Please Stay With Me [Chapter 3]

please-stay-with-me-3

|| Title: Please Stay With Me || Author: Phiyun || Genre: Romance | Sad | Hurt | Angst | Family | Sogfic || Cast: Park Jiyeon | Kim Jongin a.k.a Kai | Krystal || Thema song : Song Jieun – Don’t Look At Me

Poster Credit: Kryzelnut @ Art Zone  (Thank’s ^^)

Privew: Chapter 1 || Chapter 2

Cerita ini hanya fiksi belakang namun apabila ada kesamaan di dunia nyata berarti hanya kebetulan semata. Penulis hanya memakai nama castnya saja sebagai bahan cerita, jadi keseluruhan cast yang ada disini milik penulis. Maaf kalau karakternya Castnya aku buat beda dari karakter  aslinya. Ini semata – mata hanya untuk isi cerita saja. Tapi kalau di dunia kenyataan Castnya milik keluarganya dan agencynya. Heheee… XD

*** Happy  Reading ***

~Summary~

Tak bisakah kita bersama?

~~~ooo~~~

Di sebuah ruangan yang cukup mewah terlihat sesosok pria muda sedang berbaring di atas ranjangnya. Wajah pemuda itu terlihat sangat pucat dan bukan itu saja, banyak peluh yang jatuh menetes dari sela-sela pelipisnya. Bila di perhatikan dengan seksama ada yang aneh dengan pria tersebut. Kedua tangan dan kakinya terkait oleh seutas tali yang terikat di sisi ranjangnya.

Pria itu tercekat saat dirinya sudah terbangun dari pingsannya. Kepalanya terasa berputar-putar dan saat ia hendak bangkit dari berbaringnya, dia baru menyadari bila dirinya sedang di ikat di atas ranjangnya. Pria itu meronta-ronta seperti orang gila. Dia juga menghentak-hentakkan tubuhnya di atas kasur dan menarik keras kedua tangan dan kakinya dari jeratan tali. Namun sayangnya semua usahanya percuma saja. Hampir berjam-jam ia berusaha melepaskan ikatan tersebut namun i ia harus menelan pil pahit. Bukannya terlepas malah ia harus mendapatkan luka di kedua di pergelangan tangan dan kakinya karena tergores oleh gesekan kasar tali yang mengikatnya hingga mengeluarkan darah.

“Aaahhkkk!!!” jeritnya. Dia tidak menyerah, pemuda itu terus menerus berteriak histeris. Tak lama kemudian datanglah seorang wanita berumur menghampiri dirinya. Pemuda itu terdiam saat kedua matanya menatap wajah wanita tersebut. Masih dengan napas yang terengah-engah, pria itu pun memperlihatkan senyuman mengembang di wajahnya, namun dengan tatapan sinis.

Di perlakukan semacam itu, wanita tersebut menghela napas dengan kedua tangannya yang terlipat. “Jongin, kusayang. Janganlah kau menatap ibumu seperti itu.” kata wanita paruh baya tersebut sambil membelai lembut wajah putranya.

“Jangan sentuh aku!” teriak Jongin dengan berusaha menjauhi sentuhan telapak tangan sang bunda. “Kau bukan seorang ibu! Tak ada seorang ibu yang melakukan hal semacam ini pada anaknya. Kau tak pantas di panggil ibu! Kau itu monster!!!” balas Jongin dengan napas yang memburu.

Tak terima di katakan semacam itu oleh anaknya, Nyonya Kim pun naik darah. Namun dia berusaha menahan emosinya kepada anak semata wayangnya. “Jongin-ah, aku ini bukan monster, sayang. Meskipun aku ini adalah seorang monster, kau harus tetap menghormatiku.” seraya jari jemarinya mengusap atas punggung tangan putranya. “Aku melakukan semua ini karena, ibu sangat menyanyangi dirimu, Jongin-ah. Jadi ibu mohon kepadamu, satu kali ini saja dengarkan  permintaanku. Menikahlah dengan gadis pilihan ibu. Menikahlah dengan Krystal, hemm…”

Tanpa basa basi, Jongin langsung menolaknya. “Tidak! Dan tidak akan pernah!” ucapnya mantap. “ Aku tak mau menikah dengan wanita mana pun kecuali dengan gadis pilihanku sendiri, yaitu Jiyeon.” mengetahui, putranya sama sekali tak mau mendengar perkataannya, wanita paruh baya tersebut langsung meradang.

“Apa? Apakah kau tahu, Jongin-ah. Dengan sikapmu yang seperti itu, kau membuat gadis yang kau cintai semakin menderita.”

Kedua mata Jongin  melebar sempurna. “Jangan pernah kau berani menyentuh dirinya. Sudah cukup dia menderita karenamu.”

Mwo? Menderita? Adanya kau yang membuat wanita tua ini tersiksa. Sikapmu yang selalu sinis padaku dan sikapmu yang juga tak mau lagi mendengar ucapanku.” kali ini suara yang terdengar sedikit bergetar. Sepertinya Nyonya Kim berusaha menahan air matanya di depan putranya, Jongin.

Jongin menyadari bila sang ibu merasa sedih dengan semua tingkah lakunya. Dia ingin sekali menjadi anak yang berbakti namun di lain sisi, dia tak mampu melepaskan cintanya. Jongin tak mampu menatap wajah ibunya, akhirnya dia pun membuang pandangannya ke samping dan berkata. “Apakah ibu akan bahagian bila aku mengikuti keinginanmu?”

“Tentu, aku akan sangat senang sekali, nak.” dengan senyum yang sumeringah.

“Meskipun aku harus menanggung luka itu seumur hidupku?” kali ini tatapan mata Jongin menatap dalam kedua mata ibunya. “Apakah kau masih bisa merasakan bahagia di atas penderitaanku? Apakah itu masih disebut dengan kebahagiaan?” kedua bibir wanita tersebut terkatup rapat. Dia tak mampu menjawab pertanyaan anak lelakinya.

Pupil milik Nyonya Kim melebar. Sepertinya ia tercengang dengan ucapan anaknya, Jongin. Tanpa menjawab satu patah kata pun, Nyonya Kim pergi berlalu meninggalkan Jongin. Saat dirinya sudah ada di ambang pintu dan hendak keluar, Jongin tiba-tiba bersua kembali. “Kumohon… Jawab pertanyaanku.”

“Tak ada yang perlu di jawab dan di bicarakan.” kilah sang ibu dengan nada yang dingin. Tak terima dengan keputusan ibunya, Jongin lalu berkata lagi. “Kau harus menjawab pertanyaanku ini, Eomma. Bila kau masih ingin aku panggil dengan sebutan itu.”

Nyonya Kim tetap mematung, dia sama sekali tak mau menoleh ke arah putranya. “Apakah kau masih bisa bahagia di atas penderitaanku? Jawab aku, Eomma!” seru Kai lantang kepada ibunya. Tak lama kemudian Nyonya Kim menjawab. “Ya, aku akan tetap bahagia. Terdengar egois memang, tapi lambat laun kau akan menyadari dan berterima kasih dengan semua yang telah aku berikan padamu.” katanya dengan seulas senyuman tipis.

“Baiklah, aku akan  melakukan apa yang kau inginkan.” ucap Jongin. Nyonya Kim langsung berlari ke arah putranya. Ia seperti tak percaya dengan apa yang barusan saja ia dengar. “Apakah kau serius, Jongin-ah?” tanyanya kembali.

Jongin mengangguk dan kemudian berkata dengan pelan. “Aku akan menyetujuinya dengan satu syarat,”

“Apa itu?”

“Langkahi dulu mayatku.” sambil menyeriangai

Nyonya Kim terkejut dengan ucapan buah hatinya. “Apa maksud ucapanmu itu, Jongin-ah? Sekali lagi kau berkata semacam itu padaku, aku akan benar-benar membunuhmu!” bentak sang ibu. “Aku sudah lelah harus meladeni sikapmu yang semakin hari semakin kekanak-kanakan.”

“Aku juga lelah dengan semua ini. Dengan semua apa yang kau lakukan pada diriku dan Jiyeon. Kau bukan hanya melukai gadis yang kucintai tapi kau juga telah menghancurkan hatiku, Eomma. Apa kau sadar itu?” rintihnya. “Lebih baik aku mati, dari pada aku harus selalu melihat dirimu menyakiti gadis yang kucintai! Kumohon bunuh saja aku sekarang! sampai kapan pun aku tak akan bisa…”

“Cukup!” potong Nyonya Kim. “Akan aku anggap pembicaraan ini tak pernah terjadi.” setelah mengatakan itu Nyonya Kim langsung pergi meninggalkan Jongin yang masih terpasung di atas ranjangnya.

Jongin kemudian berusaha melepaskan dirinya dari kekangan, namun semua itu percuma. Kedua mata milik Jongin pun mulai memanas dan tak lama kemudian jatuh lah buliran bening dari sudut matanya.

Jiyeon-ah, maafkan aku. Seandainya Tuhan memang tak memperbolehkan untuk kita bersama di dunia ini, mari kita bertemu di dunia yang akan datang. Aku pastikan kita akan selalu bersama untuk selamanya, karena aku tak akan melepaskan gengaman tanganku untuk yang kedua kalinya darimu.” lirihnya.

OoO

Can’t we live in a world where time stands still?

Why? Why not?

We did nothing wrong

Why? Why not?

We’re so in love

OoO

-Seminggu kemudian-

Keadaan Jongin kian hari semakin mengkhawatirnyakan. Wajahnya terlihat sangat pucat, sudah hampir seminggu dia sama sekali tak makan maupun minum. Hingga pada akhirnya Nyonya Kim memangggil dokter pribadi untuk memberikan infus kepada putranya yang saat ini tergolek tak berdaya di atas ranjang.

Jeratan tali yang mengekang Jongin sudah di lepaskan oleh Nyonya Kim sehari setelah percakapan terakhir mereka kira-kira empat hari yang lalu. Meskipun sang ibu sudah melepaskan ikatannya, tetap saja Jongin tak mau menyentuh makanan dan minuman yang sudah di siapkan oleh juru masak keluarganya.

Saat dokter sedang memasukan cairan infus ke dalam tubuh Jongin, tiba-tiba tubuh Jongin mengejang-ngejang dan beberapa detik kemudian keluarlah darah dari kedua lubang hidungnya. Nyonya Kim sangat panik saat melihat keadaan putranya. Bukan Nyonya Kim saja yang terkejut, dokter pun terkejut dengan apa yang terjadi pada Jongin.

Sang dokter lalu menganjurkan untuk Jongin segera di bawa ke rumah sakit, dokter tersebut sepertinya menemukan gejala aneh yang di tunjukan oleh Jongin. Dan anjuran dokter Lee pun langsung di iya kan oleh Nyonya Kim.

~~~ooo~~~

-Di tempat yang lain-

Sudah hampir sepekan juga Jiyeon kehilangan kontak dengan sang suaminya, Jongin. Setiap hari, Jiyeon selalu berkunjung ke kediaman suaminya, namun ia tak pernah bertemu sedetik oleh Jongin. Keadaan rumah Kim terlihat sepi dan saat Jiyeon menanyakan keberadaan suaminya, Jongin kepada penjaga kediaman Nyonya Kim. Jiyeon selalu mendapat jawaban bahwa Jongin tidak ada di tempat dan tak tahu dimana keberadaan atasannya.

Jiyeon semakin kalut, dia ketakutan bila sesungguhnya ada sesuatu yang telah terjadi kepada suaminya. Semakin hari Jiyeon selalu merasakan cemas, bahkan dalam mimpinya sang suaminya, dirinya selalu mendengar Jongin selalu menyebut namanya. Yang bisa dilakukan Jiyeon saat ini hanyalah berdoa kepada sang khalik untuk dapat segera kembali bertemu dengan pria itu dan untuk keselamatan suaminya, Jongin.

Hingga suatu hari setelah dua minggu kemudian ada seseorang gadis mendatangi kediamannya. Gadis itu berperawakan tinggi dengan rambut ombak berwarna kecokelatan. Jiyeon sempat terkejut dari mana ia tahu bahwa dirinya tinggal di sini.

“Krystal-ssi? Bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini?” tanya Jiyeon dengan mata yang mendelik.

“Kau tak perlu tahu, dari mana aku mengetahui keberadaanmu.” balasnya dingin sambil berjalan masuk ke dalam.

Gadis muda iu lalu duduk di sebuah sofa yang terliihat sangat sederhana karena warna sofa itu telah memudar. Krystal duduk di sana dengan perasaan jengah namun ia tetap bersikap biasa saja meskipun Jiyeon mengetahui bila Krystal agak risih duduk disana dengan hanya melihat kerutan alisnya yang gadis muda itu tunjukan sebelum ia menatap sang tuan rumah, Jiyeon.

“Mau minum apa? Akan aku buatkan untuk…”

“Tak perlu, lagi pula aku tak lama di sini.” potong Krystal.

Jiyeon lalu mengangguk pelan seolah ia mengerti maksud perkataan tamunya. “Apakah kau mendapat kabar dari Jongin?” tanya Krystal sambil melipat sebelah kakinya yang jenjang di atas sebelah kakinya.

“Tidak, sudah hampir sebulan aku tak mendapat satu pun kabar darinya. pertemuan terakhir kami itu di saat di hari pernikahan kami berdua, sebulan yang lalu.”

Krystal tercengang saat mendengar kata ‘pernikahan.’ “Menikah? Jadi kalian sudah menikah?”

“Iya.” sahut Jiyeon.

Mendengar kabar itu ekspresi wajah Krystal langsung terlihat berang. “Brengsek!” geramnya dan tak sengaja di dengar oleh lawan bicaranya. “Maafkan aku, karena tak memberi tahumu.” ucap Jiyeon dengan nada yang menyesal.

“Kau tidak perlu meminta maaf padaku. Lagi pula aku bukan marah padamu, tapi aku hanya sedikit kesal dengan seseorang.” kilahnya dengan senyum yang terpaksa. Untuk sesaat suasana ruangan tersebut menjadi sunyi dan terselip rasa canggung di antara mereka.

Tak lama kemudian Krystal bangkit dari tempat duduknya. “Ikutlah denganku.” katanya.

“Kemana? a –aku harus menunggu…”

“Akan aku pertemukan kau dengan Jongin.” selanya. Jiyeon sampai menganga karena tercengang. “K-Kau t—tahu di mana dirinya berada??” sahutnya dengan terbata-bata tak percaya.

Gadis muda itu tersenyum geli saat melihat ekspresi lawan bicaranya, Jiyeon. “Memangnya kau kira aku ke sini mau apa? Kau tak tahu?” Jiyeon membalas pertanyaan Krystal dengan gelengan.

“Aku ke sini untuk menjemputmu agar kau bisa bertemu dengan Jongin. Jadi lebih baik kita segera berangkat.” sambil menarik lengan Jiyeon untuk berjalan bersama dengan dirinya.

~~~ooo~~~

 

-Beberapa jam kemudian-

Mobil yang dikemudikan oleh Krystal pun berhenti di sebuah ujung jalan rumah sakit. Hati Jiyeon yang sedari tadi cemas menjadi semakin khawatir saat dirinya di bawa ke sebuah rumah sakit. “A—apa yang ia lakukan di sini?” tanya Jiyeon ragu dengan penuh rasa cemas.

Krystal lalu menggenggam erat punggung tangan milik Jiyeon sebelum dirinya menjawab pertanyaan gadis itu. “Maafkan aku, Jiyeon-ssi. Aku ingin sekali mengatakan kebenarannya kepadamu, tapi itu semua tidak etis untukku, jadi lebih baik kau mendengarkan langsung dari dirinya sendiri.” imbuhnya.

Jiyeon menyadari bila yang di katakan Krystal ada benarnya, namun tetap saja hatinya merasakan perasaan khawatir. Lalu Jiyeon membalas gengaman tangan Krystal dengan menggengam atas tangan gadis itu yang saat ini berada di atas sebelah tangannya.

“Aku hargai niat baikmu itu, Krystal-ssi. Tapi aku lebih-lebih sangat berterima kasih bila kau menceritakan pada tentang keadaan Jongiin sebenarnya kepadaku, kupastikan dia tidak akan mengatakan hal sebenarnya padaku. karena aku mengenal dirinya, dia tak mungkin membuat orang yang ia sayangi mengkhawatirkan kondisinya.” ucap Jiyeon seraya menggengam lebih erat jari jemari milik Krystal dengan tangan yang gemetar.

Krystal menatap dalam bola mata lawan bicaranya yang mulai berkaca-kaca. Dia tahu bila gadis yang ada di hadapannya ini sedang menahan rasa sedih di dalam hatinya. Meskipun begitu Krystal sulit mengatakan keadaan Jongin yang sebenarnya pada Jiyeon. “Tapi.. Jiyeon-ssi, aku..”

“Tidak akan, aku tidak akan mengatakan apapun pada dirinya.” sela Jiyeon. “Akan aku rahasiakan pembicaraan kita ini pada dirinya.” ujar Jiyeon kembali penuh nada memohon.

~~~ooo~~~

-Di tempat yang lainnya-

Terlihat ada seorang pria sedang duduk termangun di atas ranjangnya yang berwarna putih. Wajah pemuda itu terlihat sangat pucat dan juga kedua matanya yang terlihat sayu. Pria itu sedang menulis sesuatu di sebuah buku. Rahang pria itu menegang saat menuliskan bait demi bait kata yang ia rangkai di dalam selembar kerta polos tersebut. kedua sudutnya tertarik saat menuliskan apa yang ada di dalam hatinya namun senyuman yang di perlihatkan terlihat mengiris hati bila orang lain melihatnya.

Tanpa terasa, pria itu sampai-sampai meneteskan airmata saat menumpahkan semua perasannya di dalam buku tersebut. Tangannya yang saat tadi mantap memegang bolpain seketika gemetar lemas sama seperti tubuhnya yang semakin hari semakin payah.

Saat dirinya sedang menulis tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu ruang inapnya dengan gesit, pemuda itu langsung menyembunyikan buku itu ke belakang bantal yang saat ini sedang ia sandar.

“Jongin-ah…” pemuda itu tertegun saat mendengar suara seorang wanita memanggil namanya. Suara itu terdengar familiar dan juga suara itu juga yang ia rindukan. Perlahan-lahan ia menolahkan pandangannya ke arah asal suara tersebut. Kedua mata pemuda itu terbuka lebar saat dirinya telah melihat sesosok wanita yang sangat ia cintai sedang berdiri di hadapannya. “Jiyeon-ah…” lirihnya. “A—aku…” belum sempat Jongin menjelaskan kondisinya mengapa dirinya ada di sini, wanita itu langsung berhambur ke dalam pelukannya.

“Aku merindukanmu, sayang.” kata Jiyeon seraya mempererat rangkulan tanggannya.

“Aku pun lebih merindukanmu. Aku pikir aku tak bisa…” saat Jongin hendak menyelesaikan ucapannya, sang istrinya langsung mengecup lembut bibirnya yang pucat. “Aku senang sekali bisa bertemu denganmu, Jongin-ah.” ungkapnya kemudian Jiyeon kembali menyandarkan kepalanya ke dalam dekapan suaminya, Jongin.

Jongin tidak bisa menutupi rasa senang di hatinya dan tanpa terasa dirinya menitikan airmata. Namun air mata itu sesegera mungkin ia seka karena ia tak ingin sang istri melihatnya. “Saranghae… Jiyeon-ah…” ucapnya dengan suara yang parau setelah itu mencium lembut surai milik Jiyeon yang hitam.

Nado… ” balasnya tak lama kemudian sebelum dirinya melingkarkan lebih erat lagi kedua lengannya di atas pinggang  milik Jongin.

~~~ooo~~~

“Jongin-ah, wajahmu terlihat sangat pucat sekali. Apakah sakitmu parah?” tanya Jiyeon sambil sebelah tangannya menyeka peluh yang membasahi atas kening suaminya, Jongin. Namun pertanyaan Jiyeon dibalasnya dengan senyuman dan tak beberapa lama kemudian, ia menjawabnya karena ia tak ingin membuat sang istri khawatir. “Aku baik-baik saja, sayang. Aku hanya sedikit kelelahan saja.”

Meskipun Jongin menjawab pertanyaan istrinya dengan seulas senyuman namun itu tak menyurutkan rasa kekhawatiran di dalam sorot mata Jiyeon. “Apakah kau yakin, sayang?” tanya Jiyeon kembali namun nadanya kali ini terdengar sedikit memaksa. Jongin mengetahui bahwa sang istri masih tak percaya dengan ucapannya dengan cepat Jongin mengalihkan pertanyaan Jiyeon dengan membuka pembicaraan ke Krystal.

“Krystal-ssi, bisakah kau menolongku sekali ini lagi?”

“Apa itu?” balasnya gadis berambut panjang itu sambil melipat kedua tangannya.

Jongin lalu menoleh ke Jiyeon dan kemudian berkata. “Jiyeon-ah, bisakah kau tunggu aku di luar sebentar. Ada yang harus aku bicarakan pada Krystal.” Dan permintaan Jongin pun langsung di patuhi oleh Jiyeon tampa mempertanyakan apa pun Jiyeon pergi keluar ruang rawat Jongin.

Setibanya di luar, tubuh Jiyeon pun roboh. Tubuh wanita itu terkulai seakan sendi-sendinya tak mampu lagi menahan berat tubuhnya. Dan di saat itu juga, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh begitu saja membasahi pelupuk matanya.

“Jongin-ah… mengapa kau harus berbohong di depanku di saat kondisimu semacam itu.” lirih Jiyeon di dalam isak tangisnya.

~~~ooo~~~

-Flash Back-

 

“Kumohon katakanlah yang sejujurnya padaku, Krystal-ssi. Aku mengenal Jongin, dia tidak akan memberitahukan kebenarannya kepadaku, meskipun diriku memohon padanya.” kata Jiyeon seraya mempererat gengaman tangannya di atas tangan milik Krystal.

Krystal terdiam, ia nampak ragu untuk menceritakan hal yang sesungguhnya kepada Jiyeon. Dan Jiyeon dapat membaca gerakkan mata milik Krystal saat menatap dirinya. “Aku berjanji, aku tak akan memberitahukannya kepada, Jongin. Heemmm… Akan kututup mulutku rapat-rapat di depannya, kelak.”

Tak perlu waktu lama, akhirnya Krystal memberitahukan kebenaran kondisi Jongin kepada Jiyeon. “Sebenarnya, kondisi Jongin sangat mengkhawatirkan. Dia sakit keras.”

“Sakit… di—dia sakit apa?” lirihnya pada Krystal.

Krystal terdiam kembali, ia enggan untuk melanjutkan perkataannya kepada Jiyeon. ia takut bila apa yang akan ia katakan akan membuat Jiyeon semakin shock. “Aku akan baik-baik saja, Krystal-ssi. Aku ingin mendengarkan semuanya tentang kondisi suamiku, Jongin.” Kali ini nada suara Jiyeon terlihat lebih tenang.

“Jongin sakit… sakit yang di idap Jongin adalah kanker otak.”

“Kanker??”

“Ya, stadium akhir.” kata Krytal kembali.  “Jongin sudah mengidap menyakit itu cukup lama, sebelum dirinya bertemu denganmu.” seketika lantai yang di pijak oleh Jiyeon bergolak. Gadis itu tumbang saat mendengar berita mengejutkan itu.

Melihat Jiyeon jatuh terduduk, Krystal langsung berlari menghampirinya. “Apakah kau baik-baik saja, Jiyeon-ssi?” Krystal nampak khawatir saat melihat wajah Jiyeon memucat bak marmer. “Ja-jadi… ini maksud perkataannya waktu itu?” gumam Jiyeon sambil menggeleng dengan wajah tak percaya.  “Waktu… di—dia sudah tak…”

Gadis itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Jiyeon tak sanggup untuk melanjutkan kalimat terakhirnya. Gadis itu tak sanggup untuk mengatakan pada dirinya sendiri bila pria yang ia kasihi hidupnya tak lama lagi. Terlalu sedikit waktu kebersamaan yang telah mereka miliki. Kedua mata Jiyeon seketika memanas dan tak lama kemudian buliran-buliran bening itu jatuh membasahi kedua pipinya. Airmata itu mulai menutupi pandangannya. Dada Jiyeon pun semakin sesak karena dirinya tak dapat melakukan apapun untuk suaminya, Jongin.

-TBC-

 

~~~ooo~~~

Annyeonghaseo yeorobun ….

Ketemu lagi sama Phiyun disini (^-^)/

Aduh maaf banget ya baru bisa update-tin ini fanfic. Penulisnya jadi gak enak body sama readers semua yang udah menunggu kelanjutannya. Apalagi sama reader yang request sama aku, maap banget ya Hessong aku baru bisa post-sin lanjutannya sekarang.

Bocoran nih, besok adalah last chapter fanfic ini loh, jadi mohon doa dan dukunganya ya, biar daku bisa nyelesain fanfic ini ❤

Penasaran sama lanjutan ceritanya? Ayo jangan lupa berikan  komennya ya biar secepatnya aku postingin lanjutannya. Komentar dari para readers adalah sebagai penyemangat author untuk lebih baik lagi dalam menulis cerita selanjutnya … 😀

Jangan lupa  RCL nya ya reader’s…

See you ….

Khamsahamida (^-^) v

9 thoughts on “Please Stay With Me [Chapter 3]

  1. Yaampun abis ditinggal orang tuanya sekarang ditinggal jongin. Ngenes bgt idup jiyeon T.T untung krystal baik, walaupun didunia nyata dia ah sudahlah.
    Happy ending dong kak~

    Liked by 1 person

    • Aku belum tau juga mau buat endingnya bagaimana, jadi di tunggu aja ya dear gimna akhir nasip dari jiyi… makasih dah nyempetin berkunjung kemari ^^

      Like

Write your great opinion ^^