The Night Castle [Chap 2]: Introduce 1

tncPrev: 1 |

Poster and Storyline by myself

Starring:

Park Jiyeon | Luhan | Kim Myungsoo | Kim Jiwon | Lee Jong Suk | Kim Woo Bin | Yuri | Irene RV | Sulli | Nickhun

Cameo Part 2:

Tao EXO, Wendy RV, Lee Donghae, Lee Taemin

Genre:

Fantasy | Romance | AU | Thriller

Rating:

PG – 13 atau PG – 15

Length:

Multichapter

Cerita ini hanya fiktif belaka, berasal dari imajinasi author yang terinspirasi dari film The Vampire Diaries [TVD]  dengan alur dan cast berbeda dari TVD. Author hanya pinjem beberapa istilah dari TVD.

Sorry for typos, please leave comment or like it…

Happy Reading

 Chapter 2

Huang Zi Tao, seorang vampir berasal dari China yang telah melakukan pembunuhan di asrama yeoja milik Seoul Senior High School kini sedang bingung memikirkan cara untuk menyelamatkan diri. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Kim Ji Won akan mengetahui sepak terjangnya. Ji Won geram melihat korban keganasan Tao yang mati mengenaskan di dalam asramanya. Setidaknya, dia berharap jika ada vampir yang kelaparan darah manusia, jangan sekali-kali melakukannya di lingkungan sekolah Ji Won.

Tap tap tap!!

Yeoja vampir pemberani, Kim Ji Won sedang tergesa-gesa menuju ruang kerja sang Raja. Ia tak bisa tinggal diam melihat kebuasan vampir yang seenaknya saja menghisap habis darah manusia hingga tewas. Ia hendak melaporkan perbuatan Tao pada Raja Vampir, Lee Jong Suk. Lee Jong Suk adalah salah satu dari The Original.

“Ji Won-a, keumanhae!” teriak Woo Bin.

Langkah Ji Won terhenti padahal ia sudah sampai di depan pintu ruang kerja rajanya. Yeoja itu tak bergerak sedikit pun. Wajah cantiknya terlihat normal, tanpa gurat syaraf dan lensa matanya kembali berwarna coklat tua. “Wae?” tanya Ji Won dingin.

“Apa karena Tao memangsa teman sekolahmu di asramamu, kau jadi seenaknya melaporkan hal itu pada Raja?”

Ji Won berbalik. Dia tersenyum sinis. “Wae? Apa kau juga takut kalau aku akan melaporkanmu, oppa?”

“Anhi. Percuma saja kau melaporkan namja itu.”

“Keunde, apa saranmu, oppa? Membunuhnya? Kau bilang jika aku membunuhnya di wilayah kita, aku akan dihukum mati…”

Woo Bin terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh yeodongsaengnya.

“Gurae, aku akan memaafkan namja itu. Aku serahkan dia padamu, oppa. Jangan sampai ada vampir yang membunuh teman-temanku, apalagi melakukannya di dalam lingkungan sekolah. Jika tidak, aku akan melakukan hal yang akan mengejutkan semuanya.” Ji Won menghilang. Dia berlari super cepat seperti angin tornado, bahkan lebih cepat dari itu.

Jiyeon bertemu dengan seorang namja di depan toko buku. Namja itu memberikan buku yang baru saja ia beli kepada Jiyeon agar yeoja itu bisa segera menyelesaikan tugasnya.

“Kau bisa memanggilku Jiyeon.”

“Senang bertemu denganmu. Sampai bertemu di sekolah besok.” Luhan beranjak dari tempatnya bersantai di depan toko buku. Dia berjalan membelakangi toko buku itu lalu menghilang.

Karena telah mendapatkan apa yang ia cari, Jiyeon berbalik arah menuju sebuah mini market terdekat. Suasana malam itu benar-benar mencekam. Hanya ada satu atau dua orang yang berani melintas di daerah itu. Jiyeon mempercepat langkahnya. Perasaannya tidak enak, merinding. Apalagi malam itu sangat dingin karena musim dingin di depan mata. Ia tersenyum lega melihat mini market di depannya yang belum tutup. Apakah karyawan di mini market itu tidak takut malam-malam begini? tanya Jiyeon dalam hati.

Jiyeon langsung menuju rak minuman dan membeli beberapa cola lalu menghampiri rak snack. Hobi ngemilnya membuat yeoja itu rela membeli cemilan di malam yang mencekam itu. Selesai memilih apa yang diinginkannya, Jiyeon menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

“Oppa!” tiba-tiba yeoja itu bertemu dengan sosok yang dikenalnya, Kim Myungsoo yang sedang melintas di depan mini market.

Pembayaran telah selesai. Jiyeon bergegas menyusul Myungsoo yang tidak menoleh ke belakang sama sekali.

“Myungsoo oppa!” teriak Jiyeon dengan langkah yang semakin cepat untuk mengimbangi langkah Myungsoo.

Myungsoo berhenti lalu menoleh ke belakang. Di belakangnya, Jiyeon setengah berlari mengejarnya. Nafasnya terengah-engah. Dingin yang tadinya ia rasakan, kini berubah jadi panas, hingga ia melepas mantelnya.

“Jiyeon? darimana saja?” tanya Myungsoo heran melihat seorang yeoja berani keluar malam-malam sendirian.

Dengan nafas masih terengah-engah, Jiyeon menjawab,”Oppa, aku baru saja dari mini market itu. Lalu dari dalam sana aku melihatmu melewati mini market. Jadi setelah selesai membayar di kasir, aku segera menyusulmu. Kau darimana, oppa?”

“Aku? Aku baru saja nonton film di bioskop.”

“Nde?” Jiyeon terkejut mendengar jawaban Myungsoo yang dianggapnya tidak masuk akal.

“Wae?” tanya Myungsoo dengan polosnya.

“Yaak, Kim Myungsoo, besok ada tugas yang harus dikumpulkan. Apa kau sudah mengerjakannya?” tanya Jiyeon yang sedikit bermaksud mengingatkan Myungsoo. Sebenarnya ia tidak tega jika namja itu dihukum karena tidak mengerjakan tugas.

“Tugas Lee songsaenim, kan? Aku sudah selesai mengerjakannya. Apa kau ingin melihat punyaku?” tawar Myungsoo.

Jiyeon membuka mulutnya. Ia bertanya-tanya dalam hati, bagaimana namja ini bisa tahu kalau tugas yang harus dikumpulkan adalah tugas Lee Songsaenim?

“Kau pasti belum mengerjakannya, geutji?”

Jiyeon menggeleng. “Oppa, bagaiman kau bisa tahu tentang tugas untuk besok?” tanya Jiyeon penasaran.

“Apa aku perlu memberitahumu?” tanya Myungsoo bercanda.

“Anhiyo. Aku tidak butuh jawabanmu,” jawab Jiyeon kesal. Dia melenggang pergi, menjauh dari namja bernama Kim Myungsoo yang maish menatap punggungnya dengan senyum menghias wajah tampannya.

“Hello brother…” Woo Bin menyapa Myungsoo. Myungsoo yang sudah terbiasa dengan perilaku Woo Bin yang seenaknya saja muncul di depannya, tidak terkejut sama sekali. Ketajaman indera Myungsoo lebih kuat daripada Woo Bin.

“Aku bosan melihatmu tiba-tiba muncul di depanku. Kau tidak berburu lagi?” Myungsoo bertanya pada Woo Bin yang tengah bersandar pada dinding bangunan yang sering disebut kantor pos.

Woo Bin menatap Myungsoo dengan tatapan aneh, sulit ditafsirkan. Ia menghela nafas dalam-dalam. “Dongsaengku sedang berusaha menjadi polisi vampir.”

Myungsoo mengerutkan kening, merasa ada yang perlu ditafsirkan lebih jelas dari kata-kata Woo Bin barusan. Tak lama kemudian ekspresinya berubah. Ia sedang memikirkan maksud dari perkataan Woo Bin lalu tersenyum tipis. “Kim Ji Won? Ia memata-mataimu lagi?”

“Siapa lagi kalau bukan dia?” Woo Bin tampak malas membahas dongsaengnya.

“Yaak, ingat, dia adalah dongsaengmu. Orangtua kalian sudah tidak ada, jadi kau yang harus menjaganya.”

“Memangnya apa masih ada vampur yang punya orangtua?” tanya Woo Bin bingung. Ia hampir mengira kalau masih ada vampir yang memiliki orangtua. Myungsoo tertawa lepas. Woo Bin sangat mudah ia tipu.

Woo Bin sadar kalau Myungsoo sedang mengerjainya. Ia memasang wajah innocent-nya. “Myungsoo-a, apa kau ingat tentang vampir-penyihir?”

“Wae? Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hhal itu? Vampir penyihir generasi terakhir telah meninggal pada tahun 1035. Sekarang tahun 2014. Kau bisa hitung sendiri sudah berapa tahun, anhi, sudah berapa abad kejadian itu? Kalau membicarakan hal itu, tentu saja aku masih ingat. Yeoja itu benar-benar tangguh tapi nasibnya tak sebagus statusnya.”

Woo Bin tampak berpikir. “Kemarin Tao mengatakan padaku kalau vampir penyihhir masih memiliki keturunan.”

“Mwo?” Myungsoo terkejut.

“Yaak, kau itu termasuk vampir andalan. Kabar begini saja tidak tahu…”

“Apa kau mencoba meremehkanku? Kemampuanku jauh lebih tinggi darimu.” Myungsoo menyombongkan diri di depan Woo Bin. Untungnya kali ini Woo Bin sedang dalam keadaan mood baik. Kalau tidak, mereka berdua akan berdebat tanpa henti hingga Ji Won datang untuk menghentikan mereka berdua.

“Sudah ku duga kau akan menyombongkan diri seperti itu. Raja Vampir saja tidak sesombong dirimu.”

Myungsoo menatap Woo Bin dengan tatapan tajam dari matanya yang sudah beribah warna. “Aku mau pulang.”

“Eodi?”

“Istana,” jawab Myungsoo singkat.

“Jika kau bertemu dongssaengku, sampaikan salamku padanya,” teriak Woo Bin pada Myungsoo yang sudah sangat jauh dari tempat Woo Bin berdiri.

Myungsoo hanya melambaikan tangannya lalu menghilang.

Di dalam asrama, Jiyeon sedang memutar otak mengerjakan tugas geografi yang sangat tidak disukainya.

‘Haish, kenapa harus ada mata pelajaran seperti ini. Aku lebih suka sejarah daripada geografi. Hoaaam… aku sudah mengantuk. Eotteohkae?” Jiyeon bicara sendirian. Irene sudah menikmati mimpinya yang begitu indah.

Tok tok tok!

“Omo!” Jiyeon tersentak kaget. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia beranjak dari singgasananya yang berupa tumpukan bantal dan boneka yang sudah ditata agar dapat mengerjakan tugas dengan posisi ternyaman.

Cekleeek…

“Eoh, Ji Won-a, kau kembali?”

Ji Won hanya diam. Tak bergeming dan tak menatap Jiyeon yang bengong melihat perilaku Ji Won yang super cuek. Jiyeon menutup pintu lalu kembali ke singgasana bantalnya. Sedangkan Ji Won merebahkan diri di atas ranjangnya dan menutup matanya.

“Ji Won-A, sebaiknya kau mandi dulu. Kau akan merasa lebih segar dan lebih baik.”

“Nanti saja,” kata Ji Won. Yeoja itu sekarang terlihat dingin dengan rambut panjang terurai. Ji Won mengingat masa lalunya puluhan tahun silam. Sebenarnya ia sangat merindukan suasana persahabatan seperti sekarang ini. Ia merasakan hal seperti itu sudah beratus tahun yang lalu. Tepatnya 637 tahun yang lalu. Ya, usia Ji Won sudah 640 tahun.

Flashback

Empat orang yeoja berseragam sekolah SMA baru saja pulang dari sekolah. Saat itu, empat yeoja berjalan kaki bersama dan bercanda gurau seakan tak pernah memiliki beban di pundak mereka. Tanpa beban apapun, mereka bisa tertawa lepas, bermain dan belajar sesuka hati mereka.

“Yaak, Ji Won-a, apa kau kenal dengan Kim Myungsoo?” tanya seorang yeoja berambut panjang bernama Wendy.

“Eoh, aku kenal dengannya. Wae?” Ji Won masih melanjutkan mengisi teka teki silang bersama Son Naeun.

“Dia tampan sekali. Kalau sudah lulus nanti, aku akan melamarnya.” Wendy membayangkan dia menikah dengan Myungsoo.

“Mwo?” Ji Won menoleh ke arah chingu-nya itu dengan tatapan heran.

“Hahahaha…” Mereka berempat tertawa. Khayalan Wendy benar-benar khayalan tingkat tinggi bahkan ketiga temannya tak pernah membayangkan hal seperti yang dibayangkan oleh Wendy, termasuk Ji Won.

Setelah bercanda di perjalanan pulang, mereka sampai di asrama yeoja. Sore itu, asrama ramai sekali. Beberapa orang siswa namja datang berkunjung untuk latihan drama bersama. Myungsoo ada diantara namja yang sedang membaca skrip drama di ruang santai asrama yeoja.

Ji Won sekilas melihat namja itu. Ia ternyum tipis. Saat itu Ji Won sudah tahu kalau Myungsoo adalah seorang vampir. Hanya dia yang mengetahui kebenaran itu. Ji Won tetap menjaga rahasia Myungsoo hingga saat ini.

Setiap hari, Ji Won bermain dan belajar dengan ketiga sahabatnya dan juga Myungsoo. Mereka tampak bahagia untuk saat itu hingga suatu hari, satu persatu teman Ji Won tewas karena darah mereka dihisap habis oleh para vampir yang kelaparan. Mulai saat itulah Ji Won sangat membenci vampir. Karena kejadian mengerikan itu semakin merajalela, hubungan Ji Won dan Myungsoo menjadi renggang. Ji Won mengira Myungsoo terlibat pembunuhan. Myungsoo sudah berusaha menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak terlibat dnegan aksi brutal para vampir itu namun Ji Won tidak percaya.

Flashback end.

Ji Won tidka kuat lagi mengingat masa-masa terakhirnya menjadi manusia. Terlalu menyakitkan mengingat itu semua karena sekarang dia adalah salah satu dari makhluk buas bernama Vampir. Airmatanya menetes mengalir hingga ke telinga. Ia enggan membuka matanya lagi hingga akhirnya tertidur.

Jiyeon, Ji Won, dan Irene berangkat ke sekolah berjalan kaki bersama-sama. Irene terus menerus memuji kecantikan Ji Won yang sesuai dengan kepribadiannya. Ji Won berterimakasih pada Irene karena sudah perhatian padanya.

“Kau terus menerus memujiku, Irene-a. Gomawoyo… Kau juga tak kalah cantik. Kita bertiga cantik.” Ji Won tersenyum manis, ia merasa senang memiliki teman yang baik padanya. Tapi Ji Won merasa khawatir jika mereka bertiga akan terpisah jika mereka tahu bahwa Ji Won adalah seorang vampir.

“Jiyeon-a, apa tugasmu sudah selesai?” tanya Irene.

“Eoh, sudah. Tada…” Jiyeon menunjukkan lembaran kertas tugasnya yang semalam diselesaikan dengan penuh semangat meski ia yakin hasilnya tidak bagus. “Ji Won-a, bagaimana denganmu?”

Ji Won tersenyum. “Ige.” Ji Won juga menunjukkan kertas tugasnya.

Jiyeon dan Irene terkejut, kapan Ji Won mengerjakan tugasnya?

“Oppa!” panggil Irene pada Myungsoo yang kebetulan lewat. Myungsoo menoleh ke arah tiga yeoja itu.

“Eoh, kalian bertiga juga sudah berangkat?”

“Ne, oppa. Kau sendirian?” tanya Irene lagi. Jiyeon dan Ji Won hanya diam mendengar Irene berbincang dengan Myungsoo. Sedangkan Myungsoo? Namja itu malah menatap Ji Won dan Jiyeon yang terdiam.

“Apa teman-temanmu sedang sakit gigi?” tanya Myungsoo untuk menyindir Jiyeon dan Ji Won. Namun kedua yeoja itu masih tetap diam.

“Apa maksud oppa Jiyeon dan Ji Won?”

“Siapa lagi kalau bukan mereka?”

Ji Won angkat bicara. “Apa kau ingin aku menunjukkan gigiku?” Ekspresinya kesal. Myungsoo selalu membuat Ji Won kesal tapi dia malah senang dengan perlakuan Myungsoo yang seperti itu.

Myungsoo menyembunyikan senyumnya. Kata-kata Ji Won memang selalu singkat dan tidak bertele-tele meski kadang menjengkelkan.

Di dalam kelas, Jiyeon, Irene, dan Luhan memperhatikan penjelasan Lee songsaenim dengan seksama. Sedangkan Myungsoo dan Ji Won malah mengalihkan perhatian mereka pada coretan-coretan pena di atas kertasnya. Mereka sudah ribuan kali mendapat materi pelajaran yang sedang dijelaskan oleh Lee songsaenim. Berbeda dengan kedua vampir itu, Luhan malah dengan serius mendengarkan setiap ka dari Lee songsaenim.

Kelas sudah berakhir. Semua siswa keluar kelas, kecuali Luhan, Myungsoo dan Ji Won. Ketiganya terdiam di bangku masing-masing.

“Apakah aku menjadi pihak ketiga diantara kalian berdua?” Myungsoo memulai perbincangan dengan memancing Ji Won dan Luhan bicara. Keduanya menatap tajam ke arah Myungsoo. “Wae?” tanya Myungsoo polos.

“Mian, oppa. Sepertinya kau gagal memancing kami bicara di depanmu.” Ji Won bangkit dari duduknya. Ia hampir sampai di depan pintu kelas.

“Ji Won-a, chakkaman!” seru Luhan.

Ji Won berhenti melangkahkan kakinya tepat di depan pintu.

“Waaah, akhirnya kalian angkat bicara juga. Usahaku tidak sia-sia. Apakah cinta lama akan bersemi kembali?” ejek Myungsoo pada Luhan dan Ji Won.

“Oppa, kau seperti anak kecil saja. Apap kau belum pernah melihatku ngobrol dengan Luhan oppa? Kasihan sekali…”

Myungsoo bengong. Luhan malah tidak mengerti apa maksud ucapan Myungsoo dan Ji Won. “Apa yang sedang kalian bicarakan?”

Myungsoo menepuk dahinya. Ji Won memutar bola matanya malas. Mereka heran pada Luhan yang memiliki loading terlalu lama. Terlalu lama untuk mengerti situasi, suasana atau mencerna kata-kata dari orang lain.

“Lupakan saja, oppa. Tidak penting.” Ji Won keluar kelas.

Luhan melirik Myungsoo. Myungsoo yang merasa dilirik oleh namja di depannya, mengangkat kedua bahunya lalu pergi.

Myungsoo menghampiri Jiyeon dan Irene. Akhirnya dia berjalan di koridor sekolah bersama Jiyeon dan Irene bersama-sama. Ketiganya menikmati pemandangan siswa yang berkeliaran di sekitar mereka.

“Inilah suasana sekolah yang aku suka.” Irene tampak senang sekali.

“Apa itu karena para sunbae yang tampan?” tanya Jiyeon asal.

“Yaak, aku yeoja normal. Kalau tidak naksir pada sunbae yang tampan-tampan itu, kau bisa dikatakan sebagai yeoja tidak normal. Mereka kan manusia, bukan hantu. Jadi tidak ada larangan bagi kita untuk menyukai mereka.”

“Apa kau pikir mereka bangsa vampire?” tanya Myungsoo.

“Kalau mereka vampire, aku juga ingin menjadi vampire. Kalian sudah dengar berita tewasnya tiga orang karena kehabisan darah? Di leher mereka terdapat dua lubang yang diduga kuat akibat ulah para vampire. Aigoo, apa kalian percaya berita itu?” Irene terus saja berceloteh ria.

“Mungkin mereka memang ada,” jawab Jiyeon.

“Sekarang kalian bayangkan, bagaimana jika yeoja secantik aku bisa menjadi vampire? Bukankah akan menjadi berita besar?” Irene mulai mengkhayal hal yang tidak masuk akal.

“Yeoja vampire bahkan lebih cantik darimu,” sahut Myungsoo.

Bruuukk!!

“Auw…” lirih Jiyeon yang terjatuh karena tertabrak seseorang.

Irene membelalakkan kedua matanya melihat sosok namja yang baru saja bertabrakan dengan Jiyeon. “Tampannya…”

Jiyeon mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang bertabrakan dengannya.

“Noona…” panggil seorang namja yang terlihat lebih tua dari Jieyeon.

Myungsoo membulatkan bola matanya pada namja yang bertabrakan dengan Jiyeon tadi.

“Noona, aku telah menunggumu beratus-ratus tahun lamanya, kenapa kau baru muncul sekarang?”

Di luar gedung sekolah, Ji Won mendengar suara Woo Bin tertangkap indera pendengarannya dengan sangat jelas. Dia segera meluncur ke koridor sekolah dimana sumber suara Woo Bin berasal. Benar saja, Woo Bin sedang berhadaan dengan ketiga teman sekelasnya. Salah satu diantara mereka adalah seorang vampir. Ji Won heran kenapa Myungsoo tidak mengusir Woo Bin dari tempat itu?

Tap! Woo Bin merasakan ada yang menepuk bahunya keras-keras.

“Ahjussi, aku kira kau menungguku diluar. Tapi kenapa kau malah masuk ke kelas? Ayo kita bicara diluar,” ajak Ji Won pada Woo Bin yang mengira Jiyeon adalah Kim Taehee, yeojachingu Woo Bin ratusam tahun silam. Ji Won terpaksa berpura-pura, bersandiwara di depan Jiyeon dan Irene karena Ia tidak mau kalau kedua temannya curiga padanya.

Woo Bin yang masih terpana melihat Jiyeon, terpaksa menuruti Ji Won karena dongsaengnya menarik tangannya menuju halaman sekolah. Jiyeon juga masih bingung melihat seorang namja yang memanggilnya dengan sebutan ‘noona’.

“Yaak, Irene-a, apakah wajahku kelihatan tua?” tanya Jiyeon yang sedang meraba kulit wajahnya dan melihat wajah cantiknya di pantulan cermin.

Irene dan Myungsoo menahan tawa. Tapi dalam hati, Myungsoo merasa khawatir atas sikap Woo Bin saat melihat Jiyeon tadi. Dia yakin pasti Woo Bin mengira kalau Jiyeon adalah Taehee, vampir original yang mampu menaklukkan hati Woo Bin ratusan tahun yang lalu.

“Oppa, hari minggu besok, apa kau punya waktu luang?” Tiba-tiba Jiyeon menanyakan hal itu pada Myungsoo.

Myungsoo tersentak kaget, untungnya ia masih mendengar kata-kata Jiyeon tadi. “Eoh, aku tidak ada acara. Tentu saja aku punya waktu luang. Wae?”

“Aku ingin mengajakmu liburan ke Lotte World. Kau mau kan, oppa? Sudah lama kita tidak jalan-jalan dan bergembira bersama. Rasanya aku merindukan saat-saat seperti itu.”

Deg! Myungsoo merasakan ada semilir angin yang menerpa wajahnya karena kata-kata Jiyeon tadi. Mereka telah saling mengenal selama beberapa tahun, baru kali ini Jiyeon mengatakan kalau ia merindukan saat-saat kebersamaan mereka.

“Gurae. Jam berapa? Aku yang akan menjemputmu.”

“Waah, jinjjayo, oppa?”

Myungsoo mengangguk. Jiyeon merasa sangat senang.

Jauh di halaman depan sekolah, Woo Bin dan Ji Won dapat mendengar percakapan antara Jiyeon dan Myungsoo.

Woo Bin melihat dongsaengnya tidak jadi mengomelinya setelah mendengar percakapan antara Jiyeon dan Myungsoo. “Wae? Kenapa tiba-tiba kau diam? Cemburu?”

Ji Won tergagap ingin menjawab pertanyaan Woo Bin. “Jangan bicara sembarangan, oppa. Kau adalah namja yang sok tahu.”

Woo Bin tahu kalau Ji Won menyembunyikan ekspresinya yang sebenarnya. “Kenapa kau tidak balikan saja dengan Luhan? Aku merestui kalian berdua. Tetapi kalian berdua malah berpisah. Aku kecewa.”

Ji Won duduk di atas rumput halaman sekolah. Kakinya diluruskan ke depan. Woo Bin melakukan hal yang sama dengannya.

“Sepertinya Luhan oppa menyukai Park Jiyeon. Begitu juga dengan Myungsoo oppa.”

“Lalu siapa yang kau sukai?” tanya Woo Bin penasaran.

“Eopseo.”

“Gotjimal.” Woo Bin mengacak rambut Ji Won.

“Sejak kapan kau tidak percaya padaku, oppa?” tanya Ji Won kesal.

“Bercanda.” Woo Bin mengacak rambut dongsaengnya lagi. Ji Won bertambah kesal karena rambutnya yang semula rapi malah berubah menjadi berantakan.

“Apa kalian tidak merasakan sesuatu?” Luhan tiba-tiba muncul di depan kakak beradik itu.

“Omo!” seru Woo Bin kaget. Ji Won juga kaget namun dia tetap diam.

“Merasakan apa?” tanya Ji Won balik.

“Ada aura yang aneh. Aku merasakan sesuatu sedang berada di dekat kita. Entah apa itu.” Luhan mondar mandir hingga membuat Woo Bin pusing.

“Bisakah kau duduk dan bicara yang jelas? Aku pusing melihatmu mondar mandir,” keluh Woo Bin.

Luhan berhenti mondar mandir lalu duduk di samping mantan yeojachingunya, Kim Ji Won.

“Penyihir itu datang lagi. Kali ini kekuatannya lebih kuat,” terang Luhan dengan sangat serius.

Are you serious?” tanya Ji Won.

Luhan mengangguk. “Kabarnya, salah satu evil original bangkit dari kematiannya. Seseorang telah mencabut kayu oak yang menancap jantung original itu.”

“Keurom, siapa original itu?” tanya Woo Bin.

Luhan tampak berpikir. Sesaat kemudian ia menjawab,”Lee Taemin.”

“Mwo?” seru Ji Won dan Woo Bin yang tumben bisa kompak.

“Keunde, siapa penyihir itu adalah seorang vampir?” tanya Woo Bin. Ia dan dongsaegnya sama saja. Hanya bertanya tentang ini itu pada Luhan. Anehnya, Luhan tidak sadar kalau keduanya terlalu sering bertanya. Jika Woo Bin dan Ji Won bertanya pada Myungsoo, ceritanya akan berbeda. Namja itu akan langsung pergi karena terlalu banyak ditanyai.

Tiba-tiba muncul sekelebat bayangan di sekitar mereka. Luhan, Ji Won, dan Woo Bin menajamkan indera mereka.

“Annyeong yeorobun…” ucap seorang namja dengan pakaian serba hitam dan lensa mata berwarna kuning cerah.

Ketiga orang yang disapanya sedikit terkejut.

“Lee Taemin…” gumam Luhan.

Right. You’re a smart boy. Kenapa wajah kalian tegang begitu? Santai saja.” Taemin bersandar pada pohon yang terletak tidak jauh darinya. Tatapan matanya diarahkan ke Ji Won yang berdiri di tengah-tengah antara Luhan dan Woo Bin. “Oh, ini pasti little Ji Wonie…” Taemin bangkit dan melangkah pelan mendekati Ji Won.

“Apa maumu?” tanya Luhan tegas.

“Luhan Xi, apa kau masih berkencan dengan Kim Ji Won? Aku harap kau sudah berpisah dengannya karena sebelum aku tertidur lama, kalian pernah bermesraan di depanku. Dan… Itu membuat aku sakit hati.”

“Tutup mulutmu!” bentak Ji Won. Yeoja itu sudah mengubah warna lensa matanya.

“Lee Taemin, jika kau ingin mendekati Ji Won, mintalah ijin padaku dulu.” Woo Bin langsung menyerang Taemin.

Luhan hendak membantu Woo Bin tapi dia melihat dulu ke arah Ji Won.

Ji Won mengangguk. “Ingat oppa, jangan lakukan di sekitar sekolah.”

“Eoh, araseo. Aku akan memancingnya ke Namsan. Kau cari Myungsoo dan kabari dia.” Luhan langsung menghilang.

Ji Won melihat Luhan pergi secepat angin. Beruntung tidak ada yang melihat mereka karena jam pelajaran sudah dimulai lagi.

Ji Won sedang berkutat dengan ponsel touchscreen-nya. Dia mencari kontak bertuliskan Kim Myungsoo lalu menelponnya.

Tut…

“Yoboseo…” suara Myungsoo terdengar jelas di speaker ponsel milik Ji Won.

“Neo eodikka?” tanya Ji Won tanpa basa-basi.

“Waeyo?” tanya Myungsoo.

“Lee Taemin…” jawab Ji Won singkat dengan meyebut nama Taemini.

Ekspresi wajah Myungsoo berubah suram. “Eodi?”

“Namsan. Luhan oppa dan Woo Bin oppa memancingnya ke Namsan,” jawab Ji Won.

Tut. Telepon dimatikan.

“Jiyeon-a, aku pergi dulu. Kau pulanglah ke asrama dengan Irene. Hati-hati.” Myungsoo bergegas menyusul rekan vampirnya.

Jiyeon dan Irene terpaku di tempatnya masing-masing. Tanpa sempat mengucapkan satu kata, Jiyeon menatap kepergian Myungsoo.

“Irene-a, bukankah ada yang aneh pada Myungsoo?”

“Eoh. Aku juga merasa begitu.”

Luhan dan Woo Bin memancing Taemin agar menjauh dari keramaian di Seoul.

“Kenapa kalian membawaku ke sini?” tanya Taemin dengan wajah dinginnya.

“Kau pikir kami bodoh membiarkanmu melakukan kerusakan dan mungkin pembunuhan terhadap manusia di sana?” timpal Woo Bin.

“Itu hanya alibi kalian saja.” Taemin mengitari calon tempat bertarungnya. “Aku sangsi kalian bisa mengalahkanku.”

“Kau terlalu percaya diri.” Tiba-tiba Ji Won muncul dengan perubahan vampirnya.

Taemin tersenyum sinis. “So, where’s Kim Myungsoo?”

Here.” Myungsoo sudah berdiri di belakang Taemin. Penampilannya sama seperti Ji Won dan yang lainnya, penampilan vampir. “Kenapa kau mencariku?”

“Aku ingin reuni denganmu, brother. Oh ya, seharusnya raja kalian juga join di sini. Jadi, para Originals bisa benar-benar reuni.”

“Sepertinya kau bangga sekali menjadi Original…” sahut Myungsoo.

Why not?” Lagi-lagi Taemin terseyum evil. Tiba-tiba ia menyerang Ji Won dari belakang yeoja itu. Mencekik leher jenjang Ji Won dan mencekiknya hingga Ji Won tidak bisa berkutik.

“Kalian pilih mana? Aku bunuh Ji Won atau aku bunuh yeoja bernama Park Jiyeon?”

“Lee Taemin, sekali saja kau menyentuh keduanya maka kau akan tidur selama-lamanya!” bentak Myungsoo.

Woo Bin bingung. Siapa Park Jiyeon itu? “Siapa yang kau maksud Park Jiyeon?” tanyanya pada Taemin yang semakin mencekik Ji Won.

“Tanyakan sendiri pada kedua temanmu itu. Myungsoo dan Luhan pasti mengenalnya.” Taemin mengambik sebuah balok kayu di sampingnya lalu mematahkannya. Lokasi dimana mereka sedang tegang menghadapi evil original vampire adalah di sebuah jalan buntu di daerah Namsan. Di sekitar jalan buntu itu jarang ada rumah-rumah warga. Itulah alasan Luhan dan Woo Bin memancing Taemin ke daerah itu.

“Mau apa kau dengan kayu itu?” tanya Woo Bin yang takut Ji Won akan benar-benar dibunuh oleh Taemin.

Taemin menatap Woo Bin dan dia sudah bersiap menusuk jantung Ji Won dengan kayu yang kini sudah berbentuk pasak di tangan kanannya.

“Lepaskan Ji Won sekarang juga!” teriak Myungsoo.

“Mwo? Ooh itu artinya kau mengijinkanku membunuh Park Jiyeon kan? Kalau begitu malang sekali Park Jiyeon harus segera meninggalkan dunia ini. Hmmm aku bisa merasakan darah segar dari tubuh yeoja cantik itu. Aku juga tahu kalau sekarang dia sedang di jalan bersama temannya.”

Luhan dan Myungsoo mengerutkan kening dan mengepalkan kedua tangan mereka. Sekilas kemudian urat syaraf terlihat jelas di wajah tampan mereka dan sorot mata penuh kebencian. Luhan dan Myungsoo berubah 100%. Mereka siap menyerang Taemin.

Taemin melepaskan Ji Won dengan tusukan kayu di dada sebelah kiri, lebih tepatnya di jantungnya. Lalu menghilang.

Tubuh Ji Won sudah mulai mengering. Woo Bin segera menyelamatkan yeodongsaengnya dengan mencabut kayu yang menancap di dada kiri Ji Won. Tubuh Ji Won kembali normal. Ia mengatur nafasnya.

“Aku akan membantu Luhan oppa dan Myungsoo oppa.” Ji Won bersiap berlari namun Woo Bin malah memegang lengannya. Dia tidak akan membiarkan dongsaengnya ikut menyerang vampir original yang sangat sulit dibunuh.

“Kembalilah ke istana. Jangan pergi ke asrama dulu. Aku yakin Taemin pergi ke asrama untuk membunuh Jiyeon. Aku akan mengantarmu ke istana.”

“Mwo? Membunuh Park Jiyeon? Andwae. Jiyeon adalah temanku oppa. Aku harus menyelamatkannya. Aku tidak mau kehilangan teman lagi. Jiyeon adalah yeoja yang kau panggil dengan sebutan ‘noona’ saat di sekolah tadi, oppa.”

“Mwo? Jongmal?” Woo Bin kaget.

“Aku tidak mau Jiyeon dan Irene kenapa-kenapa. Aku akan bertarung dengan Luhan oppa dan Myungsoo oppa melawan Lee Taemin. Bukankah kekuatan Myungsoo oppa lebih kuat dari Taemin? Mereka sama-sama ‘the original’ tapi Myungsoo oppa memiliki darah manusia serigala dan penyihir.”

“Kau kembalilah ke istana. Aku yang akan membantu mereka melawan Taemin.” Woo Bin menghilang dari pandangan Ji Won. …

Jiyeon dan Irene sedang dalam perjalanan ke asrama. Mereka hya berdua karena anak-anak yang lain sudah sampai di asrama dan beristirahat di kamar mereka masing-masing.

“Jiyeon-a, kenapa aku merinding begini ya?” tanya Irene yang memegang tengkuknya. Benar saja, bulu kuduknya berdiri dan perasaannya tidak enak.

“Jalanan sepi sekali. Hanya ada kita berdua,” timpal Jiyeon yang membuat Irene semakin takut.

“Yaak, jangan menakut-nakutiku. Akhir-akhir ini banyak pembunuhan yang dilakukan oleh vampir. Aku takut mereka akan menghampiri kita.”

“Irene-a! Berhentilah berhalusinasi.”

Tiba-tiba muncul seorang namja dengan mata berwarna kuning cerah berdiri di depan Jiyeon dan Irene sehingga kedua yeoja itu mendadak menghentikan langkah mereka.

“Hello ladies…” sapa Taemin.

“Nuguya?” tanya Jiyeon sedikit takut.

Irene sudah mempunyai firasat kalau namja di depannya adalah vampir. Wajahnya begitu pucat dan terlihat dingin. Sesaat kemudian muncullah Luhan dan Myungsoo dengan penampilan yang sama dengan Taemin.

Jiyeon dan Irene sangat terkejut melihat kedua namja tampan itu tiba-tiba muncul di depan mereka.

“Oppa…” lirih Jiyeon. Myungsoo menoleh. Jiyeon bertambah kaget saat melihat namja itu sama persis dengan namja yang pertama kali muncul di depannya. Jiyeon menutup mulutnya.

Myungsoo menghampiri Jiyeon. “Jiyeon-a, cepatlah masuk ke asrama. Jangan ijinkan orang asing masuk ke kamarmu. Dengan begitu, tak ada seorangpun yang dapat masuk ke kamarmu tanpa ijin darimu dan Irene.

Jiyeon yang masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, menurut begitu saja pada Myungsoo. Jiyeon tahu kalau namja itu adalah Myungsoo karena tatapan Myungsoo selalu hangat.

Jiyeon dan Irene berlari masuk ke dalam asrama.

Myungsoo mendekati Taemin. Dia membacakan sebuah mantera untuk membuat pikiran Taemin kacau balau. Myungsoo adalah keturunan manusia serigala-penyihir yang mendapat kutukan menjadi vampir selamanya. Kekuatannya belum ada yang bisa menandingi, termasuk Taemin dan  raja vampir Lee Jong Suk. Mereka hanyalah vampir original tanpa ada embel-embel keturunan manusia serigala-penyihir. Appa Myungsoo adalah werewolf sedangkan eomma Myungsoo adalah seorang penyihir terkuat di masanya, sebelum saudara tertua Kim Myungsoo yang bernama Kim Junmyeon membunuh eommanya.

“Aaargh…” teriak Taemin yang merasakan kepalanya terasa ingin pecah. Karena Taemin bukanlah vampir sembarangan, Myungsoo pun menggunakan mantera tingkat tinggi.

Tatkala Myungsoo melumpuhkan Taemin, Luhan mencari sebuah kayu yang akan dimanterai Myungsoo untuk membunuh Taemin. Anhi, maksudnya bukan membuat Taemin mati selamanya namun untuk membuat Taemin tidur lagi selama-lamanya karena vampir original sangat sulit dibunuh.

Tbc

9 thoughts on “The Night Castle [Chap 2]: Introduce 1

  1. Awalnya kupikir myungsoo sama dengan jiyeon hanya manusia biasa! Oh tapi ternyata dia juga golongan vampir yg doyan bolak-balik sekolah >.jiwon<-myungsoo. pernah jadi juga sekarang mantan. jiwon nya kelihatan mungkin sekarang hatinya ada pada myungsoo. tapi myungsoo terlihat suka jiyeon begitupun luhan! jiyeon masih simpang siur status hatinya, walaupun boleh kau tahu aku sangat mendukung myungyeon couple untuk ff ini karena moment mereka yg terbangun begitu indah dg feel yang erat tertancap tersampaikan ke dalam hatiku. baiklah ini cinta komplikasi yang rumit! yang pastinya seru! keke

    Like

  2. Awalx shock myung jg vampire.. keunde seru pakai banget malah critax.. trs apa yg trjdi brktx? Apa jiyi irene akan menjauhi myung lu? Andwee.. sbnrx aku pgn myungyeon dsni krn kesanx moment mrk lbh dlm n banyak tp kykx luhan ony cinta trsndiri utk jiyi ya.. mdh2an taemin bs tdr lama..

    Like

  3. Bgtu baca awalannya, lgsung, oh my!! Myungsoo jg vampir!!??
    Buat jiyeon sosok yg penting dong. Mgkin dia keturunan penyihir kek, anak raja vampir kek, atau darah suci #korbansinetron pdhal ga prnh nonton tv

    Like

Write your great opinion ^^