Like Fortune Goddess [Chapter 7]

LIKE AMOORE GODDEST

PREVIOUS | 6 |

Main cast:
Im Yoona | Choi Siwon | Lee Donghae
Other cast:
Lee Qri | Ham Eunjung | Leo Jung | Nickhun | Tiffany
Genre:
Romance | Fantasy | AU | Commedy

Length:
Multichapter

Rating:
PG-13

DON’T PLAGIAT!

DON’T BASH!

 

 

Kata-kata yang diucapkan oleh Donghae keluar begitu saja, tanpa diseleksi lebih dulu dan tanpa terpikirkan bagaimana reaksi Yoona saat mendengarnya.

“Maksud oppa de….”

“Ah, bukan. Lupakan saja. Aku hanya ingin kau menjaga hatimu agar tidak terluka. Apalagi kalau kau… hmm, seandainya kau jatuh cinta pada Siwon, kau harus bisa bersikap dewasa dan bersabar.” Donghae tak tahu harus memilih sikap saat berada di depan Yoona.

“Kenapa Oppa mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Siwon oppa? Bukankah dia akan dijodohkan?”

Donghae terkejut dan langsung mengalihkan tatapannya pada paras cantik Yoona. “Mworago?”

Yoona mengangguk pelan. “Tadi siang dia mengatakan padaku bahwa dirinya akan dijodohkan dengan orang yang tidak dikenalnya. Bukankah dia harus terlihat bahagia? Tapi… kenapa tadi dia malah terlihat kusut?”

Plak!
Donghae menepuk dahinya agak keras hingga menimbulkan bekas agaj merah di dahinya. “Akh, sakit juga,” lirihnya seraya melihat telapak tangannya yang ia gunakan untuk menepuk dahi. “Tentu saja dia terlihat tidak bahagia. Bayangkan saja jika kau harus menikah dengan orang yang tidak kau kenal. Apakah kau bisa bahagia saat tak ada cinta diantara keduanya?”

“Jongmal? Ah, aku salah lagi,” lirih Yoona sambil menggigit bibir bawahnya. Yoona merasa dia menjadi manusia bodoh,bahkan paling bodoh diantara semua orang bodoh di muka bumi ini. Kenapa hidup sebagai manusia sangat sulit dijalani? Yoona memukul kepalanya sendiri dengan pelan agar kebodohan tak menghinggapi otaknya lebih lama lagi.

Tap!
“Jangan memukul kepalamu sendiri. Kau bisa tambah bodoh.” Tanpa sengaja, Donghae memegang tangan Yoona. Seketika itu, Yoona langsung menarik tangannya.

“Ah, iya benar. Aku bisa semakin bodoh nantinya.”

Suasana berubah canggung beberapa detik. Baik Yoona maupun Donghae tak ada yang ingin mengatakan sesuatu untuk memecah keheningan malam itu.

“Oppa, apa kau tahu bagaimana rasanya jatuh cinta?” tanya Yoona secara tiba-tiba.

Donghae bingung untuk kesekian kalinya. Selalu saja bingung saat menjawab pertanyaan Yoona. Bagaimana ia bisa menjawab pertanyaan itu kalau dirinya saja belum pernah jatuh cinta. “Ah, Yoona-a, kenapa kau menanyakan hal itu? Banyak pertanyaan yang bisa kau ajukan. Tapi kenapa pertanyaan yang itu?”

Seperti yang dirasakan oleh Donghae, Yoona pun mencari jawaban yang tepat. “Karena oppa memintaku untuk menjaga hatiku. Jika aku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, aku akan menghindarinya saat itu juga.”

Kalimat Yoona terdengar begitu menyentuh bagi Donghae. “Sungguh karena hal itu?”

Yoona terdiam. Pandangannya lurus menatap pantai rumah Donghae berwarna abu-abu terang. “Hmm,” jawab Yoona dengan anggukan kepala. ‘Bukan karena kau yang meminta, Oppa. Tapi… karena aku tidak ingin kau meninggal karena diriku,’ batin Yoona sedih. Gadis polos itu berubah sedih saat mengingat takdir rumit diantara dirinya dan Donghae. Jika takdirnya harus terikat dengan takdir orang lain, kenapa harus Donghae yang menjadinorang tersebut?

“Yaak! Kau melamun?” Donghae menyenggol siku Yoona pelan.

Yoona terlonjak kaget. “Anhi,” jawab Yoona enteng.

Donghae membalikkan badan sehibgga membelakangi Yoona. Beberapa detik kemudian, dia menoleh ke belakang. “Tidurlah! Besok jangan sampai terlambat. Direktur Choi akan marah padamu jika kau datang ke kantor lebih dari jam yang telah ditentukan.”

“Ne,” sahut Yoona dengan sedikit kesal karena dia harus segera beristirahat agar besok tak mendapat omelan dari Siwon.

“Satu… dua… tiga… em….”
“Lee Yoona!”
Yoona langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya dengan sangat jelas terdengar melalui kedua indera pendengarannya.

“Ne,” jawab Yoona yang tak mengenal orang itu. Dahinya sedikit berkerut. ‘Dari mana orang itu tahu namaku?’ tanyanya dalam hati.

Tanpa diperintah, Yoona meninggalkan aktifitasnya menghitung jumlah staf dan pejabat perusahaan yang menitip pesan padanya untuk disampaikan kepada orang-orang yang akan bertemu dengan mereka. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Yoona mencoba bersikap ramah kepada tamu. Eh? Tamu? Siapapun orang itu, yang jelas Yoona tidak mengenalnya. Dia beranggapan bahwa Siwon telah luput mengenalkan wajah orang itu padanya. Semoga saja orang itu bukan pejabat perusahaan milik keluarga Choi.

Seorang laki-laki dengan setelan jas berwarna abu gelap dan kemeja putih yang tertutup jas elegan, tersenyum ke arah Yoona yang masih tampak kaku. “Kau karyawan baru?” tanya laki-laki itu seraya membaca nametag milik Yoona yang terpampang jelas bertuliskan LEE YOONA. “Ternyata kau benar-benar Lee Yoona.”

Yoona tertegun dan satu detik kemudian dia sadar bahwa dirinya harus selalu menanggapi ucapan tamu ataupun orang yabg membutuhkan bantuannya sebagai resepsionis. “Ne, saya Lee Yoona.” Tanda tanya besar bersarang di kepala Yoona. Dia menginginkan jawaban dari mana orang itu tahu namanya karena baru pertama kali ini dia bertemu dengan orang itu.

“Jangan terlalu tegang! Santai saja. Duduklah!”

“Terimakasih,” ucap Yoona yang sejurus kemudian mendudukkan tubuhnya di atas sofa empuk berkelas internasional yang dipesan langsung dari Perancis.

“Kenalkan! Aku Leo Jung. Ah, sebenarnya itu bukan nama asli. Hanya nama panggilan sejak kecil. Aku adalah sepupu si tengil Siwon.”

“Eoh, benarkah?” Yoona tak percaya dengan pengakuan laki-laki bernama Leo itu. Sepupu? Tak ada kemiripan dari Leo dan Siwon. Sama sekali tidak ada. Bagaimana mungkin mereka memiliki hubungan darah?

Masih dengan sikapnya yang terlalu ramah, Leo mengulurkan tangannya dengan untuk berjabat tangan Yoona. “Aku baru saja tiba di Korea dan Siwon langsung mengatakan padaku bahwa di kantor ini ada seorang resepsionis cantik bernama Lee Yoona. Tentu saja aju langsung tertarik dan meluncur ke tempat ini.”

“Anda bisa saja. Saya hanya manusia biasa.”

“Aku tidak menyesal telah datang ke tempat ini. Oh ya, aku minta tolong berikan berkas ini pada Lee Donghae. Aku baru saja mendapat pekerjaan di sini.”

“Benarkah?”

Leo mengangguk. Ia ingin segera akrab dengan Yoona. Siapapun pasti ingin berbincang dan akrab dengan wanita secantik Yoona, termasuk dirinya. “Coba tebak, jabatan apa yang diberikan oleh Siwon padaku?”

“Maaf, saya tidak tahu.”

“Yaah, kenapa kau menyerah begitu saja? Kau harus menebaknya. Ah, sudahlah kalau begitu aku jawab sendiri saja. Siwon mengangkat Donghae sebagai direktur bidang produksi dan aku diangkat sebagai manajernya.” Leo memandang Yoona aneh. Gadis itu termenung seperti sedang melamun atau memikirkan sesuatu. “Yaak! Ada apa?”

Yoona terperanjat kaget. “A, anhiyo. Kalau begitu, saya ucapkan selamat kepada Anda, Tuan Jung.”

“Jangan memanggilku ‘tuan’. Oh ya ngomong-ngomong, wajahmu sangat mirip dengan seseorang yang ku kenal.” Leo mengamati lekuk wajah Yoona, dari mata, hidung, bibir, dan semua yang terpampang jelas di wajah cantik itu.

“Aku mohon hentikan. Anda tidak perlu bertindak seperti itu. Mungkin Anda salah orang atau kami memang agak mirip.” Yoona merasa sedikit risih saat Leo mengamati wajahnya setiap senti.

“Ah, lupakan! Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Namanya sama denganmu namun marganya yang berbeda.” Leo menghela nafas panjang. “Terakhir kami bertemu waktu berumur… ah, aku sudah lupa. Siwon lah yang masih mengingat gadis itu. Mungkin dia juga tahu di mana gadis yang mirip denganmu itu berada. Sudahlah, lupakan saja. Tidak penting.”

Yoona mengangguk kecil. “Baiklah.”

Tap tap tap!
Lee Donghae berjalan cepat, menyusuri koridor lantai 4 di mana ruangannya berada. Dia nampak tergesa dan tak begitu menyapa karyawan yang berpapasan dengannya. Laki-laki jangkung itu memegang sebuah map penting berisi dokumen kerja sama dengan perusahaan Im yang akan dimulai beberapa hari ke depan dengan membangun sebuah pusat olahraga dan resto di kawasan Gangnam.

“Wah, daebak! Hyung!” panggil Siwon sesaat setelah dia keluar dari ruangannya dan melihat Donghae melewati koridor tepat di depan ruangan seorang direktur Choi. Siwon harus menggigit bibirnya karena Donghae sama sekali tak merespon panggilannya. “Aish! Dia selalu membuatku malu. Diangkat menjadi direktur saja sudah sibuk ke sana kemari. Apalagi dia menjabat sebagai CEO? Ah, Lee Donghae memang aneh.”

“Oppa! Apa maksud ucapanmu itu?”

Deg!
“Ya Tuhan! Yoona-a, kau mengagetkanku. Hah! Jinjja! Untung saja aku tidak pernah punya riwayat penyakit berbahaya, apalagi penyakit jantung.” Siwon mengelus dada dan berusaha menormalkan kembali kerja jantungnya.

Yoona tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. “Mian. Keunde, apakah oppa tidak punya rencana untuk mentraktirku?”

“Aigoo, gadis ini! Kau bisa saja. Meminta traktir dengan cara yang super halus dan terlalu polos. Gurae, nanti malam kita makan di restoran. Sekalian mengajak Qri. Ah, tidak usah mengajak Siwon.”

“Kenapa tidak mengajakku?”

“Ohmo!” Donghae terlonjak kaget, hampir menjatuhkan berkas yang dipegangnya. “Yaak! Bisakah kau bicara dengan suara yang agak rendah?” Donghae memulai pertengkaran kecilnya dengan Siwon.

“Hyung, ternyata kau pilih kasih.” Siwon merajuk ala gadia remaja.

“Yaak! Hentikan sikap bodohmu itu. Aku merasa tiba-tiba mulas melihat sikapmu itu.”

Yoona terkikik geli. Pemandangan pertengkaran antara Donghae dan Siwon merupakan pemandangan paling menarik yang ada di kantor tempat mereka bekerja. Yoona tak jarang menyaksikan dua laki-laki dewasa itu beradu mulut.

Siwon berjalan menjauhi Donghae dan Yoona yang berdiri menatapnya. Tak lama kemudian, Donghae berjalan ke arah yang berlawanan dengan Siwon.

“Ah, chakkaman, Oppa!” seru Yoona pada Siwon namun Donghae juga menoleh ke arahnya. Kedua bola mata Yoona terbelalak melihat dua laki-laki menoleh ke arahnya dari jarak masing-masing 6 meter. “Hehe… mian, Oppa,” ucap Yoona pada Donghae hingga sukses membuat laki-laki itu mendengus kesal kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.

“Kau memanggilku?” tanya Siwon sok jual mahal.

“Ne,” jawab Yoona seraya melangkah mendekati Siwon.

“Ada apa?” tanya Siwon lagi. Dia melihat ada gelagat aneh yang ditunjukkan oleh sikap Yoona.

Yoona tampak sedang berpikir sejenak. “Ada yang ingin aku tanyakan.”

“Gurae, bicara di ruanganku saja. Tidak lama, kan?”

Yoona menggeleng, membuat ikatan rambut ekor kudanya bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Siwon dan Yoona telah berada di dalam ruangan yang bisa dikatakan mewah dan rapi. Ya, pemilik ruangan itu merupakan laki-laki yang sangat menjaga kebersihan dan kerapian pada penampilan pribadinya, penataan ruangannya hingga kamar pribadinya. Sungguh laki-laki yang mencintai keindahan.

“Bicaralah!” Siwon duduk santai di atas sofa mahalnya. Begitu juga dengan Yoona. Gadis itu duduk di depannya, masih di atas sofa yang sama dengan sofa yang ia duduki.

“Tadi aku bertemu dengan Leo Jung.”

“Aah, iya, dia sepupuku. Kau ingin membicarakan tentangnya? Aku kira ada hal penting yang ingin kau bicarakan deenganku.”

Yoona ingin sekali menyangkal dugaan Siwon itu. “A, anhiyo. Bukan itu, Oppa.”

“Lalu… apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak punya banyak waktu.”

“Ah, ne.” Yoona terdiam selama beberapa detik. “Oppa, tadi Leo-ssi mengatakan padaku tentang seorang gadis yang mirip sekali denganku. Nama gadis itu sama denganku, hanya saja… marganya berbeda. Leo-ssi juga mengatakan kalau oppa masih sangat mengingatnya. Aku tidak bermaksud lancang ingin menggali informasi tentang gadis itu. Aku hanya penasaran karena sejak Leo-ssi mengatakan hal itu padaku, pikiranku terus saja memikirkan hal itu, Oppa.”

Tatapan mata Siwon terpaku pada paras cantik Yoona. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Yoona akan menanyakan halnitu padanya. Kenangan tentang gadis teman masa kecilnya yang selalu ia ingat merupakan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

“Ya, benar. Aku memang masih mengingatnya. Namanya Im Yoona.”

Deg!
Yoona tertegun mendebgar nama Im Yoona. Namanya benar-benar sama, hanya nama marganya yang berbeda dengannya. Sebenarnya marga di dalam namanya sendiri bukanlah marga keluarganya, melainkan marga keluarga Lee yang memiliki seorang putra dan seorang putri.

“J, jongmalyo? Lalu di mana dia sekarang?”

Pertanyaan Yoona kali ini sangat sulit dijawab oleh seorang Siwon yang biasanya akan selalubmenjawab pertanyaan yang ditanyakan padanya. Raut wajah Siwon berubah 180 derajat. Kedua matanya berkaca-kaca. “Im Yoona… telah meninggal. Aku tidak tahu kapan dia meninggal. Keluarganya baru saja memberitahu kematian putrinya setelah mereka datang ke rumahku untuk menjodohkan putri angkat mereka denganku.”

“Oppa….”

“Gwaenchana. Im Yoona dan kakaknya yang bernama Im Siwan meninggal dalam kecelakaan. Makam mereka berdampingan. Im Yoona adalah cinta pertamaku meski saat itu bisa dibilang masih sekedar cinta monyet. Kau ingin melihat foto masa kecilnya?” Siwon mengeluarkan dompetnya kemudian mengambil foto masa kecilnya bersama Im Yoona. “Ini Im Yoona waktu masih kecil.” Dia menyodorkan foto itu pada Yoona.

Dengan sedikit ragu, Yoona menerima foto yang disodorkan padanya. Dia melihat seorang gadis kecil berambut panjang dan tersenyum manis, memperlihatkan deretan gigi susu yang tertata rapi. Entah kenapa, Yoona meneteskan airmata saat melihat foto itu. “Ini… Im Yoona?”

“Eoh. Aku… juga punya foto kelulusannya, sebelum dia meninggal.” Siwon juga menunjukkan foto Im Yoona yang sangat mirip dengan Yoona yang ada di depannya.

Yoona melihat foto itu. Hatinya merasa tertusuk-tusuk sembilu saat menatap wajah gadis yang sangat mirip dengannya. Kedua mata gadis itu pun sangat mirip dengannya.

“Beberapa hari yang lalu, saat aku mendapatkan foto itu, aku merasa depresi dan kehilangan semangat hidup. Cinta pertamaku sudah tiada. Rasanya… seperti ingin mati dan bertemu dengannya di kehidupan yang akan datang. Aku sempat mengira bahwa kau adalah jelmaan Yoona. Tapi setelah aku pikir-pikir, hal itu sangatlah tidak masuk akal.”

Yiona terenyuh mendengar cerita dari Siwon. Pasti Siwon telah melalui masa-masa sulit setelah mengetahui bahwa cinta pertamanya telah meninggal dunia. Pertemuan terakhir mereka terjadi saat usia mereka masih kecil dan masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai saat itulah Siwon menyukai Yoona karena dia memiliki perasaan aneh yang tidak dimilikinya terhadap siapapun selain Yoona.

“Im Yoona mampu membuatku jatuh cinta padanya hingga saat ini. Bahkan aku masih menganggapnya tak pernah benar-benar meninggal.”

Deg!
Kata-kata Siwon membuat jantung Yoona berdetak tak karuan dan dadanya terasa sesak. Sesuatu yang tak seharusnya ia rasakan. Ini tidak benar. Yoona mulai berpikir bahwa dirinya adalah saudara kembar dari Im Yoona atau reinkarnasinya. Tapi secepat itu kah Im Yoona bereinkarnasi? Satu pertanyaan besar menambah daftar perburuan jawaban yang bersarang di otaknya. Banyak sekali teka-teki yang belum terpecahkan.

“Kau ingin bertemu dengan keluarga Im?” tanya Siwon secara tiba-tiba hingga membuat Yoona tak bisa berkata apa-apa. “Besok siang tuan Im akan datang kemari untuk membahas kerja sama dengan perusahaan kita. Donghae hyung yang akan menemuinya.”

“M, mwo?” Sungguh, tak ada satu kata pun yang bisa diucapkan oleh Yoona untuk menanggapi ucapan Siwon. Gadis itu hanya berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu karena tegang yang mulai menjalari tubuhnya. “Boleh kah aku bertemu dengannya? Apakah beliau akan mengira kalau aku ini Im Yoona?”

“Siapapun yang melihatmu, pasti dapat mengenalimu sebagai Im Yoona. Hanya aku yang tak dapat mengenali Im Yoona. Kau tahu? Rasa penyesalan itu selalu datang dan membawaku ke arah keterpurukan. Aku sangat menyesal telah menjaga jarak dengannya. Setelah kami berpisah karena aku harus pindah rumah, kami tidak bertemu lagi hingga saat ini, Yoona-a. Bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi? Jujur, aku sangat ingin melihat wajahnya, cara dia tersenyum, mendengar suaranya, dan ingin sekali memeluknya erat-erat. Aku ingin sekali merasakan itu semua.”

Tanpa sadar, Siwon meneteskan airmata yang tak tahan lagi ingin menyeruak keluar dari dua ujung mata runcingnya. Siwon menundukkan kepalanya, sedih dan sakit di hatinya semakin dalam.

“Oppa…” lirih Yoona yang sangat prihatin melihat kesedihan Siwon. Ia tak pernah menyangka bahwa sesungguhnya Siwon memendam perasaan yang amat menyakitkan, perasaan rindu dan cerita-cerita masa lalunya. Seandainya Yoona mengalami itu semua, pasti dirinya tidak akan kuat menahan luka itu.

Hari masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas keseharian di sebuah perusahaan. Namun bagi karyawan perusahaan yang dipimpin oleh seorang laki-laki paruh baya pemilik marga Choi, jam 7 pagi merupakan waktu yang ideal untuk memulai aktivitas menjalankan pekerjaan masing-masing demi kepentingan perusahaan yang telah merekrut ribuan karyawan itu.

Perusahaan ternama dan terpopuler di Korea Selatan itu merupakan salah satu perusahaan yang sangat diminati oleh investor asing dan pemilik perusahaan asing untuk kerja sama internasional yang tentu saja akan mendatangkan banyak keuntungan.

Lee Yoona beruntung menjadi seorang resepsionis perusahaan tersebut. Meski hanya belajar secara otodidak, Yoona mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya sebagai seoranf resepsionis sehingga ia bisa diandalkan oleh perusahaan untuk menjadi wajah perusahaan itu.

Hari ini, Yoona disibukkan dengan kegiatan membuat list tamu yang akan menghadiri meeting penting perusahaan-perusahaan ternama di Korea Selatan yang akan diselenggarakan jam 11 siang nanti.

“Hanya meeting, kenapa tamunya banyak sekali? Tanganku pegal-pegal,” gerutu Yoona yang tengah mendongakkan kepalanya untuk meregangkan otot dan sendi di tengkuk lehernya.

“Yaak! Tentu saja banyak sekali tamu meetingnya. Meeting ini bertaraf internasional. Perwakilan dari Korsel adalah perusahaan kita dan perusahaan keluarga Im.”

“Mwo? Jadi, setiap keluarga punya perusahaan?” tanya Yoona polos.

“Anhi.” Lagi-lagi, Yoona dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tak terduga. Ya, Leo Jung berdiri bersandar pada meja resepsionis bagian samping.

Yoona mendengus kesal dan tak ingin meladeni orang bernama Leo Jung. “Kenapa kau senang sekali mengejutkanku? Memangnya aku punya salah apa sehingga kau bersikap aneh padaku?” Yoona kesal pada Leo. Jika hal itu terjadi lagi secara berulang-ulang, tentu jantungnya akan berhenti berdetak selamanya.

“Tidak semua keluarga kaya memiliki perusahaan terkenal dan mewah,” kata Leo dengan gaya, yang selalu dinamakan ‘santai’. Ya, Leo selalu berbicara apa adanya dan terlalu santai.

Yoona menutup layar kerja pada komputernya dan menyimpan file list tamu di drive yang cukup aman dari serangan virus dan error.

“Mwoya? Aku tahu kau adalah manajer. Maka dari itu, jangan bicara sembarangan dengan seseorang yang hanya bekerja sebagai resepsionis.”

“Lee Yoona, kau meledekku?”

“Akh, jinjja! Leo-ssi, bisa kah kau pergi ke suatu tempat asalkan bukan di sini?”

Leo tak mengindahkan ucapan Yoona. Dia tetap berdiri di tempatnya. Saat pandabgan mata Leo berputar mengelilingi setiap sudut loby depan. “Oh! Daebak! Yaak Yoona-a! Kau lihat itu? Ada seorang gadis cantik berjalan kemari. Sapa dia dengan ramah! Dia menatapmu dengan tatapan… um… membunuh.” Leo melihat sosok gadis bersurai panjang sebahu.

Yoona menyipitkan kedua matanya untuk mengurangi intensitas cahaya yang menyilaukan matanya. “Mwoya?” lirihnya saat melihat gadis yang tengah berjalan ke arahnya. Semakin lama, wajah gadis itu semakin jelas di matanya. “Tiffany…” lirih Yoona namun masih dapat didengar oleh Leo.

“Tiffany? Ow kau mengenalnya? Aku tidak menyangka kau memiliki banyak kenalan.”  Leo harus merelakan diri karena ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Yoona.

“Oh, Yoona-a! Kau juga ada di sini?” Tiffany menyapa Yoona dengan gaya angkuhnya.

Yoona sedikit menyipitkan mata kanannya. Dia merasakan ada yang aneh pada Tiffany. “Wae?”

Tiffany menarik senyumnya. “Tidak apa-apa. Oh ya, aku mencari Siwon oppa. Apakah dia ada di sini?” Sikap angkuh Tiffany terus saja ditunjukkan pada Yoona yang membuat gadis

“Tentu saja,” jawab Leo secara tiba-tiba, tanpa ada yang memintanya untuk menjawab pertanyaan Tiffany.

“Gomawo,” ucap Tiffany yang langsung melenggang pergi menuju ruang kerja Siwon.

Tok tok tok!
Tiffany mengetuk pintu ruang kerja Siwon beberapa kali. Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya dari arah sebelah kanan.

“Maaf, Nona. Direktur Choi tidak ada di tempat. Beliau sedang mempersiapkan diri menghadiri meeting bersama Direktur Lee.” Seorang laki-laki berkacamata tebal baru saja mengatakan bahwa Siwon berada di ruangan Lee Donghae.

“Direktur Lee?” tanya Tiffany memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.

“Ne, Direktur Lee Donghae.”

Tiffany menatap kosong ke arah pintu. Dia mengingat-ingat nama Lee Donghae. Sepertinya nama itu tidak asing bagi Tiffany.

“Lee Donghae… Lee… Donghae…” lirih Tiffany mengingat nama Donghae. “Ah, di mana ruangan Direktur Lee?”

“Ruangan Direktur Lee ada di ujung lantai empat. Setelah dari sini, silahkan naik ke lantai empat. Anda hanya perlu berjalan menyusuri koridor lurus ke depan. Ruang kerja Direktur Lee sekarang ada di sana.”

“Gurae, gamsahamnida,” ucap Yoona sambil membungkukkan tubuhnya.

Laki-laki yang menjabat sebagai sekretaris Siwon, pengganti Donghae tersebut segera beranjak dari depan ruangan Siwon dan kembali ke tempatnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai sekretaris.

Sementara itu, Tiffany masih berdiri di tempatnya semula. Dia ingin menemui Siwon di ruangan Donghae.

Siwon dan Donghae sibuk menyiapkan materi untuk meeting yang akan dilaksanakan 15 menit lagi. Waktubmakan siang telah mereka gunakan untuk mendiskusikan meteri meeting agar perusahaan keluarga Im  tidak merasa dikecewakan karena sebentar lagi keluarga Im dan keluarga Choi segera bersatu dengan dinikahkannya putra dan putri mereka.

“Aigoo, rasanya hidupku membosankan sekali. Selama aku hidup tak ada sesuatu yang indah. Sejak kecil aku sudah disuruh melakukan ini itu. Sampai saat ini aku masih saja seperti itu. Kapan hidupku bisa berubah?” Donghae memegang kepalanya yang pusing karena memikirkan pekerjaannya.

Siwon memperhatikan apa yang dilakukan Donghae dari detik ke detik berikutnya.

“Yaak! Hentikan tatapan semacam itu! Jangan pernah menatapku seperti seorang gadia yang bertemu dengan laki-laki tampan. Ah, aku tahu. Kau pasti mengagumi ketampananku, kan? Ketahuan!”

Siwon menarik salah satu sudut bibirnya. “Mwo? Ish! Percaya diri sekali….”

Donghae tertawa lepas hingga ketukan pintu ruangannya membuat dirinya menutup mulut yang semula terbuka lebar itu. “Siapa yang mengetuk pintu? Sepertinya aku tidak ada janji dengan siapapun.”

“Mungkin Yoona,” sahut Siwon dengan mengangkat kedua alisnya. “Biar aku yang buka.”

“Ah, anhi. Biarkan dia yang membukanya sendiri.” Donghae menarik lengan Siwon dan memaksa laki-laki itu duduk kembali di atas sofa empuknya. “Masuk!” seru Donghae.

Cekleeek!
Donghae dan Siwon penasaran siapa yang mengetuk pintu itu. Mereka berdua yakin pasti Yoona yang melakukannya.

“Annyeonghaseo,” ucap Tiffany dengan senyum mautnya

Donghae dan Siwon tak menyangka kalau Tiffany akan datang dengan cara seperti ini di waktu yang mungkin bisa disebut tidak tepat.

“Tiffany-ssi?” Nada bicara Donghae tak berbeda dengan nada bertanya.

“Ah, ne. Saya Im Tiffany.”

Donghae mengerutkan keningnya. “Im Tiffany?” Ia melihat ke arah Siwon. Siwon mengangkat kedua bahunya. Donghae cukup terkejut mendengar perubahan nama marga Tiffany. “Silahkan duduk, Tiffany-ssi.”

“Ne, gamsahamnida. Panggil saja saya Fany.”

“Oh, ne, Fany-ssi. Kalau boleh tahu, apa yang membawamu ke tempat ini? Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya hanya ingin bertemu dengan Direktur Choi,” jawab Tiffany cukup singkat.

Siwon mengusap wajahnya. Dia tak ingin dibuntuti seperti ini oleh siapaoun apalagi Tiffany. “Ada perlu apa?”

“Itu… ah, tidak. Hanya saja….”

“Oppa!” Tiba-tiba Yoona masuk ke dalam ruangan Donghae tanpa mengetahui kalau di tempat itu ada Tiffany yang siap menerkam siapapun. Yoona melihat ke arah Siwon, Donghae dan Tiffany. “Ah, rupanya ada tamu. Mian.”

“Yoona-a!” panggil Siwon saat Yoona hendak melangkah keluar.

“Ne?”

Siwon bangkit dari duduknya kemudian mendekati Yoona yang masih berdiri di depan pintu. “Tuggu sebentar. Bilang seperti itu pada para tamu dari perusahaan Im.”

Yoona mengangguk mengerti.

Dengan langkah ragu, Yoona berjalan menuju ruang tamu yang terletak dekat dengan ruang kerja Donghae. Saat tiba di depan ruang tamu, Yoona berhenti sejenak. Membenahi penampilannya. Dia tidak ingin menjadi bahan perbincangan karena penampilan yang kurang menarin.

Tok tok tok!
Seperti biasa, Yoona mengetuk pintu pelan. Tak ada jawaban. Yoona memutuskan untuk membuka pintu yang diketuknya.

Cekleeeek!
Yoona mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Tak lama kemudian, dia membuka pintu itu lebar-lebar. Tak ada siapapun di tempat itu. Seharusnya keluarga Im masih menunggu di ruang itu.

“Ke mana perginya?” tanya Yoona pada dirinya sendiri dengan nada lirih. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Kriiiing!
Yoona terperanjat kaget mendengar bunyi ponselnya yang berdering hebat. Dia menepuk dahinya sendiri karena lupa tidak mematikan nada suara ponselnya.
“Ne, Oppa. Waeyo?”

“Yoona-a, tolong panggilkan Leo. Suruh dia ke ruanganku sekarang juga, ne?” Suara berat Choi Siwon terdengar jelas di telinga Yoona.

“Ne, Oppa. Aku akan panggilkan Leo sekarang juga.”

Klik!
Yoona menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja yang harus dia lakukan.

Selama berjalan menyusuri koridor menuju lobi depan, Yoona memikirkan Tiffany yang sedang brada  di dalam ruangan Donghae bersama Siwon dan satu hal lagi, yaitu keluarga Im. “Mungkin saja mereka sudah masuk ke dalam ruang meeting,” lirih Yoona yang ingin meyakini hal itu saja sehingga ia tidak lagi memikirkan keluarga Im. “Lupakan! Lupakan!” Yoona menggelengkan kepalanya.

“Yaak! Kenapa kau kembali lagi? Bukankah tadi kau ditugaskan untuk menemani keluarga Im?” tanya Leo yang tak disangka-sangka berpapasan dengan Yoona.

“Ah, Leo-ssi. Siwon oppa mencarimu. Dia memintamu segera ke ruangannya “

“Sekarang?”

Yoona mengangguk.

“Gurae, ayo kita ke sana!” Leo menarik lengan Yoona tanpa permisi.

“Lepaskan aku, Leo-ssi! Yaak!” Yoona berontak ingin segera lepas dari cengkeraman singa jantan yang menarik lengannya.

Berulang kali Yoona ingin melepaskan lengannya dari cengkeraman tangan Leo, berulang kali pula ia gagal melakukannya hingga akhirnya mereka tiba di depan ruangan Siwon.

“Kajja! Aku tidak ingin bicara dengan Siwon sendirian.”

Cekleeek!!
Leo membuka pintu ruangan elit itu. Pintu sedikit terbuka. Leo dan Yoona dapat melihat sosok Siwon tengah berbincang dengan beberapa orang di dalam ruangan itu.

TBC

Comment is appreciated

25 thoughts on “Like Fortune Goddess [Chapter 7]

  1. Leo ini kayakx suka deh am yoona, klo ketemu yoona heboh bgt, nah yoona bkl ketemu kelg im nih, penasaran bakalan kaget atau gimana nih

    Like

  2. Waaah yoona bakal ketemu sm ayahnya gag yaa?? Penasaaaraaan akut…
    Ayooo saengi di lanjuut,, semangaat yaa..

    Like

  3. Cemana reaksi tuan dan NY im ya setela liat yoona apalagi klo tifany tau yoona adalah anak tuan dan NY im yang uda meningal telah hidup kembali.nex ditungu ya thor

    Like

Write your great opinion ^^