[Multi-Chapter] Mokpo – 04. Fate

mokpo

Mokpo – Fate

[Yoona & Siwon | Multi-Chapter | PG-15 | Drama & Romance]

“Dikala rasa kembali menguak luka.”

Read First: MokpoWhen Time Stuck With Us

Note: Maaf atas keterlambatan publish. Semoga suka!


Kuharap malam berlalu lebih cepat dari biasanya, aku ingin menatap matahari kembali, entah apa yang aku pikirkan selepas bercengkrama dengan Siwon. Berandal kecil itu kini telah berubah menjadi berandal dewasa, ia tak pernah berubah dari kebiasaan yang melekat sejak kecil. Aku paham pasal beban hidup yang ia alami sepanjang hidupnya, sayangnya, ia tak mendekat pada gereja atau hal-hal berbau agamis, justru ia bergaul dengan lingkungan buruk yang tidak seharusnya anak umur sebelas tahun kenal.

Aku memejamkan mataku, kubiarkan jendela terbuka lebar agar angin memberi sedikit udara segar bagi paru-paru. Sapuan lembut partikelnya mengurai anak rambutku, aku membayangkan wajah Siwon, yang aku pahami adalah perangai dan wajah karismatiknya tak berubah, walaupun postur tubuhnya yang berbeda.

Ia orang yang baik dan peduli pada kawannya, itulah salah satu sifat terpuji yang masih berdampingan dengan sikap kasarnya. Aku tersenyum dikala bayang itu bertemu dengan ilusi, ia seakan nyata berdiri di hadapan. Saat di kafe kecil itu, saat dirinya tersenyum kala menyantap bakpao panas Paman Jiho, saat ia melempar lelucon-lelucon, dan saat ia ikut tertawa di kedai ramen di ujung jalan.

Andai saja kau tidak seperti ini…

Malam telah larut, tak ada orang beraktifitas di hari seperti ini. Aku melangkahkan kaki dengan menghela napas panjang, kuharap Yoojin belum tidur, aku membelikan ramyun heokjokki kegemarannya. Yoojin adalah permata kecil peninggalan ayah dan ibu, sekarang diumurnya yang menginjak tigabelas, ia tumbuh menjadi anak perempuan tempramental. Aku sadar, yang membuat sikapnya berubah adalah kematian ibu dua tahun lalu, ditambah kesalahanku ketika menyulap kafe peninggalan ayah menjadi tempat tak bermoral.

Aku kerap mendengar anak kecil lain acap kali menggunjing pasal Yoojin dengan omongan tidak sedap, aku tak ingin menjadi seperti ini, namun mau bagaimana lagi, aku tak mungkin mencari pekerjaan tetap dan mendapat gaji bersih karena kecakapan yang aku miliki hanya sebatas lulusan SMA.

Lampu kamar Yoojin masih berkedip, syukurlah anak itu belum tidur, pasti seharian ini perutnya belum terjamah kudapan apapun.

“Yoojin…” tak ada jawaban, aku menggeser pintu kamarnya. Kulihat anak itu tengah terlelap dengan posisi bertolak belakang dari pintu.

“Yoojin, aku yakin kau belum menyantap apapun. Ini aku belikan…”

Yoojin bangun dengan berang, matanya merah dengan pupil mata yang membesar, “Apa pedulimu? Apa dengan membelikanku makanan, kau dapat merubah segalanya? Pergilah! Jangan menggangu!” gertak Yoojin dengan kasar, ia kembali tidur seolah-olah tidak mempedulikan kehadiranku.

Segera saja aku beranjak dari wilayah privasinya, terpaksa malam ini aku menyantap ramyun sendirian, oh Yoojin, aku tidak dapat menggantikan apapun yang telah terjadi, mereka telah berubah karena kebodohanku. Maafkan aku Yoojin, kuharap kau dapat membuka sedikit relung hatimu agar mau memaafkanku.

Malam ini terasa hampa, bahkan ramyun yang biasanya nampak sedap kini bagaikan seonggok mi dengan air putih, tak ada cita rasa yang dapat memuaskan lidah, aku terlalu emosional saat menghadapi Yoojin, anak yang seharusnya menikmati keindahan dunia dengan tenang, terpaksa menelan mentah-mentah omongan anak lain.

Ponsel bergetar ketika aku menyuap sendok terakhir, dari Stella. Kali ini rayuan manis apa yang akan ia lontarkan?

“Halo, Siwon. Apa malam ini kau sibuk? Aku ingin mengajakmu berkeliling.”

“Stella, apa kau tidak lihat jam? Sekarang sudah sangat larut.”

“Ayolah, kau tidak seperti biasanya. Aku ingin menghabiskan malam ini, kemarin kau sibuk berkhayal pasal gadis pecundang itu.”

“Pecundang? Apa maksudmu pecundang, huh? Sudah kubilang, jangan sekali-kali kau mengusik tentang dia.

“Cih, kau menjadi melankolis Siwon.”

“Terserah!”

Klik.

Gadis itu memang telah melewati batasan, apa maksudnya dengan menghina Yoona sebagai pecundang? Aku menyesal telah menjadikan Stella menjadi bagian dari hidupku, sungguh, jika aku memiliki kesempatan untuk memutar waktu, aku akan kembali menata kehidupanku agar tidak sejauh dan selarut ini.

Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur yang tergeletak di lantai, menerawang langit-langit adalah satu hal yang membuat perasaan nyaman, menatap langit-langit dapat mengurai sejengkal kekalutan dalam diri. Sesekali bayang wajah lembut ibu melintas, aku membayangkan ketika ibu begitu mengusap kepala kami dengan penuh kasih sayang. Ketika wajah ayah melintas, aku membayangkan saat dirinya pulang dengan wajah tersenyum kepada keluarganya.

Ibu, maafkan diriku yang telah gagal menjaga Yoojin…

Tak biasanya Mokpo dipagi hari lengang seperti ini, di sepanjang jalan yang kulalui, hanya ada satu dua orang yang melintas. Aku memainkan kunci kafe dengan akronim “BR” bertandang di gantungannya, kuharap pengunjung hari ini tidak seramai seperti biasanya, aku ingin menyendiri menikmati kesunyian.

Aku menangkap bayangan Sungsoo berdiri mengenakan baju barista, ketika aku menghampirinya ia tersenyum hangat, aku memberikan kunci itu, dengan sigap ia membuka pagar besi yang menutup kafe dengan rapat. Sebelum menuju balkon, aku meminta Sungsoo untuk membuatkan segelas cokelat panas, peralihan musim di Mokpo begitu ekstrim, akhir musim gugur seperti ini udara biasanya berhembus lebih dingin dari biasanya. Dari balkon aku dapat menatap birunya pantai Sheizou, gulungan ombak bermain menciumi bibir pantai, suara dersiknya mengacau membuai telinga.

“Silahkan Tuan Choi.” Sungsoo datang sembari meletakkan segelas cokelat panas dengan sepiring croissant yang sebenarnya aku tidak meminta, aku mengangguk tanda terima kasih, Sungsoo adalah pegawai yang pengertian.

Kulahap croissant itu dengan perlahan, rasa mentega yang lembut begitu memanjakan lidah, aku menatap bibir pantai dengan kosong, aku tak dapat berpikir apapun. Yoojin terus saja bertengger pada memori otak, aku khawatir dengan kondisinya, gadis malang.

“Siwon.” aku menoleh saat suara familiar itu menembus gendang telinga, aku tersenyum ketika menatap gadis dengan balutan sweater biru muda itu datang. Aku menyuruhnya untuk duduk bersama.

“Sudah pesan frappe?”

Ia mengangguk kecil, “Tentu. Bagaimana harimu?”

Aku tak menggubris pertanyaan Yoona yang terkesan basa-basi itu. Kulahap kembali croissant dan menyesap sedikit cokelat panas untuk kembali meningkatkan kehangatan tubuh. Yoona terus saja mengoceh, aku menanggapi seperlunya saja, pikiranku kali ini begitu kalut.

“Oh, jadi pria melankolis ini telah menemukan tambatan hatinya, benar?”

Aku terperanjat kala Stella berdiri di depanku dengan angkuh, wajahnya nampak begitu geram ketika melihat Yoona.

“Apa yang kau lakukan disini? Pergilah!”

“Tadi malam, kau menolak untuk berjalan denganku. Tapi, ketika wanita pecundang ini datang kau langsung luluh.”

Aku menarik lengan Stella, “Jaga mulutmu itu, pergi sebelum aku marah, Stella!”

“Lepaskan tanganku, aku tidak peduli dengannya Siwon, yang aku inginkan hanya dirimu.” Stella merengkuh kedua pipiku dan hendak menciumnya.

“Pergi!” aku mendorongnya hingga ia sedikit terjerembab, “Kau benar-benar murahan, Stella. Aku tidak menginkanmu lagi!”

Stella melipat kedua tangannya, “Jadi begini sikapmu padaku? Ok, aku berhenti dari sini, tapi aku tak akan pernah berhenti untukmu, Siwon. Tunggu saatnya!” ia keluar dengan kasar.

“Siwon, tenangkan dirimu. Jangan luapkan seluruh amarahmu.” ujar Yoona mencoba untuk menenangkanku, ia menggenggam telapak tanganku, aku merasa sedikit lega ketika tangan kami saling berkait, aku mencoba untuk menggerakkan otot bibirku sebisa mungkin untuk menciptakan sebuah senyuman yang tulus.

-TO BE CONTINUED-

13 thoughts on “[Multi-Chapter] Mokpo – 04. Fate

  1. Meski Stella memutuskan kluar dr tempat itu tapi rupanya ia tak ingin berhenti utk Siwon.Yah..smoga sj hub Yoona Siwon smakin dekat…..Apa Yoojin adik Siwon marah pd Siwon krn Cafe peninggalan orang tuanya diubah Siwon menjadi tempat prostitusi???

    Liked by 1 person

  2. Waduhhh c stella beranni nganceum siwon oppa…berhati-hatilan won oppa terhadap stella takutnya dia nyelakain yoona eonni..
    Oh iya yoojin itu adiknya siwon oppa yach..?
    Next thor..tetap semangat oke…!!!

    Liked by 1 person

  3. Siwon harus hati2 nech sm stella…takutnya yoona yg jd pelampiasannya stella…krn dia dah berani ngancem.. wah ada kemajuan nech siwon n yoona dah berani pegangan tangan walaupun niat yoona buat tenagin siwon…dtunggu deh momen yoonwon selanjutnya…next ya..

    Fighting n gomawo ya…

    Liked by 1 person

  4. Yeayyyy akhirnya update juga 🙂
    Kasian juga liat kehidupan siwon ternyata dia selama ini tidak hidup sendiri setelah ditinggal orang tuanya tapi ternyata masih ada yoojin dan yoojin sendiri marah dan mungkin membenci siwon juga karna apa yg dilakukan siwon untuk bertahan hidup 😦
    Tapi aku penasaran juga entah kenapa aku kok merasa hubungan yoonwon dulu itu bukan hanya sekedar hubungan sahabat atau temen tapi kayak lebih gitu
    Apalagi saat mendengar perkataan stella, yoona kayak biasa ajach gitu, kayak udah terlalu sering mendengar perkataan2 seprti itu saat bersama siwon
    Penasaran banget sebenarnya hubungan mereka seprti apa dulu…
    Hanya berharap dengan deket nya mereka lagi yoona bisa membuat siwon jadi lebih baik 🙂
    Ditunggu lanjutannya
    Fightingggg 😉

    Liked by 1 person

Write your great opinion ^^