapa rasanya dia menjadi benar-benar buta arah setelah meninggalkan Korea selama 18 tahun? Setidaknya masa kecilnya pernah sedikit ia habiskan disini.

Seorang gadis remaja yang kira-kira sudah masuk universitas duduk di sampingnya. Dengan penampilannya yang masih terkesan imut dan juga lucu, tidak akan ada yang menyangka dia adalah murid Seoul University jika saja Hyorin tidak melihat map yang ditentengnya.

Hyorin menatap beberapa wajah gadis di sampingnya.

Kenapa rasanya dia tidak begitu asing..

Wajahnya mirip sekali dengan Ayah, Hyorin tercenung beberapa saat, bimbang untuk menanyakan beberapa kemungkinan yang terpendam dalam otaknya.

“Em, permisi, bisa aku tanya alamat ini?”

Gadis itu menengok kaget namun sedetik kemudian senyuman ramahnya membuat hati Hyorin menghangat seketika.

“Ah, ne.. Bisa aku lihat?”. Gadis itu menjulurkan tangannya mengambil kartu kecil yang ada di tangan Hyorin. Ketika mata gadis itu membaca seluruh isi yang tertera dalam kartu itu, ia menatap Hyorin terpana.

“Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat rumah kami?”

Sekarang, giliran Hyorin yang terpana. Rumah kami?

Kenapa Ayah repot-repot mengirimku ke rumah seseorang dengan anak gadis juga di dalamnya?

Bukankah dia bilang orang ini mungkin membantuku? Apakah seorang gadis? Siapa dia?

“Ah, ini alamat rumahmu? Ayahku yang mengirimkannya kepadaku. Ia bilang jika aku pulang ke Korea, aku harus mengunjungi alamat ini..”

“Ayah?” tanya gadis itu sama bingungnya. Hyorin mengangguk pelan. “Bisakah aku mengetahui namanya?”

“Kim Jong Sub.” kata Hyorin cepat. Mata gadis di hadapannya membelalak.

“Apakah ini eonni??” seru gadis itu antusias. Eonni?, batin Hyorin tak mengerti, namun sesaat kemudian ia merasakan bulu kuduknya merinding. Ini adikku? Sejak kapan aku punya adik?

“Hyorin eonni? Apakah ini Hyorin eonni?”

Glek. Hyorin benar-benar kehabisan kata-katanya. Gadis ini mengenalku?

“Ne. Aku Kim Hyorin. Senang bertemu denganmu..”

“Aku sudah mendengar banyak tentang eonni. Ayah sering mengirimkan surat dari Amerika bahwa kau baik-baik saja bersama Bibi disana.”

Bibi? Dia ibuku..

“Kajja, kita naik bus itu. Aku akan membawamu pulang sampai rumah dengan selamat.” Gadis di hadapannya itu meringis lebar memamerkan deretan gigi putihnya. Dengan sangat sangat antusias, gadis itu menarik tangan Hyorin.

“Siapa namamu?”

“Namaku Kim Yerim.”

Seketika itu juga, Hyorin rasanya ingin sekali marah dan menampar gadis berwajah manis serta imut di depannya. Jadi, Ayah berselingkuh?

Kenangan pahit itu tak terasa membuat Hyorin kembali menitikkan air matanya. Rasa sakit tentang bagaimana dibohongi. Membuatnya benar-benar membenci keluarga Ayahnya yang berada di Korea. Hyorin masih bisa merasakan amarahnya yang memuncak kala mengingat bahwa ibunya bukanlah satu-satunya perempuan yang dimiliki Ayahnya.

Benci sekali hingga rasanya ia ingin melenyapkan semuanya rata dengan tanah.

Dan Jungkook memberinya kesempatan. Balas dendam yang sama.

Balas dendam dengan perasaannya yang sama. Merasa dikhianati.

Dan kini, Hyorin merasa semakin yakin bahwa pekerjaannya disini memang harus benar-benar diselesaikan.


Sehun mengendap di depan pintu kamar Yeri yang dulunya adalah gudang tempat semua pakaiannya. Cukup layak. Walaupun pertamanya, Yeri sangat tidak menyukai gagasan untuk tinggal di gudang. Hanya Nyonya Kim lah yang mengerti semua maksud dan tujuan Tuan Kim memindahkan mereka semua kesini.

Kau akan aman disini bersamaku, Nyonya Kim. Aku akan membalaskan budiku terhadap apa yang telah suami Anda berikan padaku.

Sehun mengusap wajahnya. Kenapa aku begitu yakin bisa melindungi semuanya? Melindungi Yeri? Bukankah dengan niat melindungi yang begitu kuat, aku malah semakin merasa ketakutan untuk kehilangan?

Yeri terpekik kaget melihat Sehun yang sedang berdiri termenung di depan kamarnya. Gadis itu membulatkan matanya kesal. “Kenapa kau ada disini malam-malam? Kau mau mengintipku?” sinis Yeri. Sehun membelalakkan matanya kaget. “Ani! Aku…”

Sehun meneguk ludahnya mendapati Yeri menatapnya semakin tajam dan tak ada sama sekali alasan mendukung yang bisa ia karang. Ia hanya ingin merasa dekat dengan Yeri. Setelah sekian lama, Sehun tidak bisa menatap Yeri.

“Kau tidak bisa tidur, eoh? Kau masih insomnia seperti dulu?”

Sehun mengerjapkan matanya beberapa saat, mendapati apa yang kembali muncul dalam memorinya.

“Kau tidak mengantuk?”

“Aku insomnia.” sahut Sehun pendek. Tangannya masih mengenggam erat telapak tangan Yeri yang terasa membeku. “Ini sudah sangat malam. Dan aku mulai mengantuk.” ucap Yeri polos dan jujur. Sehun menyentil kening gadis itu. Semilir angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka.

“Ya! Kau tidak boleh tidur. Kau akan melewatkan kesempatan melihat bintang bersama pemuda tampan sepertiku.”

Yeri mendengus kesal mendengar kenarsisan Sehun mulai keluar lagi. “Yaish.. kau menyebalkan sekali..”

Yeri menyandarkan kepalanya ke dalam bahu Sehun yang hangat. Senyuman tipis gadis itu terpatri. Sehun melirik melalui ujung matanya. Senyuman hangat pemuda itu pun ikut mengembang. Tidak ada rasa sebegini nyamannya yang pernah ia rasakan sejak ibunya pergi.

“Kau mau minum teh hangat?” tawar Yeri. Mereka berdua sedang duduk di sebuah bukit yang tidak jauh dari tempat perkemahan mereka. Sangat cantik mengamati pemandangan kota dari atas sini. Empuknya rerumputan juga membuat mereka betah berlama-lama disana.

Mereka bukan pasangan kekasih.

Mereka hanya sepasang sahabat. Yang sudah mengetahui perasaan masing-masing dengan benar-benar paham. Tak perlu berkata, hanya dengan isyarat, mereka mengerti apa yang mereka rasakan masing-masing.

Cinta tidak butuh status bukan?

Hanya saling menyayangi. Hal itu yang paling penting.

“Teh hangat?” ulang Sehun tidak mengerti.

“Em. Itu akan membuatmu tenang dan mudah tertidur.” Yeri tersenyum kecil melihat Sehun yang memandangnya kagum.

“Mau minum teh hangat?”. Yeri merasakan tenggorokannya tercekat mengatakan kata-kata itu. Sehun mematung. Nada yang sama, penekanan kata yang sama, perasaan yang sama, kata-kata yang persis sama, semuanya tidak berubah, Yeri-ah? Aku benar bukan kalau kau belum berubah?

#skip

Yeri membawa dua cangkir besar berisikan teh hangat kesukaannya dan Sehun sejak dulu. Tak pernah berubah. Bahkan Yeri masih ingat semua takaran minuman kesukaan Sehun. Mereka terlalu dekat hingga tidak bisa dipisahkan. Yeri masih merasa kalau dirinya benar-benar tidak pernah akan bisa lepas dari Sehun.

“Kau tumbuh dengan baik, Nona Kim. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu sejak itu.”

Yeri tercekat mendapati Sehun mengungkit saat perpisahan yang sangat menyakitkan, yang masih membekas dalam hatinya maupun dalam benaknya. Tak ada lagi yang bisa mendeskripsikan perasaannya selain rasa sakit dan juga luka dalam.

“Ah.. geurae? Jika begitu seharusnya aku sudah mendapatkan pasangan lain daripada Jungkook.” Yeri tertawa aneh.

Sehun tersenyum miring. Jungkook, sahabatnya. Tidak, mantan sahabatnya itu hilang entah kemana. Bak raib ditelan oleh bumi. Setelah Jungkook meminta Yeri darinya, Sehun bersumpah untuk tak pernah sekalipun lagi bertegur sapa dengan Jungkook. Ia benar-benar benci dengan pemuda satu itu.

Pemuda yang telah meminta Yeri darinya tetapi mencampakkan Yeri seenaknya bagaikan sampah tak berguna. Apakah itu masih bisa disebut sebagai seorang sahabatnya?

“Apakah kau hidup dengan tenang selama ini? Setelah aku pergi?”

Yeri memejamkan matanya berusaha menormalkan emosinya yang kembali bergejolak. Rasanya pikirannya menjadi tidak jernih. “Setelah kau pergi? Em… yah aku tidak bisa bilang juga kalau hidupku tenang, tapi aku rasa tidak ada gangguan yang berarti selain kehilangan seseorang dari sisiku.” ungkap Yeri jujur.

Sehun membeku. Ia menoleh ke arah Yeri yang sedang menerawang. Tangannya mengepal keras untuk menyalurkan emosinya yang lagi-lagi langsung naik. Emosi dalam arti kecewa. Sungguh kecewa terhadap dirinya sendiri. Apa hal bodoh yang sudah aku lakukan? Membenci gadis ini?, Sehun mengusap wajahnya kasar.

“Kau baik-baik saja?”

Yeri tersenyum pahit. Bagaimana bisa Sehun masih menanyakannya akan hal ini?, Yeri memaksakan sebuah senyuman manisnya dan menoleh ke arah Sehun. “Aku baik-baik saja. Keadaan semakin membaik sejak Hyorin eonni datang. Hidupku tidak kesepian setelah Ayah pergi.”

“Apakah Ayahmu meninggal beberapa saat setelah Hyorin datang kesini?”. Sejenak, sebuah rangkaian kejadian mengerikan yang mungkin terjadi, terajut erat dalam benak Sehun. Yeri menatap Sehun tak mengerti.

“Bagaimana kau tahu itu?”

Damn! Dia benar-benar melakukan pekerjaannya. Apakah sampai seburuk ini? Berani membunuh Ayahnya sendiri?

“Ah, aku hanya… menebak saja.”

Yeri mengeryitkan dahinya. “Kau menyembunyikan sesuatu tentang Hyorin eonni. Apakah ada yang salah dengannya?”. Kini, pandangan gadis itu lekat menatap Sehun. Ia meneguk ludah. Sehun tahu dirinya paling tidak bisa berbohong di depan Kim Yerim.

Aniyo. Tidak ada yang salah.” Sehun tidak ingin kegembiraan polos gadis itu terhadap Hyorin pupus begitu saja ketika mendengar cerita kejamnya. Sehun ingin menjaga perasaan lembut gadis itu. Bukankah sangat menyakitkan mengetahui orang yang benar-benar kau sayang ternyata melakukan sesuatu yang sungguh buruk?

Yeri menghela napasnya berat. Bagaimana pun juga, ia tahu Sehun berbohong. Namun, dia tak ingin memaksa Sehun mengatakannya sekarang.

“Kau kembali untuk melindungiku?”

Deg. Sehun kehabisan kata-katanya. Ia tidak ingin mengatakan itu di depan Yeri, setelah dia membuang gadis itu begitu saja di masa lalu. Ani, sebenarnya, dia membuang Yeri karena bermacam alasan. Pertama, ia ingin keluarga Kim selamat. Kedua, dia tidak ingin merusak jalinan persahabatannya dengan Jungkook. Tapi itu dulu. Sekarang, persetan dengan Jungkook yang tak bisa menjaga janji kepadanya.

Dan membiarkan Yeri terpuruk sendirian seperti itu.

Ia membenci Jungkook. Sangat. Nyatanya, orang yang paling kau percaya malah menjadi musuh terbesarmu kan?

“Sudahlah, tidur sana. Ini sudah jam 2 pagi. Kau tidak mengantuk?”

Yeri malah menyenderkan kepalanya di bahu Sehun. “Biarkan aku melakukan ini.” ucapnya lirih. Jantung Sehun berdentam kencang. Aniyo, Sehun.. kau tidak bisa mencintainya lagi.. Atau kau akan kehilangannya selamanya..

Baru beberapa saat, sudah terdengar dengkuran halus di sisinya. Sehun melirik melalui ekor matanya, tak berani menggerakkan badannya tiba-tiba, takut Yeri mendadak bangun. Wajah damai itu tak pernah berubah. Sehun harus mengakuinya. Raut halus yang selalu sukses membuat perasaannya campur aduk. Perasaannya bersatu padu menjadi suatu rasa yang tak bisa ia jelaskan.

Ya, hanya Kim Yerim yang mampu melakukan semua itu padanya.

“Aku rindu padamu, Hunnie..”

Seketika, darah Sehun berdesir hebat. “Bogosipda..”

Suara kecil Yeri itu lebih terdengar seperti isakan. Yeri menyandarkan kepalanya lebih dalam ke bahu Sehun. Gadis itu terisak dalam tidurnya. Sehun ragu-ragu mengulurkan tangannya. Mengelus punggung Yeri dengan canggung. Ingin menenangkan gadis itu.

Gwaenchanha.. Aku akan selalu disini mulai saat ini, Kim Yerim. Kau bisa memegang janjiku.” bisik Sehun parau. Ingin rasanya ia menjadi orang terkasih Yeri lagi, namun ia takut, hidupnya akan lebih hancur jika melihat Yeri dalam kesulitan.

Bagaimana pun, cinta itu tak pernah hilang dari lubuk hati Sehun. Cinta yang tak pernah akan Sehun rasakan dari orang lain. Walaupun seribu gadis cantik rupawan disodorkan kepadanya, tetap saja, hanya Kim Yerim yang dapat memenuhi lubuk hatinya.\

Note: bagian yang di italic adalah flashback

KOMEN JUSEYO!!

MUCH LOVE, EURI

2 thoughts on “[Ficlet Series] 문열어봐 (Here I Am) – FIVE {Piece by piece pt.2}

Leave a reply to Milky way Cancel reply