R.E.A.P.E.R [Part 1]

Untitled-1 copy

|| Title: R.E.A.P.E.R || Author: Phiyun || Genre: Romance | School Life | Sad | Hurt | Fantasy | Thriller || Cast: Park Jiyeon | Park Chanyeol | Kim Jongin ||

 

Cerita ini hanya fiksi belakang. Cerita ini terinspirasi dari film maupun buku yang pernah di tonton dan di baca oleh penulis.  Penulis hanya memakai nama castnya saja sebagai bahan cerita, jadi keseluruhan cast yang ada disini milik penulis. Maaf kalau karakternya Castnya aku buat beda dari karakter  aslinya. Ini semata – mata hanya untuk isi cerita saja. Tapi kalau di dunia kenyataan Castnya milik Tuhan, keluarganya dan agencynya. Heheee… XD

Note: Nama pemain sewaktu-waktu akan berubah.

   *** Happy  Reading ***

*Chapter 1*

Pertemuan yang tak terduga.

~OoO~

Dua orang bajak laut dan seorang gadis bergaun merah menyala berjalan memasuki ruangan, kedua mata Jiyeon memandang kosong ke arah tubuh-tubuh hampa yang bergerak riuh-rendah yang sedang menyalurkan gairah remaja yang sudah tertahan lama. Kepala Jiyeon seketika merasakan pening saat memikirkan apa yang sedang, ia lakukan di acara semacam ini di saat tepat ulang tahun-nya yang ke-17 tahun.

“Apa sih, yang kulakukan di sini?” gumam gadis itu sambil memijat pelan atas keningnya.

“Pesta dansa kan seharusnya dipenuhi gaun sungguhan dan musik live, bukan kostum sewaan dan musik kacangan dan pita-pita semacam ini.” keluhnya kembali.

Tiba-tiba ada seseorang memanggil dirinya dari belakang. “Kau yakin tidak mau dansa?” teriak Chanyeol di telinga Jiyeon. Bau napasnya yang manis menerpa lembut telinga gadis itu. Jiyeon berusaha menahan diri untuk tidak meringis di hadapan Chanyeol sambil tetap fokus menatap jam dinding yang bertengger di samping lemari kayu.

Ternyata sudah satu jam dirinya berada di pesta dansa sekolah yang membosankan ini. “Apakah satu jam sudah cukup lama?” tanya batin gadis muda itu, karena dirinya tak mau menerima siksaan yang bertubi-tubi dari ayah tercintanya. Karena pria paruh baya itu akan segera memberikan sejejeran pertanyaan tanpa henti padanya, apabila ia pulang lebih awal ke rumah.

Musik yang di putar selalu sama selama tiga puluh menit terakhir. Itu sangat membosankan apalagi suara bass-nya yang bergitu kuat. Membuat Jiyeon semakin muak bila berlama-lama di sini.

“Ya!” sahut gadis itu sambil menjauh dari Chanyeol dengan cara berjalan ke samping  saat sebelah tangan pria itu mencoba merayap ke pinggangnya. “Aku masih belum ingin berdansa.” tambahnya lagi dengan memperlihatkan seulas senyuman tipis kepada pria yang saat ini sedang berdiri di sisi kanan-nya.

“Mau minum?” tawar Chanyeol untuk yang sekian kalinya. Namun kali ini tatapan matanya melihat ke arah bawah. Pria itu ternyata sedari tadi melihat belahan gaun yang di kenakan oleh Jiyeon. Sesegera mungkin gadis itu melipat kedua lengannya untuk menutupi belahan gaunnya yang rendah. “Tidak, terima kasih.” sahut Jiyeon sambil menghela napas.

Ternyata saat Jiyeon menoleh ke arah Chanyeol, pria itu sudah memalingkan wajahnya dan sekarang pemuda itu sedang sibuk memandangi orang-orang menari. Gaun-gaun dansa yang panjang dan kostum yang dipakai oleh gadis-gadis pelayan bar,  bercampur aduk dengan pakaian bajak laut, itulah tema acara pesta dansa ini. Bajak laut.

~OoO~

Sudah setahun ini Jiyeon menghabiskan waktu bersama ayahnya. Yap, sudah setahun dia tinggal di rumah ayahnya. Kedua orang tua Jiyeon tinggal terpisah karena mereka sudah bercerai lima tahun yang lalu dan  hak asuh dimenangkan oleh ibunya. Sebelum dia disuruh tinggal oleh ibunya di tempat ayahnya. Kata ibu, ayahnya sedang mengalami krisis paruh baya. Jadi dia, disuruh menemaninya sampai sang ayah pulih total. Tapi itu semua hanyalah akal-akalan sang ibu.

Jiyeon menyadari kalau dirinya sedang dihukum olehnya karena sang ibu menangkap basah putrinya  sedang  mengendap-endap keluar rumah untuk menikmati secangkir expresso larut malam. Sehingga dia langsung mengirimkan Jiyeon kepada ayahnya,  di mana sang ayah tinggal di daerah pelosok yang sangat membosankan bagi putrinya. Sampai-sampai Jiyeon harus pindah sekolah dan bersekolah di daerah tempat tinggal sang ayah yang benar-benar bukan stylenya.

Dan sekarang Jiyeon menyesali apa yang sudah ia perbuat. Tapi dia melakukan itu semua karena suatu alasan. Ya, gadis itu merasa penat. Ibunya  yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan jarang bertegur sapa dengannya membuat dirinya mencari kesenangan di luar sana.

Selama sepekan dirinya dihukum oleh Ibunya untuk tidak keluar dari rumah sampai larut malam, tapi justru itulah yang membuat gadis itu semakin ingin curi-curi keluar di larut malam. Meskipun dirinya harus terjun dari atas balkon kamar tidurnya yang berada di lantai dua.

Aku akui, mungkin yang kukejar lebih dari kata kafein.” desah Jiyeon saat memikirkan kembali apa yang sudah terjadi kepada dirinya.

~OoO~

-Pov Jiyeon-

-Beberapa saat kemudian-

Aku mulai merasakan perasaan bosan yang sangat menyebalkan tapi setelah aku memandang sekeliling, sepertinya hanya aku yang merasakannya. Karena saat aku menatap ke arah Chanyeol, pria itu sedang asik menganguk-anggukan kepalanya seiring irama musik. Jelas sekali dia menikmati pesta ini. Tak jauh dari meja tempat hidangan berdirilah seorang pria tinggi berjubah hitam. Pria itu lalu mengendap-ngendap masuk ke arah kerumunan dan dengan tatapan matanya yang dingin, pria itu melihat ke arahku. Kubalas tatapannya sambil menduga-duga mungkinkan dia sedang mengincarku ataukah ia sedang menatap Chanyeol? Melihat aku memperhatikannya, pria itu langsung memalingkan wajahnya.

Tatapanku kembali ke Chanyeol yang sedang larut atas pesta dansa tersebut. Tak lama Chanyeol kembali berjalan menghampiri diriku yang masih tetap berdiri di tempat yang sama. Aku akui Chanyeol terlihat serasi dengan pakaian kostum yang ia kenakan. Posturnya yang kurus dan tinggi menyempurnakan pakaian yang ia kenakan. Ia terlihat gagah dengan pakaian bangsawan inggris dengan beberapa pangkat yang bertengger di atas kedua pundaknya.

Tidak itu saja, kostum Chanyeol juga serasi dengan pakaian yang kukenakan ala bangsawan victoria dengan renda-renda yang menjuntai dan korset yang menyesakkan ini. “Ayo kita berdansa.” bujuknya dengan nada yang sedikit memaksa.

Aku menggeleng. Aku merasa kalau diriku sangat jahat kepadanya karena selalu menolak tawarannya. Aku hanya merasa tak adil. Aku sudah menghabiskan waktuku yang hampir setahun untuk belajar cara menyesuaikan diri dengan siswa-siswi yang mengangap dirinya keren di sekolah. Masa sekarang aku juga harus berpasangan dengan pria yang baik tapi tidak populer yang saat ini sedang menggegam segelas susu putih di tangannya.

Ini adalah hari ulang tahun terburuk dalam sejarah hidupku. Jadi aku tak mau menambah catatan hitam di daftar hidupku. Dengan dingin aku menjawab dengan mantap. “Tidak!”

Mendengar kata yang baru keluar dari mulutkku, Chanyeol langsung menghentikan gerakan tubuhnya yang setengah menari dan setelah itu memakukan mata kecoklatannya ke mataku.

“Kau memang gadis brengsek, tahu tidak?” umpatnya dingin. Aku semakin terperanjat saat pria yang ada di hadapanku melanjutkan ucapannya. “Aku melakukan ini semua karena aku disuruh Ayahku, karena kedua orang tua kita bersahabat. Kau kira aku mau denganmu, Hah!” ucapnya, kali ini dengan mendengus kesal.

Aku kehilangan kata-kata saat mendengar perkataannya. Mataku membulat lebar saat kedua mata kami saling beradu. “Kalau nanti kau ingin berdansa, aku ada di sebelah sana.”

Aku terperangah saat menatap Chanyeol yang seolah-olah dia baru saja memukul tepat di ulu hatiku. Dengan tatapan angkuhnya ia menaikkan sebelah alis matanya sebelum berjalan menjauh sambil mengangkat dagu dan menyelipkan sebelah tangannya ke saku celana. Dua orang gadis membuka jalan supaya Chanyeol bila lewat di antara mereka. Setelah Chanyeol melewatinya kedua gadis itu berdempetan kembali dan bergosip sambil melirikku.

“Astaga! Aku orang yang menyedihkan.” teriak batinku. Aku berusaha menahan napas dan mengerjab-gerjabkan kedua mataku dengan cepat. Ya, berusaha menahan suatu agar penglihatanku tak kabur di dalam pesta dansa ini.

Semenjak pindah ke rumah ayah, aku selalu tertinpa sial. Bukan hanya menjadi anak baru yang di asingkan namun aku juga seseorang yang patut dikasihani. Ayahku mendekati Ayah Chanyeol hanya agar aku bisa berjalan keluar dengan seorang pria yang menurut ayahku baik namun belum tentu baik untukku.

“Keparat!” umpatku setengah berbisik sambil melihat ke arah Chanyeol. Setelah kejadian  itu banyak mata yang menatap sinis ke arahku. Hatiku bertanya-tanya apakah semua orang sedang memandangiku atau semua itu cuma khayalan belakaku saja.

Dengan bersikap santai aku kembali berjalan ke belakang sambil bersandar di dinding. Aku mencoba berpura-pura tak ada yang pernah terjadi padaku dan Chanyeol. Rasanya seperti mau mati. Aku baru saja dicampakan, bukan. Aku baru saja dicampakkan oleh pria aneh.

“Bagus sekali Park Jiyeon,” kataku masam. Di otakku sudah terbayang apa yang akan terjadi keesokan harinya di sekolah. Pasti aku tak bisa kabur dengan rumor yang sudah menyeruak luas di kalangan siswa dan siswi sekolah ‘T’.

Aku menangkap sosok Chanyeol dekat meja hidangan. Dia berpura-pura tidak mengacuhkan diriku meskipun terlihat jelas kalau tatapan matanya terlihat tak suka saat kedua mata kami bertemu. Beberapa saat kemudian seorang siswa yang memakai  pakaian perompak datang menghampiri Chanyeol. Mereka berdua terlihat akrab, namun menurutku pria itu bukanlah sahabat dekat Chanyeol, tapi siapa yang peduli. Aku juga tak ingin tahu siapa dia. mengingat sejak tadi aku memang menghindari semua orang karena alasan sederhanya yaitu, aku tak senang berada di sini.

Aku bukan atlet maupun kutu buku, meskipun di sekolahku yang terdahulu aku pernah mengikuti kelab fotografi. Aku sudah berusaha untuk melebur bersama orang-orang di sini tapi tetap saja aku tak bisa. Karena aku bukanlah boneka-boneka barbie seperti mereka. Yang bersikap seperti bagsawan maupun bergaya seperti seorang ilmuwan seperti kedua orang tua mereka meskipun aku juga salah satu anak seorang ilmuwan tapi aku tak sepicik itu, aku tak cocok masuk kelompok manapun di sekolah terbaruku.

~OoO~

Pria itu mengikuti Chanyeol mendatangi segerombolan gadis-gadis yang berbalut pakaian minim. Mereka tertawa renyah saat mendengar lelucoan dari pria yang dari tadi mengekori Chanyeol. Pria itu bertubuh tinggi. Dalam gerak-geriknya tersirat keanggunan tak kentara. Dia seperti model papan atas dengan postur tubuh yang semacam itu.

Mendadak Jiyeon berpikir. “Aku kan tidak harus berada di sini.” gadis itu lalu menjauhkan  tubuhnya dengan menekan kedua sikunya ke dinding.

“Seharusnya aku pulang di antar oleh Chanyeol secara dia yang menjemputku tadi, tapi bila aku menelepon ayah untuk menjemputku pasti ayah akan datang.” ucapnya kembali.

Gerakan gadis itu melambat karena dibaluti oleh kekhawatiran ketika dirinya menyibak kerumunan manusia saat menuju pintu keluar. Chanyeol memperhatikannya saat Jiyeon mengangkat padangan. Pria yang bersama dirinya mencoba mendapatkan perhatiannya dengan mengajak kembali berbincang. Tapi sebelum itu Chanyeol menatap Jiyeon dengan tatapan yang mengejek. Dan itu mengubah niat Jiyeon.

“Aku tidak akan menelepon Ayah dan aku juga tak sudi naik mobil bersama Chanyeol! Aku akan pulang jalan kaki. Meskipun aku harus berjalan 10 km dengan menggunkan sepatu hak tinggi dengan gaun yang sangat menyesakan dan meskipun aku harus berjalan sendiri di tengah malam, aku sudah tak peduli lagi!” ungkap batin Jiyeon dengan berang.

Yang gadis itu pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar bisa sesegera mungkin pergi jauh dari kerumunan orang-orang ini. Hal buruk apa lagi yang bisa terjadi? Kecelakaan akibat ada kuda yang lepas dari pertanian? Tiba-tiba Jiyeon rindu dengan mobil miliknya. “Bagus, sekali!” gumamnya.

Jiyeon lalu membulatkan tekadnya untuk tetap terus berjalan keluar dari kerumunan orang-orang aneh tersebut. Dalam perjalanan ke pintu, Jiyeon menundukan kepalanya sementara kedua bahunya membentur keras pada orang-orang yang sedang asik menari. Jiyeon Aku benar-benar terasingkan di tempat ini.

Musik melebur ke irama lebih cepat. Jiyeon memusatkan kembali perhatiannya ketika kerumunan orang bergeser yang dengan kikuk mengubah irama tarian mereka. Langkah kaki Jiyeon sontak terhenti ketika sadar ternyata selangkah lagi dirinya nyaris menabrak seseorang.

~OoO~

-Pov Jiyeon-

“Maaf!” seruku melawan suara musik yang menggelegar nyaring. Kutonggakkan pandanganku seketika tubuhku membeku dan mataku melebar sempurna saat  menatap sosok yang baru saja aku tabrak.

“Ya Tuhan, ada kapten bajak laut yang seksi. Kemana saja dia setahun terakhir ini? Apakah ada lagi yang semenarik dia di sekolahku?” teriak batinku sambil menatap kagum ke arahnya. Aku belum pernah melihat dia selama aku terpenjara di kota aneh ini. Bila aku tahu ada orang semacam ini mungkin aku sedikit sering menampakkan diri di depannya.

Dengan pipi yang merona merah kulepaskan gaun panjangku untuk menaikkan tangan menutupi belahan dadaku. Aku merasa korset yang kukenakan mengimpit payudaraku dan terdongkrak keluar dari pakaian yang saat ini kukenakan. Aku seperti gadis murahan dan malu saat ada di depannya.

Pria yang berdiri di depanku memakai kostum bajak laut hitam mengkilap. Di bagian kerah bajunya yang tersibak aku melihat mainan kalung dari batu berwarna abu-abu yang menempel di dadanya. Topeng ala Zorro menutupi wajahnya membuat sosoknya terlihat semakin misterius di mataku.

Dia lebih tinggi sepuluh senti daripadaku. Saat tatapanku menelusuri sosoknya, dalam hatiku bertanya-tanya di mana dia bersembunyi selama ini, pikirku saat cahaya lampu putar bermain-main di atasnya.

“Aku minta maaf.” kata pria itu sambil meraih jari jemariku. Napasku langsung terhenti. bukan karena dia menyentuhku, melainkan karena aksen bicaranya sangat berbeda dengan orang yang pernah aku temui. Pengucapannya sangat lembut dengan suara khas pria yang sedikit serak namun terdengar lembut. Aku seakan mendengar suara lullaby yang menenangkan dari tutur katanya. Hatilu terasa tenang.

“Kau pasti bukan dari sekitar sini.” kataku cepat sambil mendekatkan tubuh ke arahnya agar bisa mendengar tanggapannya. Senyumannya mengembang. Kulitnya yang agak gelap dan rambut hitamnya terasa begitu nyaman di antara wajah-wajah pucat dan rambut berwarna terang dalam penjara yang selama ini mengungkungku.

“Aku di sini hanya sementara.” katanya enteng dan kemudian melempar tatapan meremehkan pada orang-orang yang meliuk-liuk di sekitar kami. “Di sini terlalu membosankan, bagaimana menurutmu?” tambahnya, mendengar itu aku pun tertawa sambil berdoa semoga tawaku ini bukan yang pertama dan terakhir di masa sekolahku.

“Memang!” sahutku setengah berteriak untuk mengalahi kegaduhan. Kutarik tubuhnya agak turun supaya bisa bicara langsung ke telinganya. “Tapi aku bukan siswa pertukaran pelajar. Aku tinggal di sini bersama ayahku.”

“Dan di manakah rumahmu, Tuan bajak laut?” tanyaku. Tiba-tiba aku teringat dengan kampung halaman yang selama ini selalu bersamaku. Kedua mataku mulai memanas dan tak terasa buliran-buliran bening terjun begitu saja di pipiku. Tapi aku langsung menghapusnya karena aku tak mau di anggap cengeng di depannya.

“Pergi, Aku harus pergi!” katanya. Seulas senyumannya memabukkan diriku. Dia memperlihatkan sedikit ujung lidahnya saat menjilat bibir. “Kita harus pergi sekarang! sepertinya kita menghalangi mereka menari.”

Jantungku berdengup kencang. Aku tak mau dia pergi. Aku takut saat dia pergi akan ada seseorang bahkan segerombolan gadis akan mengklaim dirinya sebagai kekasih gadis-gadis itu. “Kau mau dansa?” tanyaku gugup. “Aku tidak terbiasa berdansa, hanya saja iramanya menyenangkan.” seruku.

Senyumannya melebar. Rasanya nadiku langsung berdenyut kian kencang. “Astaga, apa yang sedang aku lakukan? Ya, kau bodoh, Jiyeon-ah!” makiku dalam hati. Setelah melepaskan tanganku dari atas kerah lengannya, ia pun mengangguk, lalu mundur satu langkah dan mulai menggoyangkan tubuh. Sesaat aku lupa mengikuti dan hanya mengawasinya. Dia bergerak ke arah lain. Gerakan-gerakannya yang lambat justru lebih membuatku terkesan daripada dia harus menggasak lantai dansa.

Melihat aku memperhatikannya, pria itu tersenyum di balik topeng misterius dan mata hitam kecoklatannya. Dia mengulurkan tangan untuk memintaku bergabung dengannya. Kutarik napasku saat jari jemariku menyelinap masuk ke dalam jari-jarinya yang hangat. Tidak sampai di sana saja, aku pun membiarkannya membawaku bergerak kemana pun, ia suka.

~OoO~

Pria itu bergerak di dalam alunan musik dan terlihat jelas betapa bingungnya Jiyeon saat dirinya berusaha menyesuaikan dengan pola gerak tubuh pemuda tersebut. Jiyeon berusaha santai dan terus menari, ternyata saat Jiyeon bergoyang tanpa memikirkan apa pun, akhirnya gadis itu dapat dengan mudah menyesuaikan irama musik.

Sementara orang-orang di sekitarnya terus menari dengan cepat, Jiyeon dan pria misterius itu menari dengan gerakan yang lambat. Dia tak peduli dengan tatapan orang sekitarnya saat melihat mereka.

“Semua memangilku, Kai!” ucap pria misterius itu dan itu hampir membuat suasana di sekitar mereka berdua terasa canggung. Tak lama kemudian tangangnya merangkul ringan pinggang Jiyeon dan otomatis gadis itu pun bersandar di atas dada bidang milik pemuda tersebut.

“Park Jiyeon! Kau bisa panggil aku Jiyeon,” sahut gadis itu canggung seraya mencoba melepaskan pelukaan tubuhnya dari dekapan Kai, namun sebelum itu terjadi, tiba-tiba ada seseorang dari belakang Jiyeon tak sengaja mendorongnya kembali ke dalam pelukan Kai.

Kai tersenyum tipis saat melihat Jiyeon saat ini sudah kembali lagi ke dalam pelukannya. “Maaf. Tadi aku…”

“Begini lebih baik,” jawab Kai tanpa mau mendengar semua kalimat Jiyeon.

Kedua matanya Kai yang bak elang menatap tajam ke arah bola mata Jiyeon yang sedang membulat sempurna. Jiyeon terasa terhipnotis dan tanpa ia sadari, gerakan tarian mereka semakin intim karena Jiyeon sudah melingkarkan kedua lengannya di leher milik Kai tanpa sedetikpun mengalihkan tatapannya kepada sosok pria yang membuatnya terpesona setengah mati. Ya, sosok pria itu adalah Kai.

-TBC-

23 thoughts on “R.E.A.P.E.R [Part 1]

  1. Kai mistrerius deh hemmm,, dia manusia asli kan bukan jadi2 hahaha,, sebab posternya tengkorak pkai baju bajak laut,, dan kai juga pakai baju bajak laut ,,,,

    Liked by 1 person

  2. wow wow chanyeol pemarah bgt,yg sabar dong yeol.
    jiyi sich nolak chayeol terus keluar deh sifat aslinya chanyeol.
    wow siapa itu yg bikin jiyeon terpesona bigit.

    Liked by 1 person

  3. wow wow chanyeol pemarah bgt,yg sabar dong yeol.
    jiyi sich nolak chayeol terus keluar deh sifat aslinya chanyeol.
    wow siapa itu yg bikin jiyeon terpesona bigit

    Liked by 1 person

  4. poternya seram,apa ini horor atau tentang pembunuhan.
    shock,kira in chanyeol tulus ternyata ujung2nya,kaya2nya jleb banget..
    kasihan jiyeon,tapi ketemu kai..

    Liked by 1 person

    • Sebenernya authornya bingung juga sama nentuin genrenya, hehe…
      soalnya aku gak jago buat genre kaya gini, tapi penasaran buat genre kaya begitu, /Kebiasaan buat genre comedy romance/ curhat deh ><

      Iya, sih channienya jleb banget yah, tapi belum tau juga sih dia tulus apa gak, tar di part selanjutnya baru ketahuan, di tunggu aja ya 🙂

      makasih dah nyempetin berkunjung kemari ❤

      Like

Write your great opinion ^^