Only If I Love You [Part 2 of 2 – End]

winter-world-of-love-2zxda-53nbh-normal

 

|| Title: Only If I Love You || Author: Phiyun || Genre: Romance | Comedy | School Life || Cast: Park Jiyeon | Oh Sehun ||

 

Cerita ini hanya fiksi belakang namun apabila ada kesamaan di dunia nyata berarti hanya kebetulan semata. Penulis hanya memakai nama castnya saja sebagai bahan cerita, jadi keseluruhan cast yang ada disini milik penulis. FF ini terinspirasi dari film maupun buku yang pernah ditonton dan dibaca oleh author.  Maaf kalau karakternya Castnya aku buat beda dari karakter  aslinya. Ini semata – mata hanya untuk isi cerita saja. Tapi kalau di dunia kenyataan Castnya milik Tuhan, keluarganya dan agencynya. Heheee… XD

 

Preview: Part 1

*** Happy  Reading ***

~Pov Author~

“Kring!!!” suara bel tanda pulang sekola bergema di seluruh lorong kelas. Guru yang mengejar pun mulai merapikan atas mejanya bukan hanya dirinya saja tapi para murid-murid juga melakukan hal yang sama. Sebelum menutup mata pelajarannya, guru tersebut berkata. “Kerjakan soal halaman 14 sampai dengan 16, minggu depan di kumpulkan.” setelah memberi tugas, wanita paruh baya tersebut pergi meninggalkan ruangan kelas.

“Yah… ada pekerjaan rumah lagi, deh.” keluh gadis yang duduk di samping Jiyeon

“Ya, bagaimana lagi, Eunjung-ah? Bu. Maria kan memang begitu.”  balasnya sambil sibuk merapikan buku pelajarannya ke dalam tas.

Melihat sahabatnya begitu terburu-buru memasukan alat tulisnya, membuat Eunjung menjadi penasaran untuk bertanya. “Kau mau ke mana? Mengapa kau terlihat terburu-buru? Apa jangan-jangan kau…”

“Aku pergi dulu ya, besok baru aku ceritakan padamu.” potong Jiyeon dengan tersenyum sumeringah. Setelah mengatakan itu, Jiyeon langsung berlari meninggalkan sahabatnya, Eunjung.

~OoO~

Aku berlari sekuat tenangaku ke parkiran sepeda. Aku berencana untuk pulang sekolah bersama Sehun, namun sayangnya pria yang ingin aku ajak pulang bersama sudah pergi meninggalkan diriku sebelum aku tiba di parkiran.

“Sial! Harusnya aku datang lebih cepat.” gerutuku kesal saat melihat sepeda milik Sehun sudah tak ada di parkiran. Dengan langkah yang gontai aku pergi meninggalkan tempat tersebut. Pikiranku terbang melayang, baru pertama kalinya aku merasakan hal semacam ini. Aku merasakan perasaan yang kecewa bisa di katakan ini pertama kalinya aku gagal dengan apa yang aku rencanakan.

Di sepanjang  jalan aku terus memikirnya pria itu, namun lamunanku menghilang saat tiba-tiba ada seseorang menarik lenganku dari belakang. Pijakan kedua kakiku pun oleng dan tak lama kemudian tubuhku jatuh tepat menimpa tubuh seseorang tersebut.

“Brukk!!”

 Sesegera mungkin aku bangkit dari atas tubuhnya. “Apa yang kau lakukan, Hah!” bentakku tanpa sedikit pun memperhatikan orang yang ada di bawah tubuhku.

“Apa Jiyeon  Seonbae  baik-baik saja?” lirihnya dengan suara yang serak. Entah mengapa saat aku mendengar suara lemahnya, telingaku mendengar suatu suara yang sangat familiar. Perlahan-lahan aku arahkan pandanganku ke arah asal muasal suara tersebut. “Sehun!!” seruku. Dengan cepat aku langsung bangkit dari atas tubuhnya.

“Krekk!!!” terdengar suara nyaring dari pergelangan kakiku dan dalam hitungan detik tubuhku roboh kembali. Wajahku nyaris saja menyentuh trotoar, untungnya Sehun dengan sigap menarik tubuhku sebelum semua itu terjadi.

“Sepertinya kakimu terkilir. Ayo aku antarkan kau ke rumah sakit.” ucapnya sambil hendak menggendong tubuhku. Dengan cepat aku berusaha melepaskan diri dari dekapannya.

“Aku baik-baik saja.” bantahku. Aku berusaha berkilah dengan cara menghentakan sebelah kaki kiriku, namun sayangnya usahaku tak berhasil. Karena Sehun tahu kalau yang sakit bukanlah kaki sebelah kiriku melainkan kaki yang sebelah kanan.

“Berhentilah bercanada, Seonbae-nim. Kau tak perlu merasa tangguh di depanku.” ucapnya sambil terkekeh. Melihat wajahnya yang tersenyum membuat kedua pipiku menjadi memanas karena menahan malu.

Aku mati kutu di depannya. “Hentikan. Kau membuatku malu.” pintaku dengan menundukan kepala. Mendengar permintaanku Sehun pun berhenti tertawa. Perlahan-lahan ia mendekat kepadaku dan kemudian mengambil tas ransel milikku yang saat tadi terjatuh dan setelah itu ia berjongkok di depanku sambil berkata. “Naiklah.”

“Eh!!” aku terkejut dengan apa yang barusan dia katakan. “N-n-naik ke mana?” tambahku dengan kikuk. Dengan santainya pria tersebut berkata. “Naik ke atas punggungku lah.”

“Tapi aku baik-baik saja, benar baik-baik saja.” ucapku menegaskan kalau aku tak perlu di gendong olehnya. Dengan langkah yang sedikit menyeret aku berjalan menjauh dari belakang punggungnya.

Belum sempat aku berjalan jauh tiba-tiba lenganku ditarik oleh Sehun dan pria itu langsung mengangkatku di atas punggungnya. “Yah! Turunkan aku!” pekikku. Tapi sayangnya pria itu tak mau mendengar dia malah berlari sambil membopong tubuhku di belakangnya.

Sebenarnya aku tak merasa keberatan dengan apa yang ia lakukan padaku, namun ada rasa sedikit mengganjal di dalam benakku. Ya, aku merasa risih dengan apa yang dia lakukan. Jantungku terus berdebar-debar tak menentu. Aku juga takut bila ia sampai mendengar detak jantungku yang saat ini sedang berdentum keras.

 

~OoO~

~Pov Author~

 “Rumah, Seonbae-nim dimana?” tanya pria itu pada gadis yang sedang ia gendong. Mendengar perkataan sang pria, gadis berambut panjang itu pun terlihat ragu. Wajahnya menyiratkan kalau ia, enggan untuk memberitahuinya.

Selang beberapa menit kemudian, gadis itu pun berkata. “….Gang..nam… rumahku ada di daerah Gangnam.” balasnya.

Sehun tersenyum saat mengetahui daerah rumah kediaman Jiyeon. “Gangnam? Berarti arah rumah kita berlawanan arah ya, Seonbae-nim.”

“Eh..? Oh.. makanya lebih baik kau turunkan aku, tak mungkin kan kau menggendongku sampai ke rumah.” celetuk Jiyeon sambil memukul pelan kedua bahu milik pria tersebut dari belakang.

Tak lama pria itu pun menuruti permintaan Jiyeon. Setelah menurunkan Jiyeon, pria itu langsung berlari meninggalkan gadis itu tanpa mengatakan satu katapun.

“Apa dia marah padaku.” Jiyeon mulai bertanya-tanya dalam batinnya. “Harusnya aku tak menolak kebaikannya, kan?” gerutu dalam hati Jiyeon kembali.

Jiyeon berjongkok lemas, saat mengetahui bahwa Sehun tak kembali lagi untuk menjemput dirinya. Kedua mata gadis itu mulai memanas dan tanpa ia sadari keluarlah setetes buliran bening dari kedua sudut matanya.

Ya, gadis itu meneteskan airmata tanpa ia sadari. Berkali-kali Jiyeon memukul-mukul pelan dadanya. Mungkin ia melakukan itu semua untuk menghilangkan rasa sesak yang dirasakannya saat ini. Namun sayangnya apa yang gadis itu lakukan percuma.

“Kring! Kring!Kring!!”

Terdengar suara lonceng dari kejauhan dan dalam beberapa detik kemudian sebuah sepeda berhenti tepat di depan Jiyeon. Jiyeon tersentak kaget saat melihat pemilik sepeda tersebut. “Sehun?!” seru gadis itu dengan kedua matanya yang membulat lebar.

Pria itu terdiam saat dirinya  melihat kedua mata milik Jiyeon yang sudah basah dengan airmata. “Apa kau menangis?”

“Eh? Tidak! Tadi mataku kelilipan debu.” bantah Jiyeon panik sambil berusaha bangun.

Sehun mendesah saat mendengar kebohongan yang di ucapkan oleh Jiyeon. “Pasti kakimu benar-benar sakit.” gumamnya dan kemudian pria itu menyuruh Jiyeon duduk dibangku belakang sepedanya. “Naiklah, akan aku antarkan kau sampai rumah.”

“Tidak usah, aku bisa pulang dengan bis atau taksi.” balas Jiyeon.

Saat Jiyeon akan pergi, Sehun langsung menahannya dengan cara menarik lengan gadis itu. “Apakah kau menolak, ketulusan  yang kuberikan padamu?” ucap Sehun sambil menatap dalam kedua manik milik Jiyeon.

“I-itu…A-aku…”

“Kalau kau menolaknya, hatiku akan terluka.” tambah Sehun sebelum Jiyeon menyelesaikan perkataannya. Gadis itu langsung terpaku dengan ucapan Sehun. Beberapa menit kemudian Jiyeon pun lalu menganguk pelan mengginsyaratkan kalau dirinya setuju.

“Kenapa jantungku sedari tadi berdengup kencang terus. Ini tak seperti biasanya. Apakah aku mulai jatuh cinta pada pria ini?” lirih batin Jiyeon sambil kedua irisnya memandang dalam kedua manik pria yang ada di hadapannya.

~OoO~

-Esokan harinya-

 “Aah! Kencan!!! Siapa lagi laki-laki yang kau bodohi!” teriak Eunjung histeris.

Mendengar teriakan sahabatnya, membuat senyuman yang saat tadi terpapang di wajah halus Jiyeon dalam seketika memudar. “Yah! Bisakah kau tak berkata semacam itu tentang diriku? Meskipun aku terlihat jahat di matamu tetapi tetap saja aku ini masih punya hati. Ya, hati yang terluka saat mendengar perkataan kasarmu.” Jiyeon berusaha membela dirinya.

Eunjung menyadari apa yang barusan ia kata kan itu pastinya melukai hati sahabarnya, Jiyeon. Eunjunng pun lalu meminta maaf atas ucapannya saat tadi pada sahabatnya, Jiyeon. “Maafkan aku, Jiyeon-ah. Aku hanya terkejut dengan ceritamu.”

“Sudah lupa kan saja. Kau tak salah. Mungkin benar apa yang kau katakan.” balas Jiyeon dengan wajahnya yang sendu.

Eunjung semakin tak enak hati pada sahabat dekatnya ini. Dengan perlahan-lahan Eunjung berjalan menghampiri tempat duduk Jiyeon dan kemudian berkata. “Apakah kau benar-benar menyukainya?”

Jiyeon terkejut dengan ucapan yang di lontarkan oleh sahabatnya, Eunjung. “Ma-maksudmu apa, Eunjung?”

“Kau tahu maksudku, Jiyeon-ah.”

“I-itu tidak seperti yang kau pikirkan.” kilah Jiyeon gugup.

“Aku bisa melihat dari kedua matamu. Kau menyukainya.”

Jiyeon segera membalasnya. “Aku…tidak..”

“Apakah kau tahu, ucapan yang di keluarkan oleh bibir kita kadang kala tak sama dengan apa yang kita rasakan di sini. Ya, di dalam hati kita.”  ujar Eunjung sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah jantung milik Jiyeon.

Jiyeon langsung terdiam terpaku, berambut hitam legam itu terdiam seribu bahasa. Bahkan ia tak berani untuk melakukan kontak mata langsung pada lawan bicarnya. “Kau tak perlu mengatakan kejujuran kepadaku. Permintaanku hanya satu padamu, Jiyeon-ah. Aku mohon Jujur lah dengan perasaanmu. Meskipun hanya sekali, aku ingin kau bahagia dengan perasaan yang kau rasakan.” ucap Eunjung dengan tersenyum tipis kepada sahabat karibnya.

~OoO~

-Sepulang sekolah-

 “Ada yang ingin aku katakan padamu Sehun-ah. Sesuatu yang sangat penting.” kataku sambil menggengam erat kedua tangan miliknya. Ekspresi wajah milik pria itu sedikit canggung saat aku menggengam erat tangannya, karena baru pertama kali aku menggengam tangan miliknya. Ya, ini juga yang pertama aku lakukan, biasanya pria duluan yang menggengam tanganku.

 “Apa yang ingin kau katakan padaku.” balasnya seraya sebelah tangannya menggaruk pelan belakang tengkuk lehernya.

“Perasaan suka yang sangat menyesak kan dada ini, ingin aku kata kan pada Sehun-ah.” jerit batinku, dengan segenap keberanianku. Aku pun memutuskan untuk mengatakan apa yang sesungguhnya aku rasakan pada dirinya. “Aku selalu menganggap pria itu hanyalah sebuah vitamin semata. Hal yang menyangkut perasaan, itu sangat menyebalkan untukku. Dan di saat bertemu denganmu aku…”

“Tak jauh beda dengan vitamin, Senior terdahulu bukan?” potong Sehun dengan wajah datarnya. Mendengar perkataan yang baru saja ia katakan membuat jantungku sesak. Seketika kedua gengaman tanganku lepas dari jari jemarinya.

Secepatnya aku langsung membantahnya. “Bukan itu maksudku, Sehun-ah. Aku..”

“Sepertinya tidak ada yang harus kita bicarakan lagi…” ujarnya dan kemudian ia pergi berlalu dari hadapanku.

Aku berusaha menahannya dengan cara menarik kerah lengan bajunya, tapi dengan kasar Sehun menghempaskan tanganku dan setelah itu ia berkata. “Hentikan.” dengan kedua mata sayunya kemudian berlalu.

“Mengapa harus berakhir seperti ini? Bukan seperti ini yang kuinginkan.” rintih batinku, dengan suara yang bergetar aku berusaha mengeluarkan suara dari dalam tenggorokanku. “Tunggu sebentar, Sehun-ah! Tolong dengarkan penjelasanku terlebih dahulu.” panggilku. Usahaku membuahkan hasil, langkah kaki pemuda itu terhenti namun tak lama kemudian ia melanjutkan berjalan meninggalkan diriku tampa sedetik pun menoleh ke belakang.

Aku ingin sekali mengejarnya namun entah mengapa kedua kakiku terasa sangat berat. Kedua kakiku sama sekali tak mampu bergerak. Mengapa jadi seperti ini? Apakah ini karmaku. Sekarang diriku lah yang  merasakan perasaan cinta yang tak terbalas. Aku benar-benar mencintainya. Aku juga tak keberatan kalau hanya aku yang mencintainya. Karena hanya kau seorang yang aku inginkan. Dan pada akhirnya aku hanya bisa menangis sambil menatap belakang punggungnya yang semakin lama semakin mengecil dari pandanganku.

“Apakah kita masih bisa bersama setelah kejadian ini?” tanya pada kesunyian.

~OoO~

-Pov Author-

-Seminggu kemudian-

Selama seminggu ini Jiyeon terlihat murung, bahkan ada lingkaran hitam di bawah kantung matanya. Tubuh gadis itu pun juga semakin hari semakin kurus. Eunjung yang melihat keadaan sahabatnya, membuat hati gadis berambut kemerahan tersebut iba.

“Jiyeon-ah, apakah kau baik-baik saja?” tanyanya dengan suara yang pelan. Sang empunya hanya terdiam membisu. Nanarnya menatap fokus ke depan. Beberapa menit kemudian, gadis tinggi tersebut bangkit dari tempat duduknya. “Aku pergi dulu.” kata Jiyeon parau.

“Kau mau kemana, Jiyeon-ah?” seru Eunjung sambil menahan pergelangan sahabatnya.

 “Aku harus pergi bertemu dengan dirinya.” kemudian melepaskan gengaman tangan milik sahabatnya dengan lembut.

Mendengar penjelasan dari Jiyeon, membuat Eunjung semakin tak ingin sahabatnya pergi mencari pria tersebut. “Kau terlihat lemah. Aku takut sesuatu terjadi padamu, Jiyeon-ah.” tapi Jiyeon membalasnya dengan tersenyum dan berkata. “Semua akan baik-baik saja, Eunjung-ah. Kau tak perlu khawatir, hmmm…”

Dengan berat hati Eunjung pun melepas gengamannya dari pergelangan tangan Jiyeon. Eunjung semakin khawatir saat dirinya melihat Jiyeon dengan wajah yang pucat sedang berjalan semakin menjauh dari hadapannya. Tak perlu waktu lama, tiba-tiba tubuh Jiyeon tumbang. Melihat sahabatnya jatuh pingsan Wendy langsung berlari menghampirinya sambil berteriak menyebut nama sahabat karibnya. “Jiyeon-ah!!!”

~OoO~

-Di UKS-

Jiyeon berbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Wajah gadis itu masih terlihat pucat pasih. Banyak peluh yang bercucuran dari atas keningnya. Terlihat seseorang yang sedang duduk setia di samping Jiyeon. Sesekali ia menghapus peluh yang menetes di wajah pucat milik Jiyeon.

“Maaf kan aku, Jiyeon. Seandainya aku tak meninggalkanmu mungkin saja kau tak seperti ini.” lirihnya sambil menggengam lembut jari jemari milik Jiyeon.

~OoO~

Tubuhku terasa remuk saat terbangun. Perlahan-lahan aku membuka kedua mataku. Ketika aku melihat atap langit dimana tempat aku berbaring. Aku mengetahui kalau saat ini aku berada di ruang unit kesehatan sekolah. Aku berusaha menggerakkan tubuhku yang terasa mati rasa. Saat aku mencoba mengerakkan tanganku, aku merasa ada seseorang yang saat ini menggengam erat jari jemariku. Penasaran dengan sosok siapa yang ada di sampingku, kutoleh kan kepalaku ke samping dan betapa terkejutnya aku saat melihat siap sosok yang sedang duduk tertidur di samping ranjangku.

“Oh Sehun?!” seruku tak percaya. Mendengar namanya kusebut, pria itu langsung terjaga dari tidurnya. “Kau sudah siuman?” ucapnya sambil bangkit dari tempat duduknya dan kemudian menyentuh kedua pipiku dengan lembut. “Apakah ada yang sakit yang kau rasakan.” katanya kembali seraya kedua mata elangnya menatap setiap inci tubuhku.

Aku pun lalu menjawab. “Ya, sakit. Aku merasakan sakit yang amat sangat.”

“Dimana?” tanyanya kembali.

Kemudian aku menurunkan sebelah tangannya dari atas pipiku dan kemudian menaruhnya di atas dadaku yang semenjak jauh darinya, aku selalu merasakan rasa sesak dan perih. Kedua bola matanya yang berwarna kokoa tersebut melebar sempurna. Dengan tangannya yang bergetar aku tetap menggengam erat tangannya sambil berkata. “Apakah kau merasakannya?” ucapku parau.

Tapi pria itu masih terdiam, dia malah menundukan kepala sepertinya ia tak ingin menatap wajahnya. Merasa perkataanku dia abaikan, aku pun berkata kembali. “Apakah kau masih tak bisa merasakan jantungku yang terus berdetak kencang karena dirimu!” kali ini aku berkata dengan nada yang sedikit tinggi.

Seketika Sehun menatap kedua mataku dengan intens. Jantungku semakin berdebar kencang. Kedua mataku pun mulai memanas bahkan bibirku bergetar hebat saat harus berucap lagi kepadanya. “Kau itu bukan sekedar sebuah vitamin bagiku, kau itu lebih dari itu. Apakah kau tahu! Kau selalu membuat jantungku terus berdebar-debar tak menentu. Kau adalah pria yang paling jahat yang pernah aku temui, karena hanya kau yang dapat melakukan itu semua kepadaku. Apakah kau masih tak mengerti apa yang aku katakan padamu saat ini. Aku su…”

Tiba-tiba perkataanku terpotong saat Sehun mengusap bibirku untuk beberapa detik  dengan bibirnya yang tipis. Aku tercengang tak percaya dengan apa yang barusan saja terjadi pada diriku. “Kau…”

 “Aku suka padamu, tidak aku tidak hanya suka padamu tapi aku sangat mencintaimu, Jiyeon-ah.” balasnya dengan tersenyum lembut kepadaku.   “Maaf bila belakangan ini aku terlihat mengindar darimu, sebenarnya seminggu ini aku…”

Chu…

aku membalas kecupannya dalam waktu seperkian detik. Wajah Sehun seketika memerah dengan matanya yang terbelalak lebar. “Itu balasan dariku.” kekehku. Tak sengaja aku melihat sesuatu tanda kemerahan yang tertoreh di sebelah kanan pipi Sehun. “Pipimu kenapa?” tanyaku sambil menyentuh sebelah pipinya yang terlihat memerah. Tapi balasan yang di katakan Sehun sebaliknya. Ia hanya tersenyum sambil mengengam lembut tanganku. “Ini bukan apa-apa. Pipiku merah karena dirimu.”

 “Eh? Karena aku?”

“Ya, karena kau membuatku malu, sehingga membuat pipiku merona merah.”

Deg! Jantungku langsung berdebar-debar tak karuan. “Yah… kau membuatku malu.” ucapku seraya memukul-mukul pelan dadanya yang bidang. “Jadi apakah, kita sekarang pacaran?” tanyaku ragu dan pria itu pun berkata dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. “Menurutmu?”

 

Di saat Sehun dan Jiyeon tertawa lepas bersama, tak jauh dari sana terlihat ada seseorang sedang berdiri di depan pintu ruangan tersebut. Gadis itu menatap senang kearah mereka berdua dan tak lama kemudian terlihatlah seulas senyum dari sudut bibirnya.

~OoO~

~Pov Author~

-Flash back-

 

Terlihat dari kejauhan seorang gadis dengan rambut panjangnya yang kemerahan berlari ke dalam ruang kelas 2-1. Ya, ruang adik kelasnya dengan wajah yang berang. “Siapa yang bernama Oh Sehun! Yak, brengsek!! Keluarlah kau!!!” teriaknya nyaring.

Tanpa basa-basi gadis berambut kemerahan itu menarik kerah baju siswa laki-laki yang ada tepat di depannya. “Kau yang bernamanya Sehun, hah!!” serunya lantang.

Sontak siswa itu tercengang kaget bahkan siswa tersebut terlihat ketakutan.“Bukan… Aku bukan Hunnie…”

“Alah! Jangan bohong di depanku!” sambil mempererat cengkraman kedua tangannya di kerah baju milik siswa tersebut.

“Sungguh aku bukan Sehun!!” teriak siswa itu dengan histeris dan tak lama kemudian masuklah seseorang ke dalam kelas. Keadaan kelas yang tadi riuh menjadi sunyi dan semua mata menatap sosok yang baru saja tiba tersebut. “Hunnie…itu Sehun, orang yang kau cari!” seru siswa itu sambil jari telunjuknya mengarah pada sosok yang baru tiba di dalam kelas. Mengetahui kalau dia adalah Sehun, Eunjung langsung berjalan ke arahnya dan…

Plak!!!

 Eunjung langsung menamparnya dengan kencang. Sehun terkejut dengan apa yang barusan saja dilakukan gadis itu padanya. “Brengsek, jadi kau pria yang membuatnya menjadi seperti ini.” ucap Eunjung geram dan tiba-tiba gadis berambut kemerahan itu langsung lompat ke tubuh Sehun dan langsung menjambak rambut milik pria itu secara membabi buta.

Tubuh Sehun pun tersungkur ke bawah lantai. Keadaan kelas yang saat tadi sunyi kembali riuh. Melihat teman sekelasnya terpojok, beberapa sahabat Sehun membantu meleraikan Eunjung yang masih menindi tubuh Sehun dengan posisi yang masih  sibuk menjambak-jambak rambut milik pria itu.

“Ya!!! Lepaskan! Lepaskan aku! Apa kau mau mati, hah! Kau akan mati di tanganku hari ini, dasar bedebah sialan!!!” maki Eunjung sambil meronta-ronta saat tubuhnya di angkat dari atas tubuh Sehun.

-Fin-

10 thoughts on “Only If I Love You [Part 2 of 2 – End]

    • Salken juga ya mila ^^
      buat sequel aku lum punya bayangan, hehhe…
      silakan, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya abis baca ffku, kkk. Makasih ya dah nyempetin waktunya buat baca di sini ^^

      Liked by 1 person

Write your great opinion ^^